Sudah larut malam, Rose masih terduduk seperti patung di ranjangnya. Dengan berlinang air mata tanpa hentinya. Dia termenung menangis karena apa yang mereka lakukan.
"Kenapa dengan hidupku ini? Dan bodohnya aku kenapa tubuhku ikut menikmati hal seperti tadi hingga membuatku mengeluarkan desahan brengsek?"
Batin Rose terus-menerus seperti itu.Tok tok tok...
Lalu masuklah Mary dari luar dengan perlahan melihat Rose seperti itu Mary mendekatinya dan memeluk tubuh Rose dengan sayang.
"Mary" ucap Rose dengan suara bergetar dan memeluk Mary.
"Anda harus lebih sabar lagi nona, aku tau perasaanmu sangat hancur" kata Mary dengan lembut dan mengusap kepala Rose.
"Mary? Kenapa kau tak membantuku saat itu?"
"Maafkan aku nona" ucap Mary melepas pelukannya dan menitikkan air mata.
"Maafkan aku nona Ros, saya tidak bisa berbuat apapun" katanya lagi dan menangis semakin tersedu-sedu."Nona.. sebentar lagi tuan Gerard akan datang.. kumohon makanlah, sebentar lagi makan malamnya matang dan aku akan membawakan makanan untukmu" kata Mary yang sudah tenang.
Rose hanya diam dengan pikirannya sendiri.Lalu Mary pergi keluar dan beberapa menit kemudian datanglah seorang pelayan lain membawa nampan berisi makanan.
"Maaf Nona mengganggu anda, saya akan meletakkan makanan ini di meja" kata pelayan itu meletakkan makanannya dan menukar nampan di meja berisi makanan juga yang sedari tadi tidak di sentuh oleh Rose.
Rose
Aku tidak bisa seperti ini di hadapan Gerard, sebentar lagi Gerard akan pulang, aku berjalan ke kamar mandi dengan tertatih merasakan sekujur tubuhku lelah dan melihat sekujur tubuhku yang banyak bercak merah. Apa ada tempat lain yang bisa membuatku bersembunyi dari Gerard untuk malam ini? Aku membutuhkan Mary untuk keluar dari mansion ini.
Aku terduduk di ranjangku menunggu Mary dan masuklah pelayan membawa nampan makanan yang kupikir adalah Mary karena Mary tadi berpesan dia akan membawa makanan untukku.
"Maaf Nona mengganggu anda, saya akan meletakkan makanan di meja" kata pelayan itu.
"Dimana Mary?" Tanyaku
"Dia sedang mengurus sesuatu di bawah nona, apa ada hal yang bisa kubantu?"
"Oh.. tidak aku membutuhkan Mary saat ini, aku akan turun sendiri menemui Mary" kataku.
"Oh.. jangan nona, biarkan Ibu Mary yang akan ke atas" kata pelayan itu sedikit takut. Aku mengernyitkan dahiku. Lalu pelayan itu membungkuk hormat dan keluar membawa nampan yang sedari tadi sore tidak kumakan.
Aku makan makanan yang baru karena aku merasa lapar sedari tadi siang aku tidak makan dan hanyalah pegal dan capek yang aku terima. Dan setelah itu aku merasa kalut dalam pikiranku sendiri sampai aku tidak merasa lapar sejak tadi. Tapi setelah Mary kemari dan memelukku aku seperti memiliki teman untuk keluh kesahku dan aku teringat akan ibu memelukku dulu saat aku menangis karena suatu masalah.
Meskipun Mary hanya pelayan tapi aku merasa tenang, memang tak senyaman saat di peluk ibu dulu tapi setidaknya dia yang bisa membuatku sedikit lebih rileks.
Setelah aku makan aku berniatan turun serta membawa nampan karena aku tidak mau terlalu merepotkan para pelayan.
Dibawah aku melihat beberapa orang berpakaian pengawal dengan badan kekarnya dan beberapa pelayan juga sedang membersihkan sesuatu. Aku terus menuruni anak tangga dan Mary melihatku lalu dengan cepat Mary sedikit berlari menghampiriku.
"Ada apa Mary?" Tanyaku penasaran apa yang terjadi.
"Oh nona kenapa kau turun, jika kau membutuhkan sesuatu kenapa tidak bilang aku akan naik ke atas" katanya terlihat kawatir. Aku semakin penasaran apa yang terjadi. Lalu pelayan lain mengambil nampan dari tanganku membungkuk hormat lalu pergi.
Aku tak menggubris Mary dan mendekat pada segerombol orang-orang itu dan aku melongo melihat apa yang terjadi. Aku benar-benar kaget dengan yang kulihat.
Ada darah yang sangat banyak dengan seorang wanita yang memakai seragam pelayan terkapar dan mengeluarkan banyak darah segar di lehernya.
"Mary.. ada apa ini?" Kataku dengan takut dan kencang membuat semua orang yang tak menyadariku melihatku semua.
"Nona, anda di larang turun, setelah ini kau baru boleh turun" kata seorang berbadan kekar dengan pakaian jas rapinya.
"Aku keluarga ini, dan aku berhak tau apa yang terjadi di dalam mansion ini" kataku dengan keras kepala.
"Nona, naiklah dulu biar aku yang menjelaskan" kata Mary padaku.
"Kau berhutang padaku Mary" kataku lalu naik ke kamarku dengan pikiranku yang pergi kemana-mana. Sungguh.. hari ini aku benar-benar merasa di dalam mansion ini seperti neraka yang ada di gambaran pada umunya, dengan suasana penuh ketegangan, mencekam, membuat hati dan fisik sakit dan penuh dengan tangisan, yaa... terutama tangisanku. Seperti itu yang di gambarkan neraka pada umumnya di muka bumi ini.
***
Aku benar-benar tak percaya dengan apa yang di ceritakan Mary.
Benarkah pelayan itu di bunuh Edgardo?"tapi kenapa?" Tanyaku tak percaya.
" tadi siang dia mendengar anda menjerit dan dia tau bahwa anda diperkosa oleh tuan Edgardo lalu anak buahku berlari turun dan berniat untuk menelepon entah siapa mungkin dia akan menghubungi kantor tuan Gerard tapi anak buah Edgardo mengetahui hal itu langsung menariknya membawa ke gudang dan mengunci disana. Setelah tuan Edgardo turun dari kamar anda dan anak buahnya membawa pelayan itu pada tuan Edgardo seketika tuan Edgardo marah dan membunuhnya di bawah"
Aku melongo mendengar semua penjelasan Mary. Aku tidak menyangka bahwa niat baik pelayan itu berakhir mengenaskan. Aku benar-benar semakin takut pada Edgardo yang pernah berkata soal Dijhe. Apakah ancamannya benar? Aku harus waspada pada semua ini.
"Apa kalian tidak memanggil polisi?"
"Tidak nona, kami tidak berani, bahkan polisi pun tak berani dengan keluarga ini, entah bagaimana cara mereka melakukan ini tapi nona tahu bukan bagaimana keluarga anda?"
Jelas Mary membuatku tersadar bahwa dari dulu keluarga ini memang terkenal sangat kejam dan tidak mudah di taklukkan bahkan sesalah apapun keluarga ini akan menang dari yang lain."Mmm.. Mary? Apa kau tau keluarga asal-usul pelayan itu?" Tanyaku.
"Ya.. aku tahu, dia berasal dari keluarga yang tidak mampu, ayah dan ibunya di perdesaan, dan dia anak tunggal, dia bekerja disini untuk mencukupi kebutuhan orang tuanya di desa" jelas Mary.
"Kau bisa membantuku Mary? Berikan mereka bantuan terus dalam ekonomi keluarga itu, jika perlu dirikan toko untuk mereka agar kedua orang tuanya tidak bersusah payah mencari uang, mereka akan sangat terpukul, tapi pastikan mereka menerima bantuanku karena siapa lagi kalau bukan aku yang menanggungjawabi mereka? Anaknya sudah mati dan keluargaku pun tidak akan peduli" jelasku.
yaa.. mengingat keluargaku dengan sifat-sifat mereka tidak akan membantu keluarga itu. Karena bagaimanapun juga dia mati karena ingin berniatan baik padaku. Mungkin tidak sepenuhnya aku tahu niat pelayan itu apa tapi yang jelas dia mati karena perlakuan kakakku. Maka aku harus bertanggungjawab atas kehidupan orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother Is Too Protective (TAHAP REVISI)
RomanceKonten dewasa!!! WARNING buat yang masih umur 21 kebawah!!! Bagaimana rasanya jika kalian memiliki dua kakak laki-laki tiri yang tinggal seatap tanpa kedua orangtua kalian? Gerard yang jatuh hati pada adik tiri perempuannya bernama Rose yang sempur...