"Tidak Ger. Aku tak mau ada kawalan aku.."
Perkataanku terputus karena lumatan Gerard yang mendadak dan keras.
Aku tak ingin ini berlanjut. Dengan seluruh tenagaku aku mendorong Gerard menjauh. Aku mengambil posisi duduk dan menatap Gerard.
"Kumohon Ger jangan mengekangku" rengekku. Apa? Aku merengek padanya? Gerard menghela nafas panjang.
"Baiklah" lagi-lagi Gerard mengalah dan menuruti apa kemauanku.
***
-AUTHOR-
Seorang wanita muda dengan kebaya putih yang terlihat elegan tanpa lengan dengan seluruh punggung terekspos sedang duduk di sebuah kursi rias. Dengan beberapa orang mengelilinginya mendandani wanita yang duduk di kursi rias itu.
Ya.. hari ini hari pernikahan Rose dan Gerard. Dua hari setelah percakapan mereka waktu itu dengan cepat Gerard mempercepat hari pernikahan mereka berdua.Rose membuka matanya yang terpejam dan melongo melihat sosok dirinya di depan cermin.
"Benarkah itu aku?" Semua orang di ruangan itu tersenyum puas.
"Kau sungguh cantik dan menawan nona" ucap salah satu penata rias.
"Ya.. dia seperti seorang ratu, memang sudah dari awal dia sangat cantik" kata yang lainnya pada mereka semua. Mereka tersenyum puas.
Rose melihat dirinya sendiri dan seulas senyuman di bibirnya.
Ceklek...
Pintu ruangan terbuka dan kepala Gerard menyembul dari luar hingga akhir nya Gerard masuk dan melongo melihat penampilan Rose.
"Sungguh cantik" pikir Gerard.
-GERARD-
"Apa Ros belum siap?" Tanya ayah padaku.
"Mungkin dia belum selesai. Aku akan menghampirinya" kataku melihat banyak tamu yang berada di dalam mansion dari atas.
Aku menuju ke ruang riasan Rose."Sungguh cantik" pikirku.
Aku berjalan menghampiri Rose dan mereka yang lain keluar ruangan semua kecuali Rose.
"Kau sungguh cantik Ros" kataku padanya. Dia pun terdiam melihatku dan melihat penampilannya sendiri melalui cermin besar.
"Biasa saja" katanya dengan datar.
Apa? Biasa? Seperti tak ada yang berbeda. Apa dia benar-benar tidak mau menikah denganku?
Yang benar saja. Banyak wanita luar mengincarku tapi tidak dengan Rose. Ada apa dengan Rose?"Cepatlah, para tamu sudah menunggu" kataku memperingatkan.
Aku keluar dari ruangan dan berpapasan dengan Mary yang akan masuk ke dalam ruangan Rose."Tuan saya sudah menyingkirkan Scarla dan wanita-wanita pengganggu lainnya yang berusaha mengganggu pernikahan anda" lapor Jimmy padaku yang masih berada di depan ruangan. Aku mendengar informasi dari Jimmy bahwa ada banyak yang ingin menyingkirkan Rose dariku. Termasuk menghancurkan pernikahan ini.
"Baiklah.. urus semua keamanan di mansion ini, aku tidak mau mendengar keributan, dan perketat lagi keamanan di mansion ini" ujarku memberi tugas pada Jimmy.
"Baik tuan" dia membungkuk hormat dan berlalu.
Rose
Malam pun tiba setelah acara ritual pernikahanku dengan Gerard yang menegangkan. Disana aku banyak menemui kolega-kolega dari Gerard, Edgardo dan juga Ayah. Banyak para wanita yang selalu memandangi Gerard dengan tingkah centilnya atau menggodanya. Ah.. mereka.. apa mereka tidak memiliki kekasih? Apa mereka juga tidak malu? Apa mereka tidak laku? Rasanya aku ingin menjambak rambut mereka satu persatu.
Tunggu.. apa aku cemburu? Ah sudahlah. Wajar bukan kalau aku sedikit marah karena Gerard adalah suamiku.Aku melihat Gerard yang baru saja keluar dari kamar mandi. Dia hanya memakai handuk yang melingkar di pinggangnya.
"Kenapa pipimu memerah melihatku?" Suara baritonnya membuyarkan lamunanku. Apa pipiku terlihat seperti itu? Aku berpaling membelakanginya dengan malu.
"Apa kau ingin membuat keturunan sekarang juga?" Kata Gerard yang kuyakini dia sedang tersenyum devil. Aku sudah hafal dengannya.
"Jangan macam-macam Ger. Aku lelah" kataku berusaha acuh.
"Oke baiklah, kita lakukan besuk" katanya dan aku merasa dia tidur di sampingku. Tak lupa dengan tangannya yang memelukku dari belakang dengan posesif.
Selang beberapa menit kemudian aku menoleh perlahan ke belakang dan melihat Gerard. Aku terkejut apa yang kulihat.
Dia telanjang bulat tak memakai apapun. Tak kusangka setelah mandi dia hanya melepas handuknya saja. Aku teringat setelah aku berbalik memunggunginya tadi dia langsung memelukku.
Ini bukan yang pertama kalinya aku melihat dia telanjang bulat.Tapi tak apa, dengan dia sudah tertidur aku bisa tidur nyenyak sekarang karena rasa waspadaku sejak tadi.
***
AUTHOR
Gerard membuka mata dan tersenyum devilnya. Gerard membelai punggung Rose dengan halus. Ya.. sejak tadi Gerard belum juga tertidur, dia juga merasakan gerak-gerik Rose saat melihatnya ke belakang dengan pelan. Tapi Gerard berpura-pura tetap tidur. Perlahan Gerard membuka selimut yang di pakai Rose menyingkap baju tidur terusan itu hingga ke perutnya. Tiba-tiba Rose bergerak merasa ada yang tak nyaman merubah posisi menjadi telentang. Sungguh kesempatan emas Gerard.
Tangan nakal Gerard mulai melepaskan celana dalam Rose. Pelan tapi pasti Gerard pun tanpa basa-basi menancapkan juniornya ke lubang Rose.
"Akhhhh" keluh Rose yang masih lemas saat bangun dari tidurnya.
Gerard tetap melancarkan aksinya dengan keras. Rose meronta tapi aksi Rose malah membuat gairah Gerard semakin memuncak. Gerard pun semakin gencar.
Tak lupa dengan remasan tangan Gerard di bagian payudara Rose. Gerard meremas keras karena gemas melihat payudara Rose yang besar naik turun seperti ingin berloncatan kesana kemari.
Tak membutuhkan waktu lama pinggul Rose semakin berkelojatan.
"Aaaakkkhhhh" ternyata Rose mengeluarkan cairannya. Tapi tidak untuk Gerard.
Selang waktu lama Gerard makin gencar memasuki Rose. Tak lama Gerard pun mengeluarkan cairannya ke dalam tubuh Rose. Rose yang sudah lemas hanya pasrah.
Gerard memeluk tubuh Rose yang masih di atasnya. Lalu mereka melakukannya lagi dan lagi. Tepatnya bukan mereka, tapi Gerard yang memaksa melakukannya lagi, lagi dan lagi hingga hampir menjelang pagi dan berbagai gaya pun Rose pasrah karena dia merasa sia-sia menolak Gerard.
***
Rose terbangun karena guncangan kecil dari Gerard.
"Ros.. bangunlah" usaha Gerard membangunkan Rose yang masih tertidur hingga siang karena mereka tak tidur semalam.
"Mmmm.." Rose hanya bergumam.
"Cepatlah bangun kita akan terbang bulan madu"
"Benarkah? Apa disana ada pantai?" Tanya Rose semangat dan terduduk.
"Ya.. apa yang kau mau sayang" kata Gerard dengan lembut sambil membelai kepala Rose dengan lembut.
Tingkah laku Gerard dan dengan kata-kata 'sayang' membuat Rose merasa berbeda.
"Hey.. ayolah sayang, kita akan kesana, cepatlah mandi.. aku akan menyuruh pelayan untuk mengemasi barang kita" Rose tersenyum menuruti perintah Gerard dan bergegas mandi. Rose merasa berbeda. Dia sangat senang hari ini.
Gerard turun pergi menemui Mary. Ya.. Gerard lebih suka berkomunikasi dengan Mary karena sudah terbiasa sejak remaja Gerard selalu di asuh oleh Mary. Selagi orang tua Gerard yang dulu selalu sibuk, Mary selalu ikut menjaga Gerard.
"Mary, kemasi barangku dan Rose, kita akan berangkat berbulan madu"
"Baiklah tuan Gerard, makan siang juga sudah siap, apa aku perlu membawa makan siang nona Ros ke atas?"
"Tidak, aku ingin makan siang bersama Ros, panggilkan saja setelah dia mandi" perintah Gerard pada Mary.
"Baiklah tuan" kata Mary dengan membungkuk hormat, Mary memang profesional, dia selalu sopan pada majikannya meskipun dia sudah lama bekerja disana dan mengasuh Gerard.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother Is Too Protective (TAHAP REVISI)
RomanceKonten dewasa!!! WARNING buat yang masih umur 21 kebawah!!! Bagaimana rasanya jika kalian memiliki dua kakak laki-laki tiri yang tinggal seatap tanpa kedua orangtua kalian? Gerard yang jatuh hati pada adik tiri perempuannya bernama Rose yang sempur...