PART 1

206K 3.1K 11
                                    

Edgardo terus memandangi Rose selama makan, dan Rose tau itu. Hingga akhirnya Rose tak menghabiskan makanannya dan beranjak dari kursi berniatan masuk ke kamar.

"Duduk dan habiskanlah sarapanmu" kata Gerard dengan tajam.

"Aku tak memiliki selera makan" jawab Rose seadanya dan berjalan menuju kamar.

Akhirnya Gerard menyerah dan memanggil para pelayan untuk mengantarkan makanan baru buat Rose.

Sedangkan Edgardo, dia tersenyum licik memikirkan sesuatu pada Rose.

ROSE

Aku benar-benar tidak berselera makan hari ini, bagaimana tidak? Edgardo sedari tadi melihatku makan. Apa kalian tidak merasa risih jika dilihat terus menerus saat kalian makan? Ah dia benar-benar menjengkelkan.

Dan perkataan itu tadi, sungguh keterlaluan, dia seperti melihatku baru pertama kali ini, ah yaa.. Aku baru ingat bahwa dia memang baru pertama kali ini melihatku semenjak kepergianku dulu dari mansion ini.

Seminggu aku berada di mansion ini aku tak pernah melihatnya, karena kudengar dari ketua pelayan di mansion ini setelah Edgardo kembali dari Italy dia sangat sibuk dalam pekerjaannya, ya.. Aku tau bagaimana kesuksesan mereka, Gerard dengan Edgardo.

Mereka berdua terjun di dunia bisnis mengikuti ayah mereka, talenta Mr.George menurun pada kedua anaknya. Dan aku akui bahwa talenta itu membuat kedua anaknya menjadi orang kaya raya muda, bahkan mereka masing-masing memiliki beberapa cabang Restaurant dan hotel berbintang di berbagai negara, bahkan Gerard juga memiliki Mall terbesar di negara ini.

Sungguh mengagumkan, bagaimana aku tidak tau? Kalau di berita mereka sering muncul dengan kesuksesan yang mereka perjuangkan, bahkan sering juga di kabarkan pada tayangan televisi bahwa mereka sempat dekat dengan banyak wanita di kalangan artis.

Ah dasar pria-pria itu, kenapa harus aku yang menjadi adik tiri mereka?

Aku melihat jam di nakas, menunjukkan jam sebelas siang. Aku jenuh dengan kamar ini. Dari pagi aku hanya menghabiskan waktuku untuk menonton acara televisi.

Aku keluar dari kamarku dan menuruni tangga, disini banyak pelayan berkeliaran untuk mengerjakan tugas mereka masing-masing.

Seperti biasa, mereka selalu menunduk saat melihatku dan tak berani melihatku, aku berencana ke dapur untuk melihat disana.

Mungkin aku bisa membantu mereka yang sedang masak untuk makan siangku.

Aku melihat beberapa orang di dapur dan termasuk Mary ketua pelayan di mansion ini yang berani memandangiku.

Aku menghampiri Mary.
"Mary apa aku bisa membantu?" tanyaku pada Mary yang sibuk memasak.

"Oh nona.. kenapa kau ada di dapur? Kau tidak boleh berada disini, ini bukan tempatmu" katanya sedikit kaget.

"Mary kau selalu berkata seperti itu setiap aku kemari, kau bahkan sudah tau bukan bahwa sebelum aku kembali kesini aku bekerja sebagai pelayan juga" kataku bosan pada Mary.

"Tapi sekarang berbeda nona"

"Sudahlah Mary aku tidak apa, aku hanya bosan tidak melakukan apapun" kataku memaksa Mary.

Mary hanya tersenyum menyerah padaku.
"Mary? Aku boleh menanyakan sesuatu?" tanyaku penasaran.

"Bertanyalah, bukankah malu bertanya sesat di jalan?" kata Mary sedikit bergurau.

"Kau benar Mary, aku tak mau tersesat di mansion ini, aku hanya ingin tau bagaimana keadaan Mr.George dan juga kedua anak nya selama aku tidak berada di sini"

Mary berhenti mengupas wortel dan melihat pelayan yang lain, dia memberi kode isyarat melalui mata untuk melanjutkan mengupas wortelnya.

Lalu Mary mencuci tangannya, dia duduk di kursi yang ada si sebelahku.
"Sebenarnya tuan George sempat mengingini nona kembali, tapi.. Tuan muda Gerard mencegahnya.. Entah karena apa, dengan tuan muda Edgardo, semenjak dia kembali dari belajarnya di Italy dia selalu membawa pulang wanita yang berbeda-beda ke mansion ini setelah dia pulang bekerja, dan dengan tuan Gerard, entah apa yang dia pikirkan, dia tidak nampak seperti adiknya. Dia bahkan tidak pernah membawa wanita ke mansion ini, bahkan yang kami tau dia selalu bekerja dan bekerja"

Aku ber-oh ria mendengar cerita dari Mary, Mary memang mengetahui keluarga ini, karena sejak aku datang ke mansion ini yang petama kalinya bersama almarhum ibuku, Mary sudah berada di sini.

"MARY!!!" Teriak seseorang di luar dapur. Dan semua pelayan disini sempat kaget mendengar teriakan yang menggelegar itu.

"Ah celaka.. Tuan muda Edgardo sudah pulang, nona.. kumohon keluarlah dari dapur ini supaya kami semua tidak terkena marah darinya" kata Mary memelas dengan wajah ketakutan.

Kurasa aku memang harus membantu mereka, bukan membantu memasak yang kulakukan disini, tapi membantu pergi dari sini. Siapa yang akan memarahi mereka? Edgardo pria mesum itu?

Dan kenapa aku tidak di perbolehkan ke dapur? Bukankah wanita harus bisa memasak? Hhh... Kurasa aku memang bosan jika harus di mansion ini dengan tidak boleh melakukan hal yang di lakukan oleh para pelayan. Padahal aku ingin sekali memasak bersama mereka.

Aku segera keluar dari dapur sebelum Edgardo melihatku. Dan setelah kukira aman dari penglihatan Edgardo, baru menginjak anak tangga aku mendengar suara Edgardo dari belakang sana.

"Mary.. Kemana saja kau? Apa makan siang sudah selesai? Aku akan makan siang di rumah bersama Ros" kudengar dia berbicara pada Mary tapi aku tetap melanjutkan jalanku menaiki tangga ke empat.

"Baik tuan, makanannya sudah siap dan akan disajikan di ruang makan" jawab Mary.

"Ros... Berhenti disana" kudengar teriakan Ed kepadaku, tapi aku masih tetap berjalan.

"Jika kau tak mau berhenti aku akan..-"

"Oke baiklah aku berhenti" selaku memotong perkataannya berhenti tanpa menoleh atau membalikkan badanku kepadanya sebelum aku mendengarkan ancamannya lebih lanjut.

"Kau cepatlah makan siang bersamaku" kudengar dia berkata seperti itu. Aku terlalu malas bersamanya. Kulanjutkan lagi jalanku dan memasuki kamarku sendiri.

My Brother Is Too Protective (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang