"Perpisahan Jauh"

4.2K 158 9
                                    

"Saya belum tau hukuman apa yang pantas untuk Ariana dan Zian" ucap Kepala Sekolah saat berbicara pada Pak Alvano.

"Tapi mereka menikah bukan karena accident" jelas Pak Alvano.

"Saya berani menjamin jika Ariana itu masih perawan" ucap Zian yang baru saja masuk keruang Kepala Sekolah dengan Ariana yang mengikutinya dari belakang.

"Bukan masalah Ariana masih perawan atau tidak, status kalian itu pelajar tetapi sudah menikah. Apa kata orang diluar sana yang akan berpikiran negatif, sekolah ini bisa tercemar".

"Baiklah demi nama baik sekolah, Kami siap dihukum apa saja" ucap Ariana yang matanya sudah berkaca-kaca.

"Jadi maafin saya Van" ucap Pak Thomas selaku kepala sekolah. "Dengan terpaksa saya harus mengeluarkan Zian dan Ariana" lanjutnya kemudian, seketika air mata Ariana mengalir deras tak dapat ditahannya lagi.

"Apa tidak ada hukuman lain? " tanya Pak Alvano.

"Nggak ada Van, inilah yang terbaik" balas Pak Thomas.

"Baiklah Kami akan menerima resikonya" sambung Zian lalu mengajak Papanya dan Ariana keluar dari ruangan itu.

Sebagian murid menyoraki Zian dan Ariana saat mereka berjalan dilapangan upacara menuju keparkiran mobil, bukan hanya sorakan caci maki tapi juga ada beberapa yang melempari keduanya dengan kertas yang diremas hingga berbentuk seperti bola.

"Apa ini mencerminkan murid yang baik? " ucap Pak Alvano sambil melindungi bagian wajahnya dengan kedua tangannya, begitupun dengan Ariana dan Zian.

"Mungkin ini yang Zian dan Ariana pantas dapatkan" balas Zian.

Tiba-tiba sebuah benda terlempar keras hingga mengenai pelipis Zian dengan rahang yang mengeras, Zian menoleh kearah benda itu berasal seseorang murid laki-laki tertunduk tak berani menatapnya namun Zian yakin dialah pelakunya.

"Ya ampun Zi, pelipis kamu berdarah" ucap Ariana khawatir saat mendapati luka pada pelipis Zian, begitupun Pak Alvano yang tak kalah khawatirnya.

>>>

Zian sedikit merintih saat Ariana menempelkan kapas yang sudah diberi obat merah kepelipisnya, lukanya tak begitu parah namun darah yang dimeluarkan dari luka itu lumayan banyak membuat Ariana haris berkali-kali membersihkan luka itu.

"Ssss... Pelan-pelan Ri" rintih Zian.

"Iya-iya,, hhufft.. Huufft.. " Ariana meniup pelan luka itu, jarak keduanya memang begitu dekat, namun bukan Zian namanya kalau tidak usil dengan sengaja dia mencium pipi Ariana, hingga membuat Ariana tersipu memerah.

"Zian apaan sih" ucap Ariana lalu memukul pelan pundak Zian.

"Aku akan hadapi semua resikonya asal tetap bersama Kamu, sekarang, besok dam sampai nanti, sampai maut-" ucapan Zian terpotong karena telunjuk Ariana menahan bibirnya.

"Sampai kapanpun Kita akan terus berasama" ucap Ariana kemudian.

Zian menarik Ariana kepelukkannya. "Kita akan cari solusinya, agar Kita tetap bisa menyelesaikan sekolah".

"Assalamualaikum" ucap Pak Alvano yang mengetuk pintu beberapa kali sambil mengucapkan salam.

"Waalaikum salam" Ariana dan Zian saling melepaskan pelukkannya.

"Maaf jika Papa ganggu kalian" ucap Pak Alvano yang memilih duduk disofa kamar Zian dan Ariana.

"Enggak kok Pah" balas Zian.

"Gimana luka Kamu Zi? ".

"Udah nggak papa kok Pah, tadi udah diobatin Ariana" jelas Zian.

"Maafin Ariana ya Pah, kehadiran Ariana disini membuat nama Papa menjadi jelek dan karena Ariana juga Zian harus keluar dari sekolah" ucap Ariana yang segan dan merasa bersalah.

"Enggak Ri, ini bukan salah Kamu, harusnya Papa tidak menikahkan kalian dulu, harusnya Papa menikahkan kalian setelah kalian selesai sekolah".

"Sudahlah Pah, semua sudah terjadi, tidak ada yang salah, ini semua sudah menjadi takdir yang harus Zian dan Ariana hadapi" ucap Zian.

"Oiaa Zi, apa Kamu sudah tau pelakunya? ".

"Pelaku?  Maksud Papa? " Zian tak mengerti maksud Papanya.

"Iya pelaku yang menyebarkan Foto-foto itu dimading sekolah" ucap Pak Alvano kemudian.

Zian baru mengingatnya jika dirinya belum mememukan siapa orang yang telah menempel foto-fotonya bersama Ariana dimasding sekolah. Zian berfikiran apa mungkin murid laki-laki yang melemparnya dengan kerikil itu adalah orang yang juga menyebarkan foto-foto pernikahannya, tapi dari mana bisa orang itu memiliki foto pribadi keluarganya.

"Zian belum tau Pah, Zian akan memcari siapa orangnya, tapi dari mana orang itu mendapatkan foto-foto pernikahan Zian dan Ariana ya Pah? bahkan dia punya foto saat Ariana tidur seranjang dengan Zian" ucap Zian heran.

"Itu yang Papa pikirkan Zi".

"Apa ada maling masuk kerumah?" ucap Ariana.

"Apa mungkin ada orang dalam yang terlibat? " sambung Zian.

"Sudah-sudah, lambat laun semua akan terbongkar, kalian tenang saja dan jangan khawatir soal sekolah, Kamu dan Ariana bisa sekolah ditempat teman Papa, sampai kalian lulus" jelas Pak Alvano yang disambut gembira oleh Zian dan Ariana.

***

Sejak kejadian itu Ariana dan Zian pindah kesekolah dimana teman Pak Alvano yang mendirikan sendiri sekolah itu, memang sekolah itu tak terlalu besar, seperti sekolah mereka dulu dan muridnya juga tidak begitu banyak, tapi bagi Zian dan Ariana tak masalah yang penting mereka bisa melanjutkan sekolah hingga lulus, dan sampai mereka keperguruan tinggi seperti sekarang.

Zian harus meninggalkan Ariana lama karena universitas mereka yang berbeda membuat mereka harus terpisah jauh, Zian meninggalkan Ariana diJakarta sementara dirinya di Singapura, sebenarnya Zian dan Ariana akan dikuliahkan ditempat yang sama namun Ariana memilih untuk mengambil beasiswanya agar tak menyusahkan Papa mertuanya lagi, boleh tinggal dirumah itu saja Ariana sudah bersyukur.

Hari-hari Ariana lewati sepi tanpa Zian hanya Ray dan Key yang kadang bisa mengusir kebosanannya, itupun jika Kak Ratna dan Kak Gibran main kerumah, kadang juga ada Fatir anak dari Kak Raka dan Kak Clara meskipun masih bayi setidaknya Ariana bisa menggendongnya dan mengajaknya jalan-jalan disekitaran komplek agar tidak terlalu bosan dirumah terus. 4 tahun berlalupun sikap Mama Lisna masih belum berubah, masih saja bersikap sinis padanya semua yang Ariana lakukan selalu salah dimatanya.

"Kamu nggak kangen Ri, sama Zian? " tanya Chika yang satu universitas dengannya dan Ulan sedangkan Grace harus kuliah diluar kota karena orang tuanya yang seorang tentara dipindah tugaskan disana membuat Grace mau tak mau ikut pindah.

"Ya kangen lah Chik, sama seperti kangennya Kamu ke Denny" ucap Ariana kembali murung sambil menopang dagunya.

"Aku juga kangen dengan Grace" sambung Ulan.

"Iya Aku juga kangen nih dengan Grace" ucap Chika

"Gimana kalau kita video call? " usul Ariana yang sudah siap dengan ponselnya yang ada ditangan.

"Ide bagus tuh" setuju Ulan yang langsung mendekat Ariana agar wajahnya kelihatan jika sambungan videonya terhubung nanti.

Beberapa Ariana mencoba menghubungi Grace namun tak ada jawaban darinya, sepertinya Grace memang sedang tidak bisa diganggu.

"Nggak diangkat" ucap Ariana sambil menutup ponselnya.

"Lagi sibuk kali Dia" ucap Chika.

"Yaudah deh, Aku cabut duluan ya" Ariana beranjak dari kursi taman yang mereka duduki tadi.

"Loh mau kemana Ri? " tanya Chika.

"Pulang, kayaknya Zian hari ini pulang deh" balas Ariana.

"Yaelah Ri, segitu kangennya ya sama Zian" ledek Ulan.

Namun tak digubris oleh Ariana,  malah terus berjalan terburu-buru agar cepat sampai dirumah dan bertemu Zian yang katanya pulang hari ini.

My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang