Part.11

4 1 0
                                    

Lily mengetuk pelan pintu kamar yang sangat besar itu. Tangannya gemetar karna takut. Ia sudah membuat Shawn marah,lagi.
Perlahan pintu kamar itu terbuka dengan kasar. Lily menatap pria di depannya yang sudah menyender dengan tangan terlipat di dada dan menatapnya malas. Shawn sudah mengganti pakaiannya.

"Mau apa?"tanya Shawn malas
"Maaf jika aku sudah melukai perasaanmu..."
Shawn tertawa mengejek,"cih. Tak usah berlebihan dan pergilah."
"Tapi aku serius, aku benar benar menyesal."
Shawn menatapnya dengan alis terangkat sebelah,"sejak kapan kau menyesal jika telah membuatku marah?"
"Mm... sejak hari ini!"
Shawn memutar bola matanya,"kau kebanyakan akting. Pergilah." Ujarnya hendak menutup pintu kamarnya namun ditahan oleh Lily dan Lily langsung memasuki kamarnya dan menutup pintunya.
Shawn menatapnya dengan mata membelalak.

"KAU INI APA?!"bentak Shawn saat Lily menutup pintunya
"Wah, jadi begini kamar Shawn Mendes.."ujar Lily tak menggubris pertanyaan Shawn dan mengedarkan pandangannya ke kamar itu
Lily perlahan berjalan dan melihat kearah lemari kaca yang sangat besar yang berisi gitar gitar Shawn yang terpajang.

"Menyanyilah."ujar Lily seraya menatap Shawn
Shawn menatapnya dengan mata melotot,"berhenti berbasa basi dan keluar!"bentaknya
Lily akhirnya mencoba menebak password dari lemari kaca itu dan benar!
Shawn membelalakkan matanya saat Lily dapat membuka lemari itu. Lily meraih satu gitar akustik milik Shawn dan menyerahkannya.
Shawn tidak merespon, Lily pun mendorong Shawn ke pinggir kasurnya dan menyodorkan gitarnya.

"Apa apaan?!"ujar Shawn dengan nada tinggi dan menerima gitarnya
Lily duduk di sebelahnya,"menyanyi. Apa lagi?"
"Aku tidak mau!"
"Ayolah. Kumohon?"
Shawn mendecakkan lidahnya seraya menghembuskan nafasnya kasar.
Akhirnya tangannya bergerak memetik senar senar gitar itu dengan berbagai macam nada.

"Got a feeling that I'm going under
But I know that I'll make it out alive
If I quit calling you my lover
Move on...... You watch me bleed until I can't breathe
I'm shaking falling onto my knees
And now that I'm without your kisses
I'll be needing stitches
I'm tripping over myself
I'm aching begging you to come help
And now that I'm without your kisses
I'll be needing stitches......"Shawn menyanyikan lagu stitches dengan penuh penghayatan dengan matanya yang menutup seiring ia bernyanyi.
Lily refleks tersenyum kecil mendengar suara Shawn. Ia ingin merubah Shawn menjadi sosok yang dulu lagi, sosok yang baik hati seperti apa yang Zayn katakan. Ini semua Lily lakukan demi Zayn.

Setelah Shawn selesai bernyanyi,Lily tersenyum dan menepuk tangannya meriah.
Shawn meletakkan gitarnya di kasur lalu menatap Lily dengan datar.
"Apa maksudmu tiba tiba memaksaku bernyanyi?"tanya Shawn dengan nada kesal
"Aku mendengarmu bernyanyi di kamarku tadi pagi. Kau terdengar sangat merdu. Disaat kau bernyanyi, kau terdengar seakan akan kau sosok yang sabar dan baik hati."ejek Lily
Shawn memutar bola matanya,"berhenti mengejekku."
Lily tertawa dan membuat Shawn tertawa kecil. Pertama kalinya Lily membuat dan melihat Shawn tertawa.

Lily menghentikan tawanya dan menatap Shawn dengan serius. Shawn pun mengalihkan pandangan kearahnya dengan alis terangkat sebelah.
"Apa?"tanya Shawn dingin
"Kenapa kau berubah?"tanya Lily
"Maksudmu?"
"Aku tahu kau dulu tidak begini. Semenjak opamu meninggal, kau menjadi sosok yang berbeda. Emosian,egois,anarkis."
Rahang Shawn mengeras. Shawn menatap Lily dengan tajam.

"Jangan bertingkah seakan akan kau tahu segalanya tentangku."geram Shawn
"Lihat kan? Hanya disinggung begini saja kau sudah emosi. Berhentilah seperti ini Shawn."
Shawn mencengkram tangan Lily dengan sangat kencang seraya menatapnya tajam dengan nafas tak beraturan dan gigi terkatup.
Lily meringis kesakitan.

"Lepas.....!"ringis Lily
Shawn menggeleng,"jangan pernah menyinggung soal diriku yang dulu. Shawn yang dulu tak pernah ada! Sudah mati."geramnya
Lily menggeleng kuat,"tidak! Kau tak pernah mati. Kau masih Shawn yang dulu,dan aku yakin itu."
"Kau......tidak tahu apa apa tentangku!"bentak Shawn dan refleks mendorong Lily dengan sangat keras hingga Lily terjatuh dari kasur.

"Berhentilah bersikap kasar!"teriak Lily
Shawn menghampirinya dengan emosi yang masih membara.
Shawn mensejajarkan tubuhnya dengan Lily yang terjatuh.

"Aku tak pernah pantas berada di keluarga Mendes. Ini bukan tempatku."desis Shawn
"Kau selalu pantas. Kau yang menganggapnya seperti itu!"
"Aku benci keluarga ini,Lily! Tidakkah kau mengerti?!"bentak Shawn dengan sangat keras membuat Lily terdiam
Tangan Lily refleks perlahan terangkat dan mengusap lembut wajah Shawn.
Shawn menegang merasakan sentuhan Lily yang sangat lembut di wajahnya. Shawn menatapnya dengan mata sedikit membelalak,Lily menatapnya lembut dengan senyuman kecil yang sangat lembut dan sukses membuat emosi Shawn menurun.

"Tidak ada satupun sosok anak yang membenci keluarganya sendiri."bisik Lily dengan lembut seraya terus mengusap pipi lembut wajah Shawn dengan ibu jarinya. Keduanya bertatapan dengan sangat dalam. Inikah cara untuk mengontrol emosi Shawn?

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang