Gerard berjalan menuju ke arah dapur dan mengambil sesuatu, lalu berjalan ke arah Rose lagi.
"A..apa yang kau lakukan dengan tali dan gunting itu?" tanya Rose dengan gugup.
Gerard tersenyum devil dan terus mendekati Rose. Jarak antara mereka hanya beberapa senti saja. Gerard mendorong Rose hingga terduduk di sofa itu. Lalu Gerard menidurkannya dengan kasar dan duduk di atas perut Rose.
"Ger..ar.. Turunlah kau menyakitiku" ujar Rose merintih merasakan sakit karena berat oleh tubuh Gerard.
Tapi Gerard tak menggubrisnya malah mengambil kedua tangan Rose dan mengikat kedua pergelangan tangan Rose.
Gerard memandang liar tubuh Rose yang sangat menggiurkan. Dan pandangannya beralih pada dada Rose.
"Kau menggiurkan ros, payudaramu besar" ujar Gerard dengan birahi yang sudah tinggi.
"Ini hukuman untukmu karena sudah berani tidur seranjang bersama Edgardo" kata Gerard lagi.
"Aakkhh..." teriak Rose saat Gerard menampar payudara Rose dengan sangat keras hingga payudaranya berguncang hebat.
Rose mengeluarkan air mata saat itu juga. Tanpa peduli dengan air mata Rose, Gerard meremas kedua payudara itu dengan sangat kencang hingga Rose terpekik kesakitan.
"Kau menyakitiku" kata Rose menahan sakit. Tapi sia-sia karena Gerard tak memperdulikannya.
Lalu Gerard merobek baju serta pakaian dalam Rose dengan gunting yang dia bawa tadi. Pandangan Gerard semakin liar. Tanpa menyia-nyiakan waktu lagi Gerard mengulum ujung payudara Rose.
Gerard menyedotnya dan menggigit kasar ujung payudara Rose.
"Jika aku tahu kau bersama Edgardo lagi maka aku akan melakukan hal yang lebih gila lagi" kata Gerard dengan tajam.
Lalu Gerard kembali mempermainkan permainan barunya lagi habis-habisan. Gerard memberi banyak tanda disana.
"Pantas saja Edgardo menyukai payudaramu" kata Gerard menghisapnya lagi.
"Ouhhh.." lenguh Rose tanpa sadar Tubuh Rose menggelinjang. Melihat hal itu libido Gerard semakin naik.Senyum devil Gerard semakin mengembang. Gerard semakin kasar mempermainkan payudara Rose.
PLAK.. PLAKK.. PLAKKK...
Gerard terus menerus menampar kedua payudara Rose dengan sangat keras dan membuat kedua payudaranya bergoncang hebat.
"Kenyal sekali payudaramu.. payudaramu benar-benar besar" ujar Gerard.
PLAKKK...
"Ahhhh... Gerard kumohon hentikan" rintih Rose dengan bercucuran air mata.
"Diam kau Ros, ini hukumanmu. Oh Ros payudaramu bergoyang membuatku ingin menariknya" kata Gerard vulgar dengan meremas kedua putingnya sambil menarik ke atas.
"Aaahhhhhhh.... jangan Geeeerrr.. lepaskan akuuuuuuu!!!" Teriak Rose.
Lalu Gerard menyeret Rose ke pintu yang terbuat dari kaca antara kamar itu dengan balkon yang ada disana.
Disana Gerard dengan kasar menempelkan seluruh tubuh Rose ke pintu kaca itu hingga payudara Rose menempel pada pintu kaca yang dingin."Bagaimana sayang? Dingin hah? Payudaramu yang sangat besar itu pantas untuk didinginkan saat ini untuk hukumanmu, payudaramu sepertinya akan meletus, ah.... itu membuat birahiku naik sayang" ujar Gerard dengan devilnya.
Lalu dengan kasar Gerard membalikkan tubuh Rose dan menggigit puting kirinya dan di tarik.
"Aaaahhhhh hentik... Akkkhhh" pekik Rose sangat keras saat Gerard menampar payudara itu lebih keras dari yang tadi.
"Berapa ukuran payudaramu? 36 C bukan? Yaa... nikmat sekali untuk ku sedot-sedot hingga pagi" ujar Gerard yang selalu vulgar.
PLAK...PLAKK.. PLAKKKK. PLAKKK..PLAKKK...
Gerard terus menampar payudara itu berulangkali. Lalu menyeret Rose ke ranjangnya.
Hampir setengah jam Gerard mempermainkan kedua payudara besar milik Rose. Lalu turun melalui perutnya dan berhenti di area sensitif Rose, tapi Gerard sempat berhenti sejenak lalu mempermainkannya tanpa ampun.
Tapi Rose tak kehilangan akal kakinya berusaha menyingkirkan kepala Gerard dengan brutal.
GERARD
Wajahku tepat berada di depan kewanitaan Rose, aku berhenti sejenak melihatnya ternyata dia masih perawan, itu artinya Edgardo dan Rose tidak melakukan apapun, lalu kulanjutkan lagi mempermainkan kewanitaannya, tapi aku merasa Rose semakin brutal terhadapku dengan kakinya yang berusaha menyingkirkan kepalaku. Aku berhenti menatap wajah Rose yang berantakan. Mata merah sembab, pipi basah, rambut berantakan dengan sesegukan. Melihat semua itu membuatku semakin nafsu.
Tapi aku tidak boleh melanjutkannya. Aku mendongak ke atas menatap langit-langit kamar, mencoba untuk mengatur birahiku agar hilang.
Sangat sulit.. Dengan terpaksa aku melepas tali di tangan Rose dan turun dari tubuhnya, lalu aku menutupi tubuhnya dengan selimut. Masih dalam keadaan mengunci tubuhnya dengan tanganku memeluknya.
Kulihat air mata yang terus menetes di pelupuk matanya. Dia memalingkan wajahnya dariku.
Aku meraih dagunya."Lihat aku Ros" kataku lembut padanya. Aku merasa bersalah sekarang. Tapi dia tidak mau melihatku.
"Ros jangan buat aku memperkosamu" kataku lagi. Tapi dia tetap menangis dan tidak mau menghadapku.
Dengan sigap aku membuka selimutnya dengan kasar dan melemparkan sembarangan.
"Ja..ngan Gerard, aku minta ma.. Aaahhh.." perkataannya terpotong dan menjerit saat aku tanpa basa-basi memasukkan juniorku ke dalam kewanitaannya. Aku tau dia pasti kesakitan tapi dia membuatku marah.
Aku langsung menghujamkan juniorku tanpa ampun dan kasar, tangan dan mulutku tidak tinggal diam. Aku meremas kedua payudaranya yang besar serta mulutku yang melumat bibir Rose dengan kasar. Sesekali aku menggigit bibir bawahnya dan sesekali juga aku menampar kedua payudara Rose dengan kencang, lalu aku menarik dan memelintir kedua putingnya, ohh.. Sungguh nikmat sekali memasuki Rose, dia terus menjerit kesakitan dengan perlakuan kasarku.
Sudah hampir satu jam aku memasuki tubuh Rose tanpa aku melepasnya. Dia sudah klimaks berkali-kali tapi aku belum klimaks sama sekali.
Aku menyuruhnya untuk menungging dan berbagai gaya lainnya yang membuatku semakin gencar menghujamkan juniorku.Dan saat ini Rose yang masih berada di balkon dengan keadaan sangat dingin. Aku menyetubuhinya dari belakang. Ya.. hal ini membuatku makin nafsu karena bersetubuh di tempat terbuka yang entah di lihat orang dari jauh atau tidak. Aku tidak peduli.
"Ohhh.. Rooossss... Kau nikmaaaaaaaattt.." lenguhku panjang saat aku mencapai klimaks.
Rose memukul tubuhku terus menerus dengan brutal saat aku mengeluarkan spermaku di dalam.
Aku sengaja belum mengeluarkan juniorku karna sejujurnya aku enggan melepas penyatuan kita. Aku meraih kedua tangannya yang menurutku brutal
"Ros.. Diamlah" kataku lembut. Tapi tetap saja tangannya berusaha untuk memukuliku.
"ROS!!!! DIAMLAH!!" Bentakku padanya, lalu seketika itu juga dia diam.
Aku memeluk tubuhnya yang masih lemas sesegukan. Hatiku terasa sakit.
Lalu ku bawa dia masuk dan tidur di atas ranjang."Ros maafkan aku, aku ingin memilikimu seutuhnya, tidak lama lagi aku akan menikahimu" kataku lembut padanya tapi aku merasa tubuhnya menegang saat aku berkata seperti itu.
Kukecup bibirnya yang mungil lagi. Juniorku kembali menegang. Aku mencoba menggerakkan lagi. Kembali aku menyetubuhi Rose tanpa ampun hingga aku memaksanya melakukan berbagai gaya.
Aku menyuruhnya untuk berhubungan intim di berbagai tempat. Di atas meja, dapur, kamar mandi ruang tamu. Yang paling menggiurkan saat alu mengolesi payudaranya dengan selai dan aku memasukkan es batu ke dalam vaginanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother Is Too Protective (TAHAP REVISI)
RomanceKonten dewasa!!! WARNING buat yang masih umur 21 kebawah!!! Bagaimana rasanya jika kalian memiliki dua kakak laki-laki tiri yang tinggal seatap tanpa kedua orangtua kalian? Gerard yang jatuh hati pada adik tiri perempuannya bernama Rose yang sempur...