"Ganti seragam Lo dulu dek" kata Kak Ratna menyuruh Zian untuk mengganti pakaiannya.
"Nggak papa, sebentar aja Kak" balas Zian sambil meletakkan tas ranselnya disampingku, lalu mulai bermain dengan Ray, Zian begitu ceria, tawanya, tingkahnya sangat berbeda dengan pagi tadi.
Aku membayangkan bagaimana nanti jika Aku dan Zian memiliki seorang anak, dan Zian tengah bermain dengannya mungkin Zian akan lebih bahagia dari ini.
"Ehh.. Entah apa yang Aku fikirkan, tamat sekolah saja belum. Sudah memikirkan anak".
"Udah dek, bukannya kalian harus pergi ? Ray juga harus bobok siang" ucap Kak Ratna yang baru saja kembali setelah menidurkan Key dikamarnya.
"Oke, jagoan Om sekarang bobok dulu ya.. Nanti kita main lagi" Zian mengulurkan telapak tangan kanannya.
"Oke, Om". Ray memukul telapak tangan Zian dengan polosnya.
Aku dan Zian menuju kekamar setelah Kak Ratna dan Ray juga menuju kamarnya, Zian membuka seragam osisnnya hingga menyisakan kaos gantung yang berwarna hitam, tubuhnya begitu sixpack, kulitnya juga sangat putih dia terlihat seperti artis korea Kim Bum.
"Woii.." tangannya dilambaikan didepan wajahku.
"Ehh.. Maaf" kataku sedikit terlonjak kaget.
"Kenapa Lo? " tanyanya sambil meraih kemeja yang sejak tadi Aku pegang.
"Bisa kali Kamu ganti bajunya dikamar mandi" Aku memalingkan wajahku kearah lemari lagi, untuk mengambil baju yang akan kupakai tapi tiba-tiba dengan kuatnya Zian menarik tanganku hingga Aku menghadap kearahnya, kedua telapak tanganku tertempel didada bidangnya, dan kedua bola mataku menatap mata coklatnya, Zian memenjarakanku dengan kedua tangannya.
"Emangnya kenapa kalo Gue ganti baju disini" pandanganku beralih menatap bibirnya yang bergerak. "Ada yang salah? ". Lanjutnya kemudian.
"Haa.. Eng-Enggak.." kataku yang terbata-bata sambil menggelengkan kepala.
Zian mendekatkan wajahnya kewajahku, semakin dekat dan dekat lagi hingga bibirnya hampir tertempel dengan bibirku kalau saja ponselnya tidak berdering, membuatku dan Zian kaget, hingga saling menjauhkan wajah masing-masing.
"Shiit.. " kesalnya, yang bisa kudengar dengan jelas.
Namun Aku bergegas lari menuju kamar mandi untuk mengganti pakaianku, tapi sebenarnya juga ingin menghindari Zian.
"Kita pergi sekarang" ucapnya setelah melihatku keluar dari kamar mandi, Aku hanya membalasnya dengan anggukkan.
Zian terus menarik tanganku menyusuri setiap toko yang ada dimall, Zian sangat berbeda dengan apa yang dikatakan kakak-kakaknya, dia tidak dingin, tidak kaku, bahkan sangat-sangat perhatian.
"Kenapa kita kesini? " Zian mengajakku kesebuah toko lalu memberikanku sebuah kotak dan menyuruhku untuk menyimpannya.
"Simpan dulu, bukanya ntar aja dirumah" titahnya, Aku hanya mengangguk lalu memasukkan kotak yang diberikannya tadi kedalam salah satu tas belanjaanku.
"Mau makan ice cream? " tanya Zian setelah kami memasukkan barang belanjaan kebagasi mobil.
"Boleh" jawabku yang begitu antusias.
Zian mengajakku kesebuah cafe yang tidak begitu besar, beberapa tempat duduknya juga ada yang berada dihalaman cafe tapi jangan ditanya lagi, begitu ramai pengunjung disini hingga kami tidak mendapatkan tempat duduk, Zian mengurungkan niatnya untuk memesan ice cream karena tidak ada tempat duduk untuk kami, tapi pelayan cafe menawarkan untuk duduk disebuah ayunan yang baru beberapa detik ditinggalkan pengunjung sebelumnya, ayunan yang sengaja dibuat disebuah pohon besar yang berada dihalaman cafe, dan Zian menyetujuinya.
Zian memesan ice cream yang disukainya dan Aku hanya mengikuti apa yang Dia pesan saja, karena Aku tak tau menu favorite dicafe ini.
"Kamu sering kesini? " tanyaku yang mencoba memulai pembicaraan.
"Enggak juga, mungkin ini baru yang ketiga kalinya".
Aku hanya mengangguk setelah mendengar jawaban darinya, kaki Zian sedikit mendorong tanah, hingga ayunan yang Kami duduki ini terayun pelan, tak lama ice cream yang Zian pesanpun datang, Aku menikmati ice cream choklat dengan fla susu, diatasnya terdapat marshmallow, choklat chip, dan oreo juga sebagai toppingnya, ini sangat enak menurutku.
"Enak?? " tanyanya.
Aku tersenyum sambil mengangguk.
Zian kembali mengayunkan ayunannya, sedikit romantis bagiku makan ice cream bersama lelaki yang baru kukenal ini tapi sudah menjadi suamiku, disebuah ayunan lagi, Aku begitu bahagia saat ini.
Setelah menghabiskan ice creamnya Aku dan Zian bermain diayunan ini, Dia mulai mengayunnya lebih kencang dari yang sebelumnya, hingga Aku harus berpegangan tali tambang yang digunakan sebagai penggantung ayunan yang Kami duduki ini, tangan kanan Zian memegang tangan kiriku, menggenggamnya erat, Aku melihat ada senyuman terukir diwajahnya, senyuman yang tak pernah kulihat sebelumnya.
"Ini untuk pertama kalinya Aku melihat senyumanmu" kataku sambil memiringkan kepalaku menatap wajahnya.
"Apa yang Lo pikirin tadi? " Aku mengerutkan keningku, tak mengerti apa maksudnya Zian. "Saat Gue lagi main sama Ray, dan Lo memikirkan anak kita? ". Aku membelalakkan mataku lalu memalingkan wajahku tak berani menatapnya lagi, Aku sungguh malu, dan berfikir bagaimana Dia bisa mengetahuinya.
"Sudahlah, ayo pulang" Zian sedikit terkekeh lalu menarik tanganku menuju mobil untuk pulang kerumah.
•••
Hari ini Aku kembali melanjutkan sekolahku yang sempat terputus karena biaya, sekarang Aku sekolah, disekolah yang sama dengan Zian, setelah selesai sholat subuh Aku menyiapkan seragam sekolahku dan seragam sekolah Zian, Aku membangunkan Zian yang masih tertidur pulas, mungkin Dia masih mengantuk gara-gara semalaman mengajariku menggunakan ponsel pintar seperti yang dimilikinya, ya kotak yang diberikannya saat diMall itu adalah kotak yang berisikan handphone.
"Zian. Zi, Zian.. Ayo bangun..". Aku sedikit menggoyang-goyangkan tubuhnya.
"Eemm.. " hanya itu balasan darinya, Zian tak juga bergeming dari tempatnya.
"Ayo, nanti Kita terlambat kesekolah Zi" tngannya dengan kuat menarikku hingga Aku telungkup menimpa tubuhnya, mataku menatap wajahnya dari bawah dagubya. "Iihh.. Apaan sih Zi..". Aku mencoba memberontaknya, tapi tangannya yang melingkar dipinggangku terlalu kuat.
"Tenanglah.. Hanya 3 menit saja" Aku hanya pasrah menuruti maunya, tangannya kemudian mendorong kepalaku hingga tertempel didada bidangnya, sangat jelas Aku mendengar suara detak jantungnya, yang terdengar sangat indah.
"Cukup.. Sudah lebih dari 3 menit" ucapku yang menjauhkan kepalaku dari dada bidangnya.
"Baiklah.." balasnya, dan sebelum Aku beranjak dari tempat tidur dia masih menahanku.
"Apa lag-" ucapanku terhenti seketika, saat bibirnya mendarat tepat dikeningku, lalu tersenyum dan menyuruhku untuk mandi duluan.
Aku memegangi dadaku yang merasakan dentuman jantungku yang sangat kencang karena perlakuan manis Zian pagi ini, dia tidak seburuk yang Aku fikirkan waktu Aku masih dikampung dan mengurungkan niatku untuk pergi kekota ini, semata karena takut dengan berita tentang bagaimana pergaulan anak-anak yang tumbuh besar dikota dengan pergaulan yang begitu bebas, tapi Zian tidak seperti itu.
Aku sudah rapi dengan seragamku begitupun dengan Zian, Aku mengemasi buku-buku ku lalu memasukkannya kedalam tas.
"Kamu udah siap? " tanyaku kepada Zian yang masih saja berdiri didepan kaca rias, terus merapikan rambutnya.
"Iya, udah.." balasnya kemudian sambil berjalan mengambil tas ranselnya. "Ehh.. Tunggu" Zian menarik lenganku sebelum Aku memutar handle pintu yang ada dihadapan Kami, Aku tertoleh kearahnya.
"Kenapa?" tanyaku bingung.
Zian mencium keningku, sebelum kami keluar dari kamar, tatapannya seakan memberikan isyarat semangat darinya, mungkin ini yang dimaksud kakak-kakaknya jika Zian itu pendiam dan dingin, Dia sulit untuk mengungkapkan dengan kata-kata tapi cukup dengan isyarat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love
Historia CortaProses Revisi.. #25ShortStory (11-03-2018) #12ShortStory (13-03-2018) #1TentangCinta (06-06-2018) 17++,, Dewasa. Ini tentang hati, tentang detak jantung yang berdegup kencang bila melihatmu, tentang hati yang kacau bila jauh darimu, inilah CINTA. Se...