PART 6

130K 2.1K 16
                                    

AUTHOR

Rose dan Dijhe duduk di di sofa yang ada di sana.
"Jadi? Kenapa kau tidak pernah bilang bahwa kau pemilik kedai tempat kita bekerja?" tanya Rose dengan memegang kaleng sodanya.

Dijhe meneguk minuman kaleng soda itu dan menghela nafas panjang.
"Sekarang bukan kita yang bekerja di kedaiku itu Flower, tapi aku" jawab Dijhe dengan santai. Rose memutar bola matanya.

"Alasanku sengaja menyembunyikan identitasku pada semua orang karena aku ingin mengetahui secara langsung apakah ada yang curang di tempat kerjaku atau tidak" kata Dijhe dan tersenyum.

"Apakah menurutmu aku ini curang?" tanya Rose.

"Ya.. Kau curang dalam memahami perasaan, kau tidak pernah memahami perasaanku tapi dengan kakakmu kau memahami"

Rose hanya memutar bola matanya lagi mendengar penuturan Dijhe.

Ting tong..

Suara pintu Apartement terdengar.
"Tunggu.." Dijhe terhenti saat hendak berdiri membuka pintu mendengar suara Rose. "Bagaimana kalau di luar adalah orang suruhan Gerard?" lanjut Rose.

Dijhe tersenyum. "Mungkin tidak Flower" jawab Dijhe berjalan menuju pintu. Setelah Dijhe kembali membawa kotak di tangannya.

"Mari kita makan, aku membeli pizza" Rose tersenyum lebar. Mendengar kata pizza. Rose memang suka dengan pizza.

Setelah selesai makan Dijhe berdiri dan menarik lengan Rose yang masih duduk bersantai.

"Hey Dijhe kita mau kemana?" tanya Rose yang bingung.

"Italy" jawab Dijhe singkat yang masih berjalan memegang lengan Rose dengan tangan yang lain di masukkan ke kantong celananya.

"Apa?! Kau bercanda bukan?" kata Rose tidak percaya.

"Kau bisa membuktikannya nanti"

"Kenapa kita harus ke Italy? Dan untuk apa kau membawaku ke Apartementmu jika sekarang kau akan membawaku ke Italy? Mak..maksudku kenapa tidak daritadi kita berangkat ke Italy?" tanya Rose lagi dengan terburu-buru mensejajarkan langkah jalannya Dijhe.

"Jelas aku akan membawamu kabur dari pria sialan itu, dan membawamu ke Apartementku hanya untuk mempermainkan mereka yang mencari keberadaanmu" jelas Dijhe santai yang tetap berjalan.

ROSE

Disinilah aku berada. Di sebuah Apartement mewah yang berada di Italy, dia membawaku ke Italy dengan pesawat pribadi miliknya sendiri, ini sungguh membuatku kaget, dengan identitas asli Dijhe yang selama ini tidak ku ketahui, mungkin aku terlihat bodoh karena disini aku juga termasuk orang yang terkena tipu oleh Dijhe, tapi tidak masalah, aku tidak memandang dari identitasnya yang terpenting Dijhe tetap sama, Dijhe orang yang peduli terhadapku, oh ya.. Ternyata bukan hanya pemilik kedai coffee tempatku bekerja dulu, tetapi dia memiliki hotel ternama di negara Italy ini, dan yahh.. Satu lagi, ternyata dia anak konglomerat, ayahnya masuk ke golongan orang terkaya nomor tiga di Italy. Woww... Sungguh, aku benar-benar tidak percaya kalau hidupku berada di lingkungan orang kaya raya.

Ceklek..

Suara pintu kamar mandi terbuka, Dijhe keluar hanya dengan handuk yang melilit di pinggangnya, sunggu tampan dengan tubuhnya yang kekar sedikit kecoklatan, sungguh eksotis.

Aku yang sedang berada di depan cermin rias memandangnya dari cermin ini sambil menyisir rambutku yang basah sehabis mandi juga.

"Aku merasa kita menjadi suami istri" kata Dijhe membuyarkan lamunanku. Kulihat dari cermin dia sedang mengambil pakaian di almari.

"Jika kau tidak memakai baju di sini mungkin kita tidak terlihat seperti pasangan suami istri Jhe" kataku membalasnya.

"Baiklah, tadinya aku akan memakai baju di sini tapi aku urungkan, aku akan ke kamar mandi" katanya sambil berlalu ke kamar mandi. Setelah selesai dia keluar kulihat dari cermin dia tidak memakai baju, hanya mengenakan celana jins pendek selutut, lalu duduk di ranjang sambil bersandar.

 Setelah selesai dia keluar kulihat dari cermin dia tidak memakai baju, hanya mengenakan celana jins pendek selutut, lalu duduk di ranjang sambil bersandar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mendekatinya dan mengikuti duduk di sampingnya.
"Boleh aku bertanya?" kataku.

"Tentu Flower"

"Sampai kapan kau akan menyembunyikan identitasmu?"

"Sampai aku menginginkan" katanya sambil mengambil buku yang berada di nakas.

"Itu jawaban bodoh Dijhe" kataku sedikit geram. Dia hanya terkekeh melihatku dan membelai puncak kepalaku.

"Kita sudah seperti pasangan suami istri sekarang, duduk berdampingan di ranjang yang sama sambil bersandar" katanya dengan kekehan kecil.

"Oh ayolah, kita selalu melakukan ini Jhe, dan itu sudah menjadi hal biasa" jawabku bosan.

"Melakukan ini? Memang kita melakukan apa?" tanya Dijhe dengan mengedipkan satu matanya.

"Dijhe ayolah kau mengerti mak.." kataku terhenti dan mataku terbelalak saat Dijhe mengecup bibirku.

"Seperti itu?" kata Dijhe dengan suara kecil dan lembut. Pipiku memanas, oh tidak kumohon jangan merah. Dijhe terkekeh melihatku, apa aku seperti orang bodoh? Atau dia melihat pipiku memerah? Oh Tuhan apa ini mimpi? Jika iya jangan bangunkan aku, aku malu tapi aku bahagia. Perutku serasa ada ribuan kupu-kupu yang terbang, oh bukan.. apakah ada hewan kupu-kupu di dalam perut? Yeah.. Bukan itu, jantungku berdetak sangat kencang. Apa ini? Apa aku jatuh hati padanya? Tidak mungkin.

My Brother Is Too Protective (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang