Setelah kak Ratna mendandaniku untuk yang kedua kalinya, aku mengatur nafasku agar lebih rileks dan memberanikan diri untuk turun ketempat acara, dengan gaun putih yang begitu bagus melekat ditubuhku, beberapa tamu yang hadir kembali menatapku rasanya aku bagaikan putri khayangan yang ada diistana.
Aku bingung harus kemana karena semua orang sibuk dengan urusan masing-masing.Om Alvano dan tante Lisna tampak sedang menyambut beberapa tamu yang baru saja hadir, kak Gibran dan Kak Ratna sedang asyik mengobrol disebuah meja bersama anak-anak mereka, kak Clara dan kak Raka entah kemana perginya karena tak terlihat disekitaran tempat acara, dan mataku tanpa sengaja menangkap sosok Zian yang malah duduk menyendiri dimeja paling sudut tengah asyik menikmati minumannya, entah kenapa jantungku kembali terasa berdetak kencang hanya karena melihat wajahnya.
"Oke, berhubung pengantin wanitanya sudah datang kita mulai saja acaranya" suara milik Kak Raka terdengar bergema jelas dari sound system, sepertinya ingin cepat memulai acaranya beberapa orang berdiri diposisi masing-masing lalu terdengar suara alunan musik yang begitu romantis, mengalun indah ditelinga setiap pendengarnya dan beberapa pasangan berdansa begitu romantisnya.
Aku tak tau harus apa, bahkan masih belum beranjak dari tempatku berdiri sejak tadi, aku langsung tertoleh saat tanganku terasa ada yang memegangnya ternyata Kak Gibran yang menarikku kearah meja tempat Zian duduk.
"Sini Lo.." kata Kak Gibran menarik tangan Zian dengan tangan kananya karena tangan yang kirinya tengah memegang tanganku, lalu menyatukan tanganku dan Zian. "Gue mau kalian dansa seperti yang lain, kan kalian pengantinnya" lanjut Kak Gibran kemudian.
"Tapi Ariana nggak bis-" ucapanku terpotong karena Zian yang tiba-tiba menarik tanganku menuju tengah-tengah altar untuk mengajakku berdansa, rasa tak biasa ini kembali mengguncang hebat tubuhku hingga detak jantungku terasa terhenti, darahku mengalir begitu cepatnya saat tangannya meletakkan kedua tanganku dibahunya dan kedua tangannya kemudian memeluk pinggangku, jika mungkin terus begini aku bisa mati kaku karenanya, Zian benar-benar sangat mempesona.
Tak tau bagaimana caranya berdansa, aku hanya mengikuti kemana arahnya bergerak, mencoba menikmati alunan musik yang begitu romantis, tanpa memalingkan tatapanku yang terus menatap wajah tampannya, sedangkan dia hanya menatap lurus, aku merasakan kedua tangannya semakin erat memeluk pinggangku dan didetik kemudian Zian menempelkan keningnya dikeningku, hingga wajah Kami begitu dekat, matanya menatap lekat mataku, tapi tatapan itu sungguh tak terbaca.
Aku benar-benar terhanyut karenanya, hingga tak memperdulikan lagi orang-orang disekelilingku, sampai akhirnya Zian menjauhkan keningnya dari keningku dan tangannya yang tadi sangat erat memeluk pinggangku kini merenggang, Zian menarikku turun dari altar dan menyuruhku duduk disebuah kursi, sedangkan dia memilih duduk kembali dikursi semulanya tadi. Jarak tempat yang kududuki lumayan jauh dari tempat Zian duduk, terpaut beberapa meja, aku sungguh tak mengerti apa maksudnya yang begitu erat memeluk pinggangku dan menempelkan keningnya dikeningku tadi.
..
Aku merasa sangat lelah setelah acara malam ini selesai pukul 23:00, aku cepat-cepat kembali kekamarku untuk beristirahat tapi yang kudapati pintu kamarku terkunci susah payah Aku memutar handlenya hingga kak Raka dan kak Clara datang menghampiriku.
"Apa yang kamu lakukan disini Ri? " tanya kak Clara.
"Emm.. Aku capek banget kak jadi aku mau istirahat".
"Ri.. Ini bukan kamar Kamu lagi, ini kamar Kak Raka dan Kak Clara" sambung kak Raka yang tengah merangkul Kak Clara.
Aku yang merasa bingung hanya bisa diam dan memikirkan lalu dimana Aku tidur ?.
"Zian.." Kak Clara sedikit berteriak memanggil nama Zian hingga aku pun tertoleh kearah dimana Zian berdiri didepan sebuah pintu, yang sepertinya itu pintu kamarnya, dia tengah memutar handle pintu untuk membukanya. "Wahh.. Kaco Lo Zi.. Nih istri Lo, tunjukkin dong dimana kamar barunya" lanjut Kak Clara kemudian.
Setelah dansa bersamanya tadi, entah kenapa Aku menjadi takut untuk menatap matanya lahi bahkan saat kkak Clara memintanya untuk menunjukkanku kamar yang baru dia tidak merespon sama sekali.
"Haiss.. Kenapa Lo malah diem" dengus Kak Raka saat melihat tak ada respon dari Zian.
Tak lama langkahnya tergerak, Zian berjalan menuju kearah tempat Aku, Kak Raka, dan kak Clara berdiri.
Dari cara berjalannya saja dia memang terlihat sangat cool wanita manapun pasti akan terpikat karena kharisma yang dimilikinya.
"Ayo.. " Zian meraih tanganku, lalu menuntunku, menuju pintu kamar yang tadi tengah dibukanya, samar-samar Aku mendengar tawa dari Kak Raka dan Kak Clara, apa ada yang salah denganku dan Zian?, entahlah Aku hanya ingin terfokus dengan lelaki yang sekarang didepanku ini, tengah menarik tanganku membawaku..
Dan ternyata Dia membawaku kekamarnya, Aku baru menyadarinya kini kami telah berstatus menjadi suami istri pantas saja jika kami harus sekamar, jantungku kembali derdetak hebat aku bingung harus apa, sungguh alAku takut jika Zian melakukan sesuatu terhadapku layaknya sepasang pengantin baru yang biasa disebut malam pertama.. Tidak.. Tidak.. Tidak.. Zian pasti tidak akan melakukannya karena dia masih seorang pelajar.
Aku duduk ditepian tempat tidur berukuran king milik Zian, sungguh Aku tak tau harus apa, hanya menundukkan kepala menatap kedua kakiku yang Aku ayun-ayunkan.
Sudah hampir setengah jam aku masih diposisi seperti ini, entah apa yang dilakukan Zian beberapa menit yang lalu Aku mendengar suara gemercik air, mungkin saja Zian sedang mandi, dan entah apalagi yang dilakukannya.
"Mau sampai kapan Lo disitu? Nggak pengen mandi terus ganti baju?" suaranya membuatku mengangkat kepalaku yang tadi tertunduk, Zian sudah terlihat segar, dia juga begitu wangi.
"Bajuku masih dikamar yang ditempati Kak Raka dan Kak Cla-".
"Siapa yang bilang". Potongnya dengan cepat. "Baju Lo udah didalam lemari Gue, tuh disana" lanjutnya kemudian sambil menunjukkan lemari miliknya.
Aku mengambil baju tidur dari dalam lemari Zian dan kemudian masuk kekamar mandi, untuk mengganti pakaianku, membasuh wajahku, dan gosok gigi, sebenarnya Aku ingin mandi tapi kuurungkan niatku itu mengingat ini sudah tengah malam jika Aku mandi pasti bisa masuk angin, beberapa menit kemudian Aku keluar dari kamar mandi dan melihat jam yang tertempel didinding menunjukkan pukul 00:15.
Kufikir Zian sudah tidur lebih dulu, ternyata dia tidak ada ditempat tidurnya, entah kemana perginya Aku juga bingung harus lagi, Aku mendengar suara sesuatu dibalkon kamar, benar saja pintunya masih terbuka, Aku berjalan pelan mendekati balkon namun saat sudah diluar tidak ada siapa-siapa disana.
Aku malah tertarik melihat indahnya cahaya bulan malam ini, dan merasakan sepasang tangan melingkar dipinggangku sontak membuatku kaget dan langsung menoleh hingga mataku bertemu rahangnya, rahang milik Zian, ya.. Zianlah yang kini sedang memelukku rasanya Aku ingin membrontak tapi seketika Aku melemah seperti tak memiliki tenaga.
"Jangan kaget.. Tenanglah.. Sudah lama Gue ingin dekat dengan Lo seperti ini" hembusan nafasnya begitu hangat mengenai puncak kepalaku.
![](https://img.wattpad.com/cover/104201044-288-k751431.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love
Short StoryProses Revisi.. #25ShortStory (11-03-2018) #12ShortStory (13-03-2018) #1TentangCinta (06-06-2018) 17++,, Dewasa. Ini tentang hati, tentang detak jantung yang berdegup kencang bila melihatmu, tentang hati yang kacau bila jauh darimu, inilah CINTA. Se...