PART 28

56.8K 1.2K 46
                                    

Rose masuk dan melihat Gerard sedang menonton televisi di sofa ruang tamu.

"Apa kau benar-benar tak ada pekerjaan? Atau janji mungkin?" Tanya Rose tidak percaya.

"Tidak, dan jikalau ada siapa yang berani mengusikku? Akan aku rontokkan rambut kepalanya" kata Gerard seadaanya.

Rose berusaha cuek dan ikut duduk di samping Gerard dan menonton televisi bersama. Rose mengganti siaran televisi itu dengan kartun.

Gerard mengernyit dan mendecih.
"Istriku seleranya buruk" kata Gerard sambil menarik pinggang Rose hingga tubuh mereka saling menempel. Rose hanya mendelik melihat wajah Gerard.

"Apa yang kau lakukan Gerard? Kau sudah ada janji dengan ayah tapi kau tak kunjung datang? Apa kerjasama kita di batalkan?" Celoteh George yang datang ke mansion tiba-tiba mengagetkan mereka berdua.

"Kau bilang tak ada janji?" Tanya Rose pada Gerard. Gerard yang tidak menyangka ayahnya sendiri yang merusak momen-momen langka Gerard, diapun berdecih.

"Jangan banyak berdecih cepatlah siap-siap dan datanglah ke kantor anak nakal" ujar George.

Rose terkikik geli melihat Gerard beranjak dari sofa yang terlihat cemberut.

"Gerard.. apa kau tidak jadi merontokkan rambut kepala ayah?" Ujar Rose sebelum Gerard menghilang.

Ayah memelototi Gerard sedangkan Gerard tersenyum jahil dan cepat-cepat pergi.

Rose

Sudah tiga bulan lamanya hubunganku dan Gerard membaik. Bahkan Gerard juga mengatur jam kerjanya. Di sore hari dia pulang untuk menghabiskan waktu bersamaku. Gerard mengurus banyak pekerjaan yang bekerjasama dengan ayah. Dan pekerjaan lain, dia juga mengajariku untuk membuka bisnis sedikit demi sedikit, mulai dari pembangunan dan peralatan yang kuperlukan, dan lain-lain. Bahkan kami juga sudah berada di mansion baru kami bersama Mary juga.

Saat ini aku sedang berada di kedai kopiku. Pembangunan kedai kopiku memang di percepat karena aku tidak mau terlalu lama menunggu. Dalam berusaha lebih cepat lebih baik.

Nama kedai kopi ini adalah 'Coffee Cliffort' sesuai keinginan ayah. Aku memang tak banyak berpikir untuk nama kedaiku ini. Aku merasa Gerard benar-benar bekerja keras selama ini. Maka dari itu aku juga membatasi jam kerjaku. Ya... kedaiku di bangun tak sampai tiga bulan.. kami mengerahkan banyak tukang bangunan, aku setiap hari datang ke kedai kopiku untuk menemani para pelayan kedaiku, terkadang aku membantu mereka semua, aku tidak bersifat dingin pada mereka, justru aku sering bercanda ria bersama mereka. Jika menjelang sore aku pulang dan bersama Gerard. Layaknya keluarga harmonis pada umumnya.

Kami berprinsip bahwa keluarga adalah nomor satu, karir tetap penting tetapi tidak lupa dengan kebersamaan keluarga. Gerard pun yang perlahan menyadari bahwa uang bukanlah segalanya. Hal itu membuatku semakin jatuh cinta padanya. Perubahan yang sedikit demi sedikit menjadi pribadi yang baik membuatku tak bisa meninggalkannya.

Huekkk...hueekkk

"Ada apa sayang?" Tanya Gerard khawatir.

"Aku baik-baik saja sayang, aku hanya tidak enak badan"

"Maaf nona, apa nona sudah datang bulan?" Tanya Mary yang juga sama khawatirnya. Aku mengingat bahwa aku belum datang bulan.

"Apa jangan-jangan..." kataku berpikir.

***

"Kau harus makan sayuran yang banyak sayang, agar anak kita sehat" kata Gerard memperingatkan. Dia mengusapkan tangannya di atas perutku yang sedang hamil 6 bulan.

"Bolehkah aku bertanya tentang Edgardo?" Tanyaku pada Gerard dengan hati-hati. Gerard menghela nafasnya.

"Dia disana baik-baik saja, seperti biasanya, dia belum berubah dalam hal wanita, tapi setidaknya bisnisnya yang ada disana berkembang dengan baik, dia memiliki kekasih disana dan akan menikah sebentar lagi" jelas Gerard dengan detail.

"Benarkah? Lalu bagaimana dengqn kita? Apa kita akan pergi kesana ke pernikahannya?" Tanyaku.

"Tidak sayang, kau sedang hamil, aku tak mau kau lelah dan terjadi apapun padamu dan bayi kita"

"Tapi dia adikmu, dia juga sudah menjadi keluargaku" jawabku mengingatkan.

"Sejujurnya aku masih membencinya saat memperlakukanmu seperti itu dulu" kata Gerard di balas dengan usapan tangan lembutku pada bahunya.

"Sayang, maafkan dia, lupakan yang dulu, sekarang fokuslah pada bayi kita" kataku di sertai anggukan Gerard dan mencium perutku yang buncit.

My Brother Is Too Protective (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang