"Dua Wanita Hebat"

3.9K 155 1
                                    

Zian menatap kamar berukuran 4x4 yang hanya berisikan lemari pakaian yang mulai lapuk dan tempat tidur kecil hanya cukup untuk satu orang saja.

"Ini kamar Kamu? " tanya Zian sambil menurunkan tas ranselnya diatas tempat tidur single itu dan melihat sekeliling kamar yang mulai usang termakan usia.

"Iya, jelek ya".

Kamar ini menjadi bukti bagaimana susahnya hidup Ariana dan Ibunya selama ini, Zian berfikir jika hidup Ariana dan Ibunya amatlah susah, Zian mengerti kenapa Orang tuanya meminta dirinya untuk menikah dengan Ariana semata-mata hanya untuk mengangkat drajat Ariana dan Ibunya agar lebih baik, tapi tidak untuk Zian, dia benar-benar mencintai Ariana kini dan sampai nanti.

"Tidak, kamar ini menjadi bukti dan membuat Aku bisa merasakan bagaimana susahnya hidup Kamu dan Ibu Kamu dulu" ucap Zian yang berada dihadapan Ariana sambil memegangi kedua telapak tangan Ariana.

"Jadi Kamu tau, Aku menikah dengan Kamu agar Aku bisa melanjutkan sekolahku" ucap Arian tertunduk dengan suara yang sangat pelan.

Zian mengangkat dagu Ariana hingga Ariana menatapnya. "Aku tidak berfikir seperti itu, dan Aku menikah dengan Kamu karena cinta, Aku mencintai Kamu Ri" Zian menarik Ariana kepelukkannya.

"Ri, cuma Kamu yang ada dihati Aku, sekarang dan sampai nanti" lanjut Zian kemudian.

"Kamu orang baik Zi, Aku juga mencintai Kamu".

Zian melepaskan pelukkannya dan menangkup kedua pipi Ariana. "Kok malah nangis sih, mending Kita istirahat" ucap Zian sambil menghapus air mata yang membasahi pipi Ariana dengan kedua ibu jarinya.

>>>

Udara didesa memang masih sangat bersih, karena belum terkontaminasi oleh polusi, cuaca dingin memanglah sering terjadi jika menjelang pagi sebelum matahari terbit, Zian merapatkan tubuhnya kearah Ariana agar sedikit mendapatkan kengahatan dari tubuh Ariana.

"Hmm.. Apaan sih Zi" gumam Ariana yang merasa sedikit sesak.

"Diam Ri, entar Aku jatoh" mengingat ranjang yang mereka tiduri hanyalah berukuran mini, membuat keduanya susah untuk bergerak bebas, namun Ariana yang merasa benar-benar sesak terpaksa sedikit mendorong Zian hingga membuat hal yang mereka takuti terjadi.

"Bbrruukk".

Tubuh keduanya terjerembab kelantai dengan posisi Ariana berada diatas tubuh Zian, dorongan Ariana sedikit kuat hingga Zian tak bisa mengimbangi tubuhnya dan tangannya yang memegangi lengan Ariana membuat Ariana ikut tertarik hingga keduanya jatuh.

"Tuh kan Aku sudah bilang" ucap Zian bukannya merasakan kesakitan malah memeluk tubuh Ariana yang berada diatas tubuhnya.

"Astagfirullah " ucap Bu Ros yang membuat Ariana dan Zian seketika menoleh kearahnya. "Hmm.. Tadi Ibu mendengar sesuatu jatuh yang berasal dari kamar ini, makanya Ibu kesini tapi- hmm.. Yasudahlah" keadaan didepan matanya membuat dirinya jadi salah tingkah sendiri.

Wajah Ariana dan Zian memerah karena ketangkul Ibu Ros dalam keadaan yang sebenarnya tidak sengaja itu.

"Kamu sih" ucap Ariana yang langsung bangkit dari posisinya dan diikuti Zian.

"Kok Aku sih, kan Kamu yang ngedorong Aku".

"Abis Kamu bikin Aku susah nafas sih" Ariana memanyunkan bibirnya, membuat Zian gemas.

"Iya deh iya, aku yang salah" ucap Zian sambil mencubit hidung mancung Ariana.

"Sakit.. " rengek Ariana.

"Yaudah deh Aku mandi dulu ya" Zian mengambil handuk yang diletakkan Ariana menggantung dibelakang pintu kamar.

Ariana tersenyum sambil mengangguk.

>>>

Ariana membantu Ibunya menyusun kue-kue kebakul yang biasa digunakan Ibunya untuk mengantarkan dagangan kuenya kepasar.

"Bu, kenapa sih Ibu nggak berhenti aja jualan, memangnya uang yang Papanya Zian kasih, kurang ya? ".

"Bukan begitu Ri, kalau Ibu nggak kerja badan Ibu terasa sakit semua Ri" jelas Ibu Ros yang duduk dihadapan anaknya. "Ri, maafin Ibu ya".

"Untuk apa Bu? " tanya Ariana bingung.

"Bukan maksud Ibu membuat Kamu terjebak dalam pernikahan dini seperti ini, Ibu hanya-".

"Sstt.. Enggak Bu, Ariana nggak ngerasa terjebak. Zian laki-laki yang baik, keluarganyapun sama, Ariana hanya nggak tega dan sedih jika meninggalkan Ibu sendirian disini" Ariana tak dapat lagi membendung air matanya dan langsung memeluk Ibunya.

"Loh kok malah nangis Nduk" sebenarnya Ibu Ros juga sedih namun dia tak mau anak satu-satunya tau tentang kesedihannya ini.

"Ada apa ini, kok malah peluk-pelukkan sambil nangis lagi" suara Zian mengejutkan keduanya. Ariana melepaskan pelukkanya dari Ibunya dan menghapus air mata yang membasahi pipinya.

"Nggak Papa Zi, biasa Ariana kalau sudah ketemu Ibukan seperti ini, manja" bohong Ibu Ros.

"Ibu.. " Zian berjalan menghampiri Ibu mertuanya dan berjongkok dihadapan antara Ibu Ros dan Ariana, Zian memegang kedua tangan Ibu mertuanya. "Zian mau mengucapkan terima kasih banyak pada Ibu, karena sudah melahirkan seorang wanita yang cantik dan baik, Zian juga berterima kasih karena Ibu mengizinkan Ariana menikah dengan Zian" air mata yang sejak tadi ditahannya kini benar-benar tumpah membasahi Pipinya, Ibu Ros terharu mendengar ucapan terima kasih dari menantunya, kini dirinya tau jika Zian adalah lelaki yang benar-benar mencintai Ariana.

"Ibu minta tolong, jaga Ariana dengan baik ya".

"Itu pasti Bu" Zian sedikit bangkit dan
menghapus air mata yang membasahi pipi Ibu mertuanya. "Kalian berdua wanita terhebatku" ucap Zian kemudian, lalu memeluk kedua wants yang ada dihadapannya.

"Kamu juga lelaki yang terbaik" ucap Ibu Ros kemudian.

"Udah dong, kok malah jadi sedih-sedihan gini sih" ucap Ariana yang melepaskan pelukkannya.

"Ibu doakan semoga kalian selamanya selalu bersama sampai maut memisahkan" ucap Ibu Ros sambil memegang kepala Ariana dan Zian secara bergantian.

"Amiinn, makasih doanya Bu" balas Zian.

"Yasudah, Ibu kepasar dulu nanti kesiangan" Ibu Ros bersiap untuk menggendong bakul yang berisikan kue tadi.

"Ariana sama Zian ikut ya Bu" ucap Ariana yang malah mendapatkan tarikan dari Zian. "Kenapa? " tanya Ariana bingung.

"Aku belum mandi".

"Loh tadi Kamu kebelakang ngapain? ".

"Airnya dingin banget, jadi nggak jadi mandi deh.. " ucap Zian sambil menggaruk kepala belakangnnya yang tak terasa gatal.

Ariana tertawa mendengar pernyataan Zian barusan. "Yaudah Aku masakkin air panas dulu ya".

"Mmm.. Nggak usah deh, Aku cuci muka aja kalau nunggu Aku mandi ntar Ibu kesiangan lagi kepasarnya".

My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang