17++
Dibawah 17tahun jangan baca ya 😁Aku menyandarkan punggungku pada papan tempat tidur sambil membolak-balikkan kotak kecil yang berisikan alat tes kehamilan yang kemarin sore kubeli bersama Zian, sebenarnya Aku ragu-ragu untuk mengetesnya namun rasa penasaran dihatiku seakan terus memaksaku untuk mencobanya.
"Pagi sayang" sapa Zian yang baru saja bangun, Zian yang berbaring disebelahku langsung mendekat untuk memeluk pinggangku.
"Pagi juga" balasku balasku datar, Aku benar-benar bingung dengan perasaanku yang tak karuan ini.
"Gimana Kamu udah tes? " tanya Zian yang sudah mengambil posisi duduk disebelahku.
Aku menggeleng pelan.
"Ayo dong, Kamu nggak penasaran? Aku aja penasarannya setengah mati" tutur Zian sambil merangkulku, Aku juga begitu penasaran setengah mati namun Aku takut jika berujung kekecewaan.
"Kalau nggak gimana? Kamu nggak kecewakan? " ucapku takut jika hasilnya membuatku dan Zian kecewa.
"Nggak papa kok, berarti belum rejeki Kita" Zian tersenyum lalu turun dari ranjang dan memutari tempat tidur untuk menuju sisi tempat tidur yang kududuki. "Apa perlu Aku temenin haa? " ucap Zian, kemudian membopongku menuju kamar mandi.
"Zian apaan sih? " Aku sedikit tersipu malu.
"Ayo dong" titah Zian.
"Iya, iya Aku coba, tapi Kamu nggak boleh ikut" balasku sedikit mendorong Zian lalu menutup pintu kamar mandi.
*
Dengan dentuman jantung yang begitu kencang akhirnya Aku keluar dari kamar mandi untuk memberitahukan hasilnya pada Zian. "Gimana sayang? " rupanya Zian masih setia menungguku didepan pintu kamar mandi, menanti dengan rasa yang mungkin begitu penasaran.Aku menggeleng pelan dan memberikan pada Zian benda kecil yang hanya menampakkan satu garis merah dan memandakan bahwa Aku tidaklah hamil. "Udah nggak papa berarti belum saatnya sayang" ucap Zian lalu membuang testpack itu ketempat sampah yang ada didepan kamar mandi, Zian mengecup keningku dan menarikku kepelukkannya, membuatku semakin tak bersemangat.
"Yaudah mandi gih, Kamu harus kekantorkan? " ucapku yang sebenarnya tak menginginkan hasil ini.
"Memangnya Kamu juga nggak mandi terus kekampus" Zian membelai lembut kepalaku yang menempel didada bidangnya.
"Aku jadi males mau kekampus, Kamu mandi gih, Ntar Aku siapin baju kerja Kamu" balasku sambil mendongakkan kepalaku untuk melihat Zian.
"Jangan kecewa gitu dong, Kita masih muda dan punya peluang lebih besar untuk memiliki anak" ucapnya kemudian, membuatku sedikit percaya diri kembali.
"Iya-iya, udah sana mandi" Aku melepaskan pelukkan Zian lalu mendorong-dorong Zian masuk kekamar mandi.
"Ariana.. " teriak Zian dari dalam kamar mandi.
"Sayang.. Gara-gara Kamu nih, Aku lupa bawa handuk" teriak Zian dari dalam kamar mandi yang masih bisa kudengar dengan jelas, namun rasanya enggan beranjak dari tempat tidur.
"Ri, tolong dong ambilin handuk Aku, Kamu masih disitukan? " ucap Zian lagi yang mau tak mau Aku hatus menolongnya.
"Iya-iya" sahutku, lalu mengambilkan handuk yang menggantung ditempatnya dan memberikannya pada Zian. "Zi, ini handuknya" ucapku sembari mengetuk pintu kamar mandi.
Zian membuka sedikit pintu kamar mandi dan Aku mengulirkan tanganku yang memegang handuk tadi, bukannya mengambil handuk yang kuberikan, Zian malah menarik tanganku hingga Aku masuk kekamar mandi. "ZIIAANNN.. " teriakku yang kaget karena Zian benar-benar tel*nj*ng tanpa sehelai benangpun ditubuhnya hanya tersisa beberapa busa dan wangi dari sabun yang digunakannya, secepat mungkin Aku menutup mata dengan kedua tanganku
"Apaan sih, Ri bukannya Kamu sering lihat Aku begini" Zian memenjarakanku dengan kedua tangannya, punggungku yang menempel didinding membuat Aku tidak bisa kemana-mana lagi
"Zi, mundur" pintaku meski dengan mata tertutup Aku tau jika Zian sangatlah dekat denganki, hidungku masih bisa mencium wangi sabun yang begitu menyeruak, namun Zian sepertinya tak menghiraukanku.
"Zi, mundur atau Aku akan-".
"Akan apa? " potong Zian.
Niatku ingin mendorong Zian namun karena kecerobohanku yang tak sengaja menyenggol stop kran, yang mengakibatkan wall shower diatas kepalaku menyemburkan air dan membuatku basah kuyup.
"Ini yang Aku tunggu" ucapnya kemudian, yang membuatku semakin deg-degan susah payah Aku menelan ludah.
"Zi, ini gara-gara Kamu" penglihatanku samar-samar karena air yang terus mengguyurku, Zian masih saja memenjarakanku dengan kedua tangannya, membuatku tak bisa menghindari guyuran air yang menyembur dari shower.
"Kamu nggak boleh ngomong seperti itu sekarang, nanti jika perut Kamu mulai membesar dan tumbuh bayi Kita didalamnya, baru Kamu boleh mengatakan jika itu gara-gara Aku" Zian memeluk pinggangku, menempelkan tubuhnya pada tubuku hingga membuat Aku tercengang, kini Zian juga ikut terguyur air, kepalanya yang tertunduk, melindungiku dari derasnya air yang tumpah, Aku menatap matanya yang malah membuatku terpesona, begitupun juga Zian yang menatapku lekat, Dia semakin mendekatkan wajahnya.
"Aku tak mau melihat kekecewaan diwajahmu lagi, jangan panggil Aku Zian jika tidak bisa membuatmu hamil" ucapnya, lalu mendaratlah bibir sexynya pada bibirku, Aku memejamkan mata entah kenapa Aku malah menikmati setiap gerakan yang Zian lakukan, tangannya yang melingkar dipinggangku semakin dieratkannya, Aku merasakan sesuatu yang mengeras dibawah sana.
Zian mulai merenggangkan tangannya dan perlahan melepaskan ciuman panas yang hampir membuatku sesak nafas, kuyup.. Zian membopongku keluar dari kamar mandi dengan keadaan basah disekujur tubuhku begitupun dengan Zian. Zian membaringkanku ditempat tidur lalu sedikit membungkukkan tubuhnya yang berada diatas tubuhku, benar saja Zian memulainya lagi tak butuh waktu lama bibirnya kembali mendarat dibibirku, tangannya tergerak untuk membuka baju tidur bergambar panda yang masih melekat ditubuhku.
Astaga.. Bibirnya kini bermain disekitaran dadaku saat dirinya berhasil membuka pakaianku, Aku sedikit kaget kala Zian mengecup beberapa kali puncak dadaku yang menyembul keatas membuatku menggeliat, tak berapa lama, sesuatu dibawah sana kembali kurasakan bahkan Zian dengan mudahnya memasukiku. Setiap tetesan air yang menetes dari ujung-ujung rambutnya yang basah mengenai pipiku, Aku semakin terhanyut akan pesona Zian, tanganku mencengkram erat pundaknya saat Zian mempercepat gerakannya hingga Aku merasakan Zian mengeluarkannya didalam sana.
Zian melempar tubuhnya tepat disebelahku terbaring setelah aksinya berhasil ia lakukan dadanya naik turun mengatur nafasnya yang begitu menggebu bagaikan habis lari berkilo meter, Aku sedikit menggeser tubuhku untuk mendekat kearahnya dan menenggelamkan wajahku didada bidangnya, tangannya terulur untuk memelukku, meskipun basah dari sisa-sisa guyuran air dari shower tadi, Aku bisa merasakan tubuh Zian yang terasa hangat dan Aku juga bisa merasakan langsung deguban jantung yang indah milik Zian. Biarlah pagi ini menjadi milik Kami berdua, tak seorangpun mengganggu moment indah ini.
"Kamu bukannya harus kekantor? " tanyaku yang terpejam dalam dekapannya, rasanya sungguh nyaman.
"Ssstttt... Rasanya Aku ingin menghentikan waktu, agar Aku bisa terus bersama Kamu seperti ini" balas Zian lalu Aku merasakan kecupan dipuncak kepalaku.
"Baiklah.." ucapku pasrah menuruti maunya.
17++
Semoga terhibur 😊😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love
Short StoryProses Revisi.. #25ShortStory (11-03-2018) #12ShortStory (13-03-2018) #1TentangCinta (06-06-2018) 17++,, Dewasa. Ini tentang hati, tentang detak jantung yang berdegup kencang bila melihatmu, tentang hati yang kacau bila jauh darimu, inilah CINTA. Se...