PART 11

107K 2K 35
                                    

AUTHOR

"Nona.. Tetaplah berada disini, jangan berusaha keluar dari kamar sebelum semuanya membaik" kata Mary dengan lembut.

"Tapi Mary, apa yang harus aku lakukan? Mereka berdua sering bertengkar karna aku" Ujar Rose dengan wajahnya yang sedih.

Mary mendekati Rose dan duduk di sebelah Rose.
"Hanya satu yang bisa kau lakukan, setelah semua membaik nanti. Datanglah pada tuan George, dan berterus teranglah pada tuan George apa saja yang kedua kakak tirimu lakukan padamu selama tuan George pergi, dengan begitu tuan George akan membantumu" jelas Mary dengan mengelus punggung Rose.

Air mata Rose lolos dari pelupuk matanya. Dia sangat bingung dengan keadaannya.

"Ta..tapi aku takut untuk berterus terang Mary" kata Rose dengan isakan tangisnya.

Mary yang melihat keadaan Rose merasa iba. Mary juga merasa semenjak Rose kembali di mansion ini, Gerard dan Edgardo sering bertengkar dan di akhiri dengan babak belur di sekitar wajah Edgardo. Yaa.. Gerard selalu menang, karena hati Gerard sangatlah kejam jika dia merasa miliknya di rebut oleh orang lain.
Lalu Mary meraih tubuh Rose ke dalam pelukannya layaknya seorang ibu dan anak.

***

"Apa yang kalian pikirkan?" tanya George pada kedua anak nya Gerard dan Edgardo yang duduk di hadapannya.

"Yang aku pikirkan aku mencintai Ros ayah" kata Edgardo dengan santai.

"Apa kau sudah gila hah?" ujar George dengan nada meninggi pada Edgardo "dan apa yang kau katakan tadi itu benar bahwa kau telah meniduri Ros?" tanya George lagi.

Edgardo melirik ke arah Gerard yang terus memandangnya tajam, Edgardo tersenyum licik.

"Ya ayah, aku sudah bercinta dengan Ros, karena aku ingin Ros menjadi milikku seutuhnya" ujar Edgardo bohong.
George berdiri menghampiri Edgardo.

PLAKKK...

Satu tamparan keras mendarat pada pipi Edgardo. Tentunya George yang menampar keras.

"Dan kau Gerard. Ada apa denganmu? Aku sudah mempercayaimu untuk menjaga Ros, tetapi kenapa hal ini terjadi di antara mereka berdua?" kata George yang mulai geram.

"Tidak lama lagi aku akan menikahi Ros" kata Gerard.

Terlihat wajah George yang kaget, lalu George menundukkan kepala memikirkan apa yang terjadi selama dia tidak berada di rumah hingga semua terasa sesak baginya.
George menghembuskan nafas dengan kasar karena frustasi.

"Kalian - tidak - boleh - mencintai - Ros" kata George yang menekankan setiap kata-katanya pada kedua anaknya. "Ros adik kalian dan dia anak perempuanku" lanjut George lagi.

"Tapi Ros tidak sedarah denganku! Dan dia bukan anak kandungmu!!!" kata Gerard tak kalah tajam pada George.

"TAPI AKU TIDAK MAU KEHILANGAN ANAK PEREMPUANKU SETELAH KEPERGIAN CAMELIA!!!" teriak George pada Gerard dengan nafas yang tersengal-sengal, George sudah kehilangan kontrol. ya.. Camelia adalah ibu kandung Rose yang sudah lama meninggal.

"Jadi ini alasan ayah tidak mengijinkanku menikahi Ros? Ayah takut kehilangan keluarga perempuanmu lagi? Apakah ayah sadar dengan kau tidak mengijinkanku menikahinya sama saja kau menyiksa perasaanku" jelas Gerard.

Mereka diam sejenak sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. "Jika aku menikahi Ros bukankah sama saja dia masih tetap menjadi anakmu" jelas Gerard lagi.

Gerard menjambak rambutnya frustasi lalu keluar dari ruang kerja George yang berada di mansion. Di luar Jimmy yang berdiri di depan pintu tersebut mengikuti Gerard.

"Katakan pada bawahanmu untuk menjaga Apartementku dengan ketat, jangan sampai terulang lagi dimana Ros pergi dengan serangan para pengawal Dijhe, dan seret Ros masuk ke Apartementku" kata Gerard pada Jimmy yang masih tetap berjalan keluar mansion.

***

"KALIAN APAKAN ANAKKU?!" Bentak George pada pengawal Gerard yang tengah menyeret Rose.

"Maaf tuan George, ini perintah tuan Gerard untuk membawa nona ke apartemen tuan Gerard" jawab Jimmy.

"Lepaskan anakku!" George menekankan setiap perkataannya dengan tajam.

"Bawa nona ke mobil" kata Jimmy pada bawahannya. Lalu dua pengawal yang memegang lengan Rose membawa Rose pergi menuju mobil.

"Kau berani padaku Jimmy?" kata George geram.

"Maaf tuan jika saya lancang, jika saya bertekad membawa nona Ros itu tidak ada salahnya, karena saya bekerja untuk tuan Gerard, bukan untuk anda, dan tuan Gerard menyampaikan satu hal pada anda melalui saya kalau anda tidak menyerahkan nona Ros pada tuan Gerard maka beliau tidak akan segan-segan menghancurkan semua perusahaan anda" jelas Jimmy "saya permisi" lanjutnya lagi dengan membungkuk hormat lalu pergi.

George mematung mendengar perkataan Jimmy, dia tidak menyangka bahwa Gerard setega itu padanya. George menghela nafas panjang, dan mengingat bahwa Gerard mempunyai keturunan seperti ibu kandungnya. Keras kepala, dan tidak suka di ganggu dengan apa yang dia inginkan. Bahkan George tahu dia bisa berbuat apa saja

***

Di apartement Gerard, Rose hanya menangis sesegukan, dia tidak menyangka bahwa kehidupannya seperti boneka yang di bawa kesana-kemari.

Dengan tatapan tajam dan marahnya Gerard melepaskan jas yang dia pakai dan melemparkan ke sembarang tempat lalu menggulung baju lengannya sampai ke siku dan membuka dua kancing bajunya di atas.

Rose melihat Gerard yang seakan ingin menerkam dirinya waspada dengan keadaannya sekarang dan berjalan mundur hingga kakinya merasa menyentuh sofa.

"Kau tidak bisa lari dariku sekarang" ujar Gerard dengan senyum devilnya.

"Ap..apa yang kau lakukan? Jangan sakiti aku Ger" kata Rose dengan isakan tangisnya.

"Kau harus memerima hukuman dariku sampai pagi" ujar Gerard dengan sorotan mata tajam dan seringai jahatnya.

My Brother Is Too Protective (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang