AUTHOR
Rose menangis hingga dia tertidur. Gerard yang datang di siang hari melihat Rose yang tertidur dengan posisi kedua kakinya menggantung ke bawah hanya diam saja melihat sekilas lalu pergi ke kamar mandi. Dia masih marah dengan apa yang terjadi.
Suara gemercik air dari shower yang Gerard pakai membuat tidur Rose terbangun.
"Itu pasti Gerard" pikir Rose.
Lalu Rose menunggu Gerard hingga selesai mandi. Dia keluar hanya mengenakan handuknya di pinggang. Dengan rambut basahnya, keluar melihat Rose yang sudah terbangun hanya diam saja tak bergeming dan menuju ke almari mengambil kemejanya.
"Apa tadi malam kau dari kelab malam?" Tanya Rose. Tak ada jawaban dari Gerard. Dia tetap memakai kemeja.
"Gerard jawab aku" tak ada jawaban lagi.
"Baiklah jika itu maumu, aku tidak peduli" ujar Rose yang sudah frustasi lalu pergi hendak keluar dari kamar tapi tiba-tiba lengan Rose di cengkeram oleh Gerard dan di tarik berjalan lebih cepat keluar Apartement.
"Hey.. lepaskan aku Ger, kau sama saja seperti Edgardo!!!" Ujar Rose tapi tak di gubris oleh Gerard.
Gerard terus menyeret Rose hingga ke mobil dan melaju menuju ke kantornya.
Seperti biasa.. kembali ke semula. Rose terpenjara di dalam ruangan kerja kantor Gerard.Sedari tadi Gerard hanya mendiamkannya. Rose yang selalu berwajah cemberut juga tidak memulai untuk berbicara. Rose terus berkutat dengan ponselnya yang baru di beli tadi pagi saat bersama Dijhe.
Gerard kembali seperti semula. Dia kembali dingin dan kasar pada Rose, berbuat seenaknya sendiri, egois terhadap Rose.
Rose berdiri hendak pergi.
"Kemana?" Tanya Gerard tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun dari laptopnya."Jalan-jalan" kata Rose tetap keluar dari ruangan itu.
"Jika kau melangkah keluar aku tidak segan menghukummu di tempat ini" ujar Gerard dengan sangat tegas.
"Jangan bodoh Ger" kata Rose yang tetap berjalan.
"Satu.." tiba-tiba Rose berhenti.
"Oke okeee.. aku kembali" kata Rose dan kembali ke sofa. Gerard mengulum senyumnya agar tak terlihat oleh Rose.
Begitulah Gerard saat bersama Rose. Selalu tersenyum meskipun dia masih marah.
Setelah lama berkutat pada pekerjaannya, Gerard menoleh pada Rose, dia tertidur di sofa besarnya.
Gerard menghampiri dan membopong Rose ala bridal style memindahkan ke kamar yang ada di ruangan tersebut.
"Mmm.. maafkan aku Gerard" Rose mengigau saat di tidurkan di ranjang. Gerard yang mendengar itu melongo melihat istrinya.
GERARD
Aku membelai puncak kepalanya dengan sayang.
"Apa kau merasa terbebani dengan masalah kita sayang? Apa kau terbebani sangat berat? Jika aku tahu kau terbebani seberat itu maka aku tidak mendiamkanmu" batinku.
Apa yang aku lakukan tadi malam? Kenapa aku bertindak bodoh meninggalkan istriku yang sedang terbebani seperti ini?
Wajahnya semakin tirus dan badannya makin kecil. Oh Tuhan.. aku berdosa.
Di saat dia tidak tau apa yang harus dia lakukan seharusnya aku tak membiarkannya semakin kepikiran.
Tetapi kenapa dia masih terlihat membangkang? Apa dia ingin menutupi kelemahannya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother Is Too Protective (TAHAP REVISI)
RomanceKonten dewasa!!! WARNING buat yang masih umur 21 kebawah!!! Bagaimana rasanya jika kalian memiliki dua kakak laki-laki tiri yang tinggal seatap tanpa kedua orangtua kalian? Gerard yang jatuh hati pada adik tiri perempuannya bernama Rose yang sempur...