~Ariana Pov~
Sudah hampir 1 bulan Aku berada dirumah Ibu Kumala, sebenarnya Aku segan dan merasa sangat merepotkan berada dirumah keluarga Ibu Kumala dan suaminya Pak Hardi, ya walaupun mereka merasa tak keberatan dengan keberadaanku tetap saja Aku merasa tidak enak, sebenarnya Aku ingin pulang sendiri ke Jakarta tapi mengingat diriku yang tak memiliki uang rasanya tak mungkin, dan Aku juga tak ingin meminjam kepada Ibu Kumala ataupun Pak Hardi, diizinkan tinggal dirumahnya saja Aku sudah bersyukur, lagian keluarga Ibu Kumala juga bukan orang yang berada, rumah saja mereka mengontrak dan bisa makan sehari-hari juga sudah alhamdulillah.
"Kakak, ayo dong ceritain dongeng lagi, biar Aku bisa bobo" suara milik Ariana, anak dari Ibu Kumala dan Pak Hardi, ya namanya memang sama dengan namaku, Ibu kumala bercerita jika beberapa hari setelah bertemu denganku dibus dirinya melahirkan seorang anak perempuan dan sengaja memberinya nama Ariana, katanya agar cantik dan baik sepertiku, Ibu kumala masih mengingatnya saat Aku mengalah memberikan tempat dudukku dan memilih berdiri.
"Sebentar ya sayang, kan Kak Ariananya belum selesai makan" ucap Ibu Kumala agar anaknya yang berumur 5 tahun itu mengerti
"Nggak papa Bu, Ariana udah selesai kok" balasku lalu mengemasi piring-piring kotor yang ada diatas meja makan.
"Udah nggak papa Ri, biar Bapak dan Ibu aja yang bersihin" ucap Pak Hardi melarangku.
"Iya Ri, lebih baik sekarang Kamu temani Ariana saja, lalu tidur" sambung Ibu kumala.
"Maaf Ibu, Pak, Ariana sudah banyak merepot-".
"Sudahlah Ri, mau berapa kali Kamu bilang begitu, Kami tidak merasa direpotkan kok, ya kan Pak" potong Ibu Kumala, dan Pak Hardi mengangguk mengiyakan.
"Ayo kak, ayo cepetan" Ariana kecil terus menarikku.
"Yaudah kalau gitu Ariana kekamar dulu ya Pak, Bu" ucapku kemudian menuruti permintaan Ariana kecil.
Kali ini Aku menceritakan dongeng tentang cinderella pada Ariana kecil, dimana seorang putri yang hidup bersama Ibu tiri dan kedua kakak tirinya hari-harinya selalu dipenuhi dengan siksaan dari Ibu tirinya maupun kedua kakak tirinya hingga suatu saat bertemu dengan seorang pangeran disuatu pesta dan sepatunya yang tertinggallah yang membuat cinderella bersatu dengan pangeran. Ariana kecil akhirnya tertidur dan Aku juga ikut berbaring disampingnya, ya.. selama Aku tinggal dirumah Ibu Kumala Aku memang tidur bersama Ariana kecil karena memang dirumah kontrakan ini hanya ada 2 kamar.
Entah kenapa rasanya Aku susah sekali untuk memejamkan mata, Aku sulit untuk terlelap tidur, setiap malamku selalu membayangkan bagaimana Zian disana, apa Dia khawatir padaku? , apa Dia tidak mencariKu??. Aku mencoba memejamkan mataku sambil membayangkan wajah Zian.
"Aku merindukan Kamu, Zi.. " batinKu, berharap Zian bisa membaca pikiranku meskipun jarak Kami yang berjauhan.
"Zi, Aku disini bersama anak Kita, Aku merindukan Kamu Zi" Aku terus memikirkannya berharap Zian bisa mengerti keadaanku dan keberadaanku, tanpa kusadari air mata mengalir hingga Ariana kecil terbangun membuatku tersadar.
"Kakak kenapa nangis? " ucapnya polos hingga membuatku cepat membangunkan tubuhku.
"Kenapa Kamu bangun sayang? " tanyaku pada gadis kecil yang ikut duduk disampingku.
"Riana denger kakak nangis, jadi Riana kebangun" ucapnya sambil sedikit meninggikan tubuhnya. "Kakak jangan nangis dong" lanjutnya sambil menyeka air mata yang tadi membasahi pipiku.
"Iya Kakak nggak kenapa-napa kok, sekarang Kakak nggak nangis lagi, tapi Kamu tidur lagi ya" pintaku, dan mendapatkan anggukkan dari gadis polos yang amat lucu ini, anak sekecil Ariana bisa memiliki sikap perduli kepada orang lain, akhirnya Ariana kecil kembali tertidur dan Aku juga mencoba memejamkan mataku.
***
Pagi ini Aku membantu Ibu Kumala menjemur kerupuk bikinannya sendiri didepan rumah, sejak Ariana kecil lahir Ibu Kumala tidak kembali bekerja ke Jakarta karena Pak Hardi melarangnya untuk itu Ibu Kumala berinisiatif untuk membuat sesuatu yang bisa menghasilkan uang agar bisa membantu suaminya yang hanya bekerja disawah milik orang."Doain ya, semoga kerupuk-kerupuk ini cepat kering dan terjual agar dapat uang untuk memeriksakan kandungan Kamu" ucap Ibu Kumala sembari menyusun potongan adonan kerupuk diatas papan yang dibuat sedemikian rupa.
"Bu, nggak usah lebih baik uangnya dipakai untuk biaya Riana sekolah" balasKu yang benar-benar merasa tak enak pada Ibu Kumala.
"Tapi kandungan Kamu juga penting, kalau nggak diperiksa gimana Kamu tau kesehatannya".
"Ariana jadi nggak enak Bu, sudah boleh tinggal disini saja Ariana bersyukur, Ariana nggak mau lebih banyak ngerepotin keluarga Ibu".
"Udah Kamu jangan merasa tidak enak, Ibu sudah menganggap Kamu seperti anak Ibu sendiri" ucap Ibu kumala.
"Terima kasih ya Bu, Ibu dan Pak Hardi sudah banyak membantu Ariana, semoga Allah membalas kebaikan Ibu dan keluarga" ucapku mendoakan keluarga ini, agar sehat selalu dan diberikan banyak rezeki.
"Amiinnn" ucap Ibu Kumala mengamini Doaku. "Ri, apa Kamu tidak merindukan suamimu ?" tanya Ibu Kumala kemudian, yang membuat air mataku menetes kembali, dengan cepat aku menyapunya dari pipiku, bagaimana Aku tak merindukannya, Zian adalah seseorang yang sangat berarti dihidupku setelah Ibu, jauh darinya membuatku seperti kehilangan oksigen, membuatku sulit untuk bernafas, dan Aku yakin jika calon anakku ini pasti juga merindukan ayahnya.
"Ariana hanya bisa berdoa agar ada takdir yang bisa menyatukan Kami kembali" balasku, susah payah menahan air mata yang memenuhi pelupuk mataku.
"Jika Allah menakdirkan Kamu bertemu dengan suamimu pasti suatu saat nanti kalian akan bertemu" ucap Ibu Kumala meyakinkanKu.
"Iya Ibu, Aamiinn.." balasku mengaminkan ucap Ibu Kumala.
***
Selesai membantu Ibu Kumala berpanas-panasan menjemur kerupuk, Aku beristirahat sebentar karena paksaan dari Ibu Kumala yang begitu mengkhawatirkan kandunganku, Aku duduk disebuah tempat duduk yang terbuat dari bambu yang diletakkan diteras rumah sambil meminum air putih untuk melegakan rasa dahaga karena berpanas-panasan tadi.
"Kakak" panggil suara cempreng khas anak kecil, ya itu memang Ariana kecil yang memanggilku.
"Iya sayang" balasku, namun Dia menarik-narik tanganku dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya melambai seakan mengisyaratkan untuk mengikutinya.
"Ayo Kak, ikut Riana " ucapnya dan tanpa menolak ajakannya Aku mengikutinya, dia memberikan sebuah celengan berbentuk ayam padaku setelah kami sampai dikamar. "Kakak boleh ambil ini, supaya kakak bisa pulang kelumah suami kakak, kakak pakai aja uang tabungan aku" ucapnya kemudian yang membuatku menitikkan air mata, anak sekecilnya begitu perduli dengan keadaan orang lain.
"Kakak memang rindu keluarga Kakak, tapi nggak mungkin Kakak mengambil tabungan Kamu untuk kepentingan Kakak, Kamu masih kecil dan harus terus sekolah, jadi Riana simpan aja ya tabungan Kamu sayang" tentu aku akan menolaknya, karena keperluan bocah kecil, baik nan polos ini lebih memerlukannya.
"Riana ikhlas Kak" balasnya.
"Iya, Kakak tau sayang, tapi Kamu lebih membutuhkannya, sekarang simpan ya celengan ini untuk bantu ibu dan bapak" ucapku, lalu Ariana kecil menurutiku menyimpan celengannya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love
Short StoryProses Revisi.. #25ShortStory (11-03-2018) #12ShortStory (13-03-2018) #1TentangCinta (06-06-2018) 17++,, Dewasa. Ini tentang hati, tentang detak jantung yang berdegup kencang bila melihatmu, tentang hati yang kacau bila jauh darimu, inilah CINTA. Se...