Part.4

7 0 0
                                    

"I'm in love with you.... and all these little things."
"Stop. Good!"
Zayn melepaskan headphone nya dan menaruhnya lalu menghampiri produsernya.

"Bagaimana hasilnya?"tanya Zayn
"Kau dengar sendiri."
Zayn mendengarkan hasil rekamannya. Senyumnya mengembang mendengar suaranya sendiri.

"Kau sungguh luar biasa hari ini,Zayn! Benar benar merdu suaramu!"puji produsernya
"Hahahaha terima kasih."ujar Zayn seraya tertawa kecil lalu pergi kearah empat sahabatnya yang sedang berkutik dengan ponsel masing masing itu.
Saat Zayn hadir, keempatnya langsung menatapnya dengan intens.

"Ada apa?"tanya Zayn dengan alis bertautan bingung lalu duduk di sebelah Liam
"Apa yang terjadi dengan adikmu?"tanya Liam
"Shawn? Maksudmu?"
Liam menyodorkan ponselnya kearah Zayn.

'Shawn Mendes bersikap kasar terhadap penggemarnya'

"Artikel macam apa ini? Tidak mungkin. Shawn sangat takut kehilangan penggemarnya. Tak mungkin ia melakukan ini semua."ujar Zayn lalu mengembalikan ponsel Liam
Harry mendecakkan lidahnya,"kau lihat saja ini."ujarnya seraya menyodorkan ponselnya

'Ini lah sifat asli Shawn Mendes.'

Zayn membuka link itu lalu melihat rekaman video Shawn yang sedang membentak para penggemarnya yang mengerubungi mobilnya dengan kata kata yang sangat kasar.
Zayn menganga tak menyangka.

"Sungguh, ada apa dengannya?"Gumam Harry lalu meraih ponselnya dari genggaman Zayn
"Aku juga tak tahu."gumam Zayn dengan pandangan kosong
Liam merangkul Zayn seraya menepuk bahu sahabatnya itu untuk menyemangatinya.

"Tenanglah, tak usah dipikirkan. Mungkin Shawn sedang banyak pikiran."ujar Liam
Zayn tersenyum tipis,"Ya. Bagaimana pun ini masalah pribadi, dan aku sedang berada di kantor,tandanya ini waktunya aku bekerja dan tidak memikirkan masalah pribadi."
"Wah, namamu sepertinya harus diganti dengan kata 'Professional' ditengah tengahnya."gurau Louis
Mereka berlima pun langsung tertawa bersama sama. Sungguh sahabat sejati.

-
Shawn memasuki kediaman keluarga Dallas tanpa mengucapkan permisi dan hanya melewati para pelayan yang menyambutnya dengan wajah masam tak ramah.
Langkahnya terhenti saat Michael menyambutnya.

"Shawn, sudah kami tunggu dari tadi. Ayo, kami sudah persiapkan studio nya."ujar Michael seraya merangkul Shawn dan menggiringnya kearah salah satu ruangan yang sangat luas. Dengan lantai kayu, dan beberapa alat musik,mic dengan sangat lengkap. Benar benar mengagumkan.

"Jika kau bosan melatih anakku, kau bisa bernyanyi. Sudah ku siapkan,"ujar Michael seraya menunjuk ke bagian yang diisi dengan alat musik
Shawn hanya menaikkan alisnya tanda tak peduli lalu mengangkat bahunya pertanda menyuruh tangan Michael pergi. Michael refleks melepaskan tangannya dari bahu Shawn.

"Nah, ini sengaja ku kosongkan, mungkin Cam berbakat menari? Jadi ia bisa-"
"Bisa kita mulai sekarang?"potong Shawn dengan datar
Michael terdiam sebentar lalu memaksakan senyumnya. Mencoba menahan emosinya.

"Tentu saja, akan ku panggilkan Cam."ujar Michael mencoba seramah mungkin. Ia hanya tak mau jika ia meluapkan emosinya, Shawn sangat terkenal, bisa saja Shawn menjelek jelekkan keluarga Dallas ke depan publik dan membuat Michael malu.

Michael kembali dengan diikuti Cameron dari belakang dengan wajah sombongnya. Matanya beradu tatapan tajam dengan Shawn yang sedang menyenderkan tubuhnya di dinding studio.

"Nah, Cam,Shawn, kalian bisa mulai. Tunjukkan yang terbaik."ujar Michael lalu pergi
Keheningan menyeliputi dua pria yang masih tak berkutik itu.

"Wow, seorang Shawn Mendes, mau melatih seorang pria yang bahkan bukan selebriti, hanya untuk melindungi keluarganya yang terlilit hutang."ejek Cam dengan senyuman sinis
Shawn mendongak dan menatap datar kearah Cam.
"Kau merasa berbakat dimana?"tanya Shawn mengalihkan pembicaraan
"Kenapa tidak kau saja yang membayar hutang keluargamu agar kau tak perlu repot repot melakukan ini? Kenapa tak bisa? Honormu kecil? Ha ha ha."
"Berhenti. Cepat tunjukkan bakat yang kau bisa."
"Sepertinya benar, jangan jangan jutaan penonton yang menontonmu di acara musik itu semua penonton bayaran agar acara mu tak sepi? Kau sebenarnya tidak selaku ini kan? Kau hanya membayar mereka untuk berpura pura menjadi penggemarmu. Bahkan kau tak mampu membayar hutan keluargamu saja."
"Berhenti. Cepat latihan."
"Kenapa mengalihkan pembicaraan? Malu karna aibmu tersebar? Ha ha ha. Jelas saja kau-"
"BERHENTI SIALAN!"bentak Shawn dengan sangat keras bahkan membuat Cam terdiam sebentar. Tak lama kemudian, Cam tertawa puas dengan senyuman penuh kemenangan.
Cam melipat kedua tangannya di dada seraya menatap Shawn dengan senyuman miringnya.

"Jika dilihat dari dekat, kau tidak setampan itu. Kau biasa saja. Wajahmu dengan bintik bintik itu yang selalu menjadi merah jika kau berkeringat, membuatmu terkesan seperti pembajak sawah. Heran mengapa penggemarmu begitu antusias melihat wajahmu yang seperti ini."ejek Cam dengan santai
"Setidaknya aku memiliki penggemar dan memiliki bakat! Tak sepertimu! Keluargamu bahkan menyewaku, si bintang terkenal yang selalu disoraki dengan antusias oleh banyak perempuan, untuk melatihmu, seseorang yang bahkan tak memiliki bakat sama sekali."ujar Shawn dengan wajah datar namun dengan nada bicara yang tinggi.
Cam mengepalkan tangannya, ia hendak melempar tinjuannya. Namun naas, tinjuannya terkena ke wajah adiknya,Lily.
Cam membelalakkan matanya saat melihat Lily yang tiba tiba datang dan langsung tersungkur dengan hidung bercucuran darah akibatnya. Ia pun refleks menundukkan tubuhnya dan mengecek adiknya itu.

Shawn melipat kedua tangannya dan menatap kearah Lily dan Cam dengan datar. Ia menyenderkan tubuhnya ke dinding.
"Cepatlah, waktuku tak banyak."ujar Shawn datar seraya mengecek jam yang melingkar di tangannya.
Cam yang sedang sibuk mencoba untuk menghentikan darah yang mengucur dari hidung adiknya itu pun menatap tajam kearah Shawn yang sedang membuang wajahnya.

"Tak usah banyak bicara kau, waria!"bentak Cam (p.s waria itu wanita pria, wanita yang merubah dirinya menjadi pria, dalam bahasa inggris transgender)
Shawn menatap datar kearah Cam tak peduli. Ia memutar bola matanya malas saat melihat Cam yang menggendong Lily keluar dari ruangan itu kearah ruang tamu.
Para pelayan berhamburan menghampiri mereka.

"Cepat ambil obat obatan! Lily pingsan!"bentak Cam ke semua pelayan disitu
Semua pelayan langsung berhamburan berlomba lomba mencari obat obatan.
"Apa yang terjadi dengan Nona Lily?"tanya salah satu pelayan
"Apa ini urusanmu?!"bentak Cam ke pelayan yang langsung menundukkan tubuhnya dan pergi sebagai pertanda maaf.

Shawn mendudukkan tubuhnya di sofa depan Cam yang sedang sibuk meneteskan air ke wajah Lily agar sadar.
Lily mengerjapkan matanya dan mulai sadar.

"Ly?Lily? Kamu sadar?"ujar Cam panik
Lily melenguh pelan,"apa aku pingsan?"tanyanya
"Iya. Maafkan aku,"Cam menundukkan wajahnya
"Sudah lah,Cam, tak apa."
"Tapi...-"
"Tak apa."potong Lily seraya tersenyum
Shawn yang sedang melipat kedua tangannya itu pun memutar bola malas melihat momen itu. Namun ia sadar suatu hal.

Seorang Cameron Dallas akan melemah jika berhadapan dengan Carily Dallas.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang