PART 16

76.2K 1.3K 19
                                    

2 hari setelah Rose dan Gerard tidak bertengkar Rose selalu berada di mansion.

"Mary.. dimana Ayah?" Tanya Rose pada Mary. Tapi Mary tersenyum saja membuat Rose mengerutkan keningnya.

"Ada apa?" Tanya Rose penasaran.

"Baru kali ini aku mendengar kau menyebut nama tuan besar dengan sebutan ayah" ujar Mary.

"Oh ya.. sudah sepantasnya aku memanggil seperti itu bukan?" Ujar Rose dengan tersenyum. Semua pelayan yang berada di sana mendengar hal itu ikut tersenyum senang.

"Tuan besar George sudah berangkat ke kantornya" jawab Mary yang sedari tadi tidak menjawab pertanyaan Rose.

"Aku akan membantu kalian memasak" kata Rose sambil memegang pisau dan mulai memotong sayuran yang di pegang pelayan lain.

"Nona.."

"Mary? Tenanglah. Disini tidak ada siapapun, hanya aku dan kalian, jika tuan-tuan kalian datang aku akan pergi" ucap Rose memotong kekawatiran Mary.

Lalu mereka semua melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing. Rose selalu membuat tertawa para pelayannya di sela-sela mereka bekerja. Rose sangat senang bisa memiliki teman bicara di mansion itu. Setelah makan siang selesai Rose pergi naik ke kamarnya.

Ceklek...

Rose menoleh dan melihat Edgardo masuk begitu saja ke kamar Rose. Rose mundur dan terjatuh di ranjangnya.

"Kau sangat tau Dijhe bukan?" Kata Edgardo dengan senyum devilnya.

"Ad..ada apa dengan Dijhe, kenapa kk..kau bisa tau Dijhe?" Kata Rose gugup.

"Aku akan melenyapkannya tanpa jejak sedikit pun, kau tahu bukan bagimana keluarga kita?" Kata Edgardo dengan senyum devilnya tanpa henti.

"Apa mau mu Edgardo?"

"Haha.. kau sungguh pintar, kau tahu kalau aku menginginkan sesuatu" ujar Edgardo dengan nada devilnya dengan terus berjalan pelan mendekati Rose.

"Aku menginginkan payudaramu yang besar itu Ros"

"Aakkkhh.." pekik Rose saat tangan Edgardo meremas payudara kiri Rose dengan cepat.

"Woahh.. haha.. sudah kubilang ukuran payudaramu 36 bukan Ros? Kau tumbuh dengan cepat gadis mungil, payudaramu bahkan sangat besar"

"Jangan berani menyentuhku Ed" kata Rose dengan bergetar.

"Benarkah? Aku tak boleh menyentuhmu? Ah.. aku jadi ingin membunuh Dijhe, entah kenapa tolakan darimu membuatku gencar membunuhnya"

"Kenapa? Kenapa harus Dijhe? Dia tidak ada hubungannya dengan semua ini?!" Teriak Rose merasa marah

"Jika aku yang menolak semua ini kenapa harus Dijhe yang akan kau bunuh? Kenapa bukan aku saja? Bunuh aku Ed.. bunuh aku!" Suara Rose mulai bergetar dan mulai mengeluarkan air matanya.

"Haha.. tidak Ros. Jika aku membunuhmu siapa yang akan aku remas? Tidak mungkin Dijhe bukan? Sahabatmu saja yang akan lenyap.. jika aku melenyapkan yang lain kau tidak akan peduli, maka dari itu Ros kau diamlah dan nikmati"
Kata Dijhe sambil merangkul Rose dan melumat bibirnya.

"Ber..hentihhh.. Ed kau bau alkohol, kumohon hentikan sebelum kau menyesal saat sadar dari mabukmu" ucap Rose saat bisa melepaskan pagutan Edgardo. Tapi sesaat mulutnya terbungkam lagi dengan mulut Edgardo.

Edgardo mulai meremas payudara Rose lagi dengan kencang.

"Jangan bertingkah terlalu banyak Ros payudaramu yang besar ini bergoyang, membuat adik kecilmu disana semakin berkedut" lagi-lagi perkataan Edgardo sangat vulgar bagi Rose dan kembali beraksi. Rose yang berkekuatan kecil kuwalahan tapi dia tetap berusaha memberontak.

Dia meremasnya lagi dan lagi dengan kasar hingga membuat Rose memekik berkali kali dan menangis.

"Gerard kau dimana?" Batin Rkse dengan terus menangis.

PLAKKK...
Sebuah tamparan Edgardo pada payudara Rose.

PLAKK.. PLAKK... PLAKK...

tamparan berkali-kali membuat Rose semakin menjerit dan kesakitan.

"Kau sangat menggoda Ros.. sungguh besar.. aku suka melihat payudaramu bergoyang" kata Edgardo dengan senangnya.

PLAKK.. PLAKKK..

tamparan terus saja mendarat, Edgardo membuka paksa baju Rose hingga sobek dan menarik bra putih berenda hingga robek. Hal itu membuat Rose kuwalahan dan lemas karena sakitnya.

"Kau harus menyusuiku hingga malam, karena Gerard juga pulang larut malam ini, kau akan melayaniku jika Gerard bekerja" kata Edgardo membuat Rose merasa bertambah lemas.

"Tidak.. lepaskan aku" jerit Rose.

"Tidak sayang, payudaramu sangat subur, sia-sia kalau tidak di mainkan" jawab Edgardo tanpa merasa dosa.

Edgardo mulai mengulum payudaranya dan memilin payudaranya. Dengan yang tangan kanannya menggoyang-goyangkan payudara kirinya serta meremas dengan kuat berulang kali.

Hingga setengah jam berlalu dan Rose pun merasa sangat lelah dan tak bertenaga, dia pun pasrah.

"Auhh.." tak sengaja Rose mengeluarkan desahannya dan Edgardo pun tersenyum mendengarnya.

"Kau nikmat Rose" kata Edgardo lalu memegang kedua payudara Rose dan menarik keduanya keatas dengan kuat hingga dada Rose ikut membusung dan Edgardo menggoyang-goyangkan ke kanan dan kiri membuat payudaranya bergoyang menggoda.

"Aaaaaaahhhhhhhh..." teriak Rose. Dengan cepat saat Edgardo melepas dari atas. Rose hanya bisa pasrah sekarang.

"Dimana pelayan-pelayan itu" batin Rose. Ya.. para pelayan tidak mendengar karena kamarnya memiliki kedap suara. Para pelayan juga sibuk di bawah dengan tugas-tugas mereka sendiri.

"Ayo Ros.. goyangkan payudaramu atau kugigit ujung payudaramu" Rose hanya diam dan lemas.

"Aku pecandu payudaramu sayang" kata Edgardo lagi.

Lalu Edgardo turun dan mencari tali yang sengaja di bawanya dari bawah tadi yang sempat di buangnya sembarangan. Sedangkan Rose masih lemas sudah tak bisa apa-apa lagi.

Lalu Edgardo membawa Rose ala bridal style ke meja yang ada di ruangan itu lalu mengikatnya di sana.

Dengan Rose yang telanjang dada dan lemas masih tetap pasrah.
Sedangkan Edgardo mengambil ponselnya dan mengambil beberapa gambar Rose yang terpejam lemas. Lalu Edgardo meletakkan ponselnya di atas nakas dengan kamera mengahadap seluruh tubuh Rose.

Lalu melanjutkan lagi meremas payudara Rose, mengulum, memilin, menampar dan menarik hingga waktu berjalan setengah jam.

"Payudaramu sangat besar, kau pantas menjadi bintang budak seks Ros, bagaimana jika kau akan kubuat seperti itu heh? Hahaha.." gelak tawa menggelegar dari Edgardo sangat mengerikan.

"Auhhh..." pekik Rose menggelinjang saat merasa tangan kasar Edgardo menelusup di celana jins ketatnya sampai tapat di vaginanya.

"Oh.. sejak kapan kau basah? Sangat basah" senyum devil Edgardo.

Lalu dengan cepat Edgardo menelanjangi Rose dan dirinya sendiri. Tanpa basa basi Edgardo memasukkan kelaminnya ke vagina Rose. Tanpa ampun Edgardo menggenjotnya membuat payudara Rose terlonjak lonjak ke atas ke bawah hingga membuat Edgardo semakin gencar dan birahinya semakin tinggi, meja itupun berdecit sesuai dengan irama yang Edgardo buat. Edgardo meremas payudara kiri Rose dengan yang kanan masih terguncang hebat.

"Ternyata kau seorang jalang Ros.. kau sudah di setubuhi oleh orang lain hah?" Ujar Edgardo terengah-engah terus membabi buta memperkosa Rose.

"Ah..ah.. ouhhh...ahhh" desahan Rose semakin hebat dan keras membuat Edgardo semakin gencar.

"Aaaahhhhhhhhh" tiba-tiba Rose mendesah panjang di susul Edgardo yang semakin gencar menggenjotnya seperti orang kesetanan. Lalu Edgardo mengeluarkan cairannya di luar tepat di atas perut Rose.

Dan waktu semakin berlalu makin hebat juga permainan Edgardo. Hingga berkali-kali Rose klimaks dan berbagai posisi Rose pasrah dengan apa yang di perbuat Edgardo.

My Brother Is Too Protective (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang