ROSE
Aku sedang makan malam bersama ayah di meja makan.
Tadi aku sedang berada di tempat duduk di tengah taman mansion dengan secangkir teh hangat, tapi ayah memanggilku untuk makan malam.Aku berbincang sedikit padanya, hanya sekedar menjawab pertanyaan ayah. Aku tidak berselera bicara padanya. Tiba-tiba Edgardo masuk ke ruang meja makan dan tak kusangka dia menoel janggutku.
"EDGARDO!!!!" Bentak ayah sangat keras menatap tajam pada Edgardo.
"Apa? Apa aku salah bertingkah sayang pada adikku sendiri? Jika aku tak sayang maka aku tak bertingkah seperti itu" kata Edgardo dengan santai mengambil segelas jus di meja makan meminumnya hingga tandas dan pergi berlalu begitu saja.
Aku benar-benar tidak berselera melanjutkan makanku.
"Maaf, aku sudah kenyang. Aku akan kembali ke kamarku" kataku pada ayah lalu pergi ke kamar.
***
Kulihat kiriman pesan dari Dijhe di ponselku.
"Hai flower, sudah lama kita bertemu, aku kangen sekali.. aku ingin menikmati kebersamaan kita lagi seperti dulu. Aku harap kau tak melupakanku, kutunggu balasan darimu"
Oh.. mana mungkin aku lupa padanya. Bahkan ragaku di jamah oleh Edgardo hanya demi kamu Jhe.
Aku duduk dan mulai membalas"Baiklah Dijhe, ayo kita bertemu.. aku akan bersiap dan pergi ke kedai kopimu"
Balasku pada Dijhe. Aku bergegas siap-siap dan turun keluar dari pintu mansion.
Tapi tiba-tiba aku di hadang oleh dua orang berjas rapi mereka.
"Apa kau patung penjaga di mansion ini? Minggirlah aku buru-buru" kataku sarkatis pada mereka.
"Maaf nona, tuan Gerard berpesan bahwa nona tidak di ijinkan pergi dari mansion"
"Kalian semua ingin mati? Minggirlah aku sudah berpesan pada Gerard bahwa Ros akan keluar" kata Edgardo yang berdiri di belakang Rose dengan kedua tangan yang berada di kedua saku celananya.
Lalu Rose menatap Edgardo dengan tatapan horornya. Sedangkan Edgardo menaikkan kedua bahunya lalu pergi.
***
Sesampai Rose di kedai kopi Dijhe dia di sambut riang oleh teman-teman yang bekerja disana. Rose sangat senang bjsa bertemu dengan teman-teman mereka.
"Dimana Dijhe?" Tanya Rose pada temannya.
"Oh dia di ruangannya, apakah kau ingin menemuinya?"
Rose mengangguk dan berlalu ke ruangan Dijhe.Tok tok tok...
"Masuk" kata seorang di dalam. Aku membuka tak ada orang. Dimana Dijhe? Aku masuk lebih dalam tapi sebuah pelukan hangat dari belakang.
"Flower.. aku sangat merindukanmu" kata Dijhe menempelkan kepalanya ke atas kepala Rose.
"Dijhe lepaskan atau kita ketahuan oleh pegawaimu"
"Tidak akan Flower" ujar Dijhe dengan tenang. Rose memberontak melepaskan dengan lembut. Tapi Dijhe tetap menahannya hingga Rose pasrah membiarkan pelukan terjadi.
"Baiklah Jhe.. sepuluh detik" ujar Rose. Dijhe sedikit melepaskan pelukan eratnya.
"Pelit sekali.. biarkan lima menit"
"Oh.. tidak..tidak, satu menit atau lepas sekarang" kata Rose.
Dijhe membuang nafas kasar
"Baiklah satu menit" jawab Dijhe pasrah.Setelah jam kerja para pegawai itu selesai mereka tidak langsung pulang karena mengetahui Rose datang.
Dijhe datang menghampiri Rose yang sedang tertawa lebar bersama para pegawainya. Tapi saat Dijhe sampai semua pegawainya diam tak berkutik ketakutan karena disitu Dijhe terkenal sangat dingin membuat Rose ikut terdiam karena teman-temannya.
"Hey.. apa kalian tidak menyukaiku? Kenapa diam? Tenanglah aku akan memesan makanan enak dan banyak untuk kalian semua dan kita akan makan bersama, bersenang-senanglah"
"Apakah kau akan memesan beer juga?" Tanya Rose dengan polosnya.
"Iya akan ada minuman beer untuk kalian semua kecuali Flowerku"
Semua bersorak senang kecuali Rose. Mereka semua tau nama panggilan khusus Rose untuk Dijhe.
"Ini tidak adil" protes Rose.
"Mintalah apapun asal tidak beer" jawab Dijhe.
Sudah larut sangat malam tapi Rose barusaja kembali. Mengingat akhir-akhir ini Gerard selalu pulang larut malam juga.
Rose mengendarai mobilnya ke mansion dengan kawalan beberapa pengawal Dijhe yang memakai mobil mereka sendiri yang selalu berada di belakang mobil Rose.
Pengawal berhenti tepat di depan gerbang besar mansion yang menjulang tinggi memastikan Rose masuk dan mereka pergi meninggalkan Rose. Tepat sekali saat Rose parkir di garasi disana juga Gerard yang sedang keluar dari mobil sportnya. Menatap Rose dwngan mata tajamnya. Rose yang masih duduk di dalam mobil melihat itu langsung tertunduk takut.
Lalu Gerard berjalan cepat membuka pintu mobil dan menarik lengan Rose hingga keluar.
Gerard menyeret hingga ke kamar Rose. Dan memberhentikan hingga mereka berhadapan.
"Dari mana saja kau larut malam seperti ini?" Tanya Gerard dengan tajam.
"Aa..aku hanya ke tempat kedai kopi tempatku bekerja dulu" kata Rose dengan takut.
"Kau mulai nakal Rose" ujar Gerard dengan nada lirih tapi tajam.
"Kau tidak ijin dariku jika kau keluar dari mansion? Kau mulai membuatku kesal" kata Gerard dengan mencengkeram lengan Rose dengan kuat membuat Rose meringis.
"Cepat mandilah dan tidur!!!" Bentak Gerard membuat Rose takut.
"Jangan membantahku jika kau tak mau aku marah!!!" Lalu dengan patuh Rose langsung masuk ke kamar mandi dan berendam di bath up.
Gerard yang melihat Rose masuk ke kamar mandi lalu dia turun menemui Jimmy.
"Beri Dijhe pelajaran dan pecat kedua penjaga pintu mansion sekarang juga" kata Gerard tanpa basa-basi.
"Baiklah tuan. Saya permisi" hormat Jimmy dan pergi.
ROSE
Aku takut dia membentakku, aku takut saat dia menyeretku, aku takut saat dia marah terhadapku. Aku tak berkutik saat-saat seperti itu. Rasanya aku ingin menghilang tapi tak bisa.
Sudah setengah jam aku berendam di sini.
Aku takut keluar. Apa yang aku lakukan selanjutnya.
Tapi aku sudah kedinginan.Aku keluar dari bath up dan membilas di ruang shower. Aku mengambil kimono yang berada di lemari dalam kamar mandi.
Kupaksa keluar meski tidak tau apa yang terjadi selanjutnya. Kulihat Gerard duduk menyandar di ranjangku dan berkutat pada laptopnya. Hanya memakai kemeja putih yang pas di tubuh kekarnya dan lengannya kemeja lengannya di lipat sampai ke siku.
Aku berjalan menuju cermin dan mengeringkan rambut dengan hair dryer. Sampai detik ini rambutku sudah kering belum ada tanda-tanda akan kemarahan Gerard. Lalu bagaimana dengan tidurku? Ahh.. aku tidak mau memikirkan hal itu. Aku hanya akan tidur sampai esok. Itupun karena dia yang menyuruhku bukan? Dia tak akan macam-macam.
Lalu menuju ranjang dan tidur membelakanginya tanoa sepatah katapun. Aku merasa Gerard bergerak tiba-tiba membalikkanku menghadapnya.
Aku melihatnya yang memandangku tajam dan raut wajah yang sangar.
"Mulai sekarang aku akan memberimu pengawal dan penjagaan ketat di seluruh mansion ini, jadi jangan coba macam-macam" ujar Gerard dengan tegas.
"Tidak Ger. Aku tak mau ada kawalan aku.."
Perkataanku terputus karena lumatan Gerard yang mendadak dan keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother Is Too Protective (TAHAP REVISI)
RomanceKonten dewasa!!! WARNING buat yang masih umur 21 kebawah!!! Bagaimana rasanya jika kalian memiliki dua kakak laki-laki tiri yang tinggal seatap tanpa kedua orangtua kalian? Gerard yang jatuh hati pada adik tiri perempuannya bernama Rose yang sempur...