Part.12

6 0 0
                                    

Pintu kamar Shawn terbuka dengan sangat keras, membuat Shawn refleks menjauhkan diri dari Lily dan menatap kearah pintu. Lily menurunkan tangannya dari wajah Shawn dengan sangat cepat dan menatap kaku kearah Zayn yang sudah berdiri di depan pintu.

"Lily! Kau tidak apa apa?"tanya Zayn dengan panik dan menghampiri Lily. Zayn langsung membantu Lily berdiri dan merangkulnya posesif.
"Aku tak apa apa."jawab Lily seraya matanya yang terus kearah Shawn yang mengalihkan pandangannya kearah lain.
"Syukurlah, biar aku antar kau pulang."
Lily mengangguk pelan. Shawn refleks menoleh mendengar Lily yang akan pulang. Namun ia membiarkan Lily dan Zayn berjalan keluar dari kamarnya dengan saling merangkul.

Di perjalanan, Zayn dan Lily diselimuti keheningan.
Saat sudah tiba di kediaman keluarga Dallas, Zayn menghentikan mobilnya dan menatap Lily di sebelahnya dengan sendu.

"Aku menyayangimu."ujar Zayn tiba tiba dan membuat Lily membelalakkan matanya. Lily menatap Zayn dengan tatapan kaget.
Zayn mengangguk pertanda apa yang ia ucapkan barusan itu serius.
Zayn mengeluarkan kotak merah dari saku kemejanya. Lalu membukanya. Sepasang cincin perak.

"Kau....-"
"Ini bukan apa apa. Ini hanya cincin pasangan saja. Bukan tunangan,"potong Zayn seraya tersenyum
"Jadi?"tanya Zayn
Lily membeku. Ia bingung harus menjawab apa. Yang ada di pikirannya saat ini wajah Shawn. Namun juga terus berkata 'kapan lagi kau akan berpacaran dengan idolamu sendiri?'

Lily akhirnya mengangguk,"aku tidak akan menolak idolaku."
Zayn tersenyum dan meraih tangan Lily lalu memasukkan cincin perak itu ke jari manis tangan kiri Lily.
Lily tersenyum menatap cincin bertulisan 'Z' itu. Lily pun akhirnya memasangkan Zayn cincin bertulisan 'L' juga.
Zayn meraih kepala Lily dan mengecup keningnya lembut.

"Aku akan menjagamu."bisik Zayn
"Aku percaya."jawab Lily
"Masuklah. Kau besok harus latihan lagi,"
Lily mengangguk,"kau hati hati."
Zayn tersenyum dan mengangguk,"mimpikan aku."
Lily terkekeh kecil lalu keluar dari mobil Zayn dan memasuki rumahnya.
Para pelayan yang menyambutnya terkejut dengan cincin yang melingkar di jari Lily.

Lily menghampiri Cam yang sudah menunggunya di depan kamarnya.
Cam menatap Lily dengan tangan yang ia lipat di dada.

"Dari mana saja?"tanya Cam dengan tegas
"Urusan."
"Jangan bohong. Aku tahu kau berpacaran dengan Malik."
"Zayn."
"Siapapun itu."geram Cam
"Lalu apa urusannya denganmu?"
Cam menatap Lily dengan tajam namun perlahan melembut dan menghembuskan nafasnya perlahan.

"Si Mendes berhenti melatihku."ujar Cam pelan
Lily membelalakkan matanya,"maksudmu? Sejak kapan?"
"Barusan managernya menghubungi ayah."
"Alasannya apa?"tanya Lily
"Ia terlalu sibuk untuk persiapan album barunya. Ia harus tampil juga di beberapa acara yang tertahan karna melatihku."
"Terserah dia saja. Minggirlah,aku mau istirahat."
Cam menghalangi Lily yang hendak masuk lalu meraih tangan Lily dan menatap cincin di jari manisnya. Cam menatap Lily dengan alis terangkat sebelah pertanda meminta penjelasan.

"Hanya tanda sebagai sepasang kekasih saja. Tidak lebih,"
"Jangan harap kau dapat mendahuluiku ya soal menikah. Tak akan bisa!"ejek Cam
Lily terkekeh,"suka sukamu saja. Minggirlah! Kau bau!"
Cam tertawa melihat adiknya yang selalu mengejeknya itu.

Lily menutup pintunya namun tawanya berhenti. Shawn berhenti melatih di rumahnya? Tandanya ia tak akan kerumahnya lagi? Mengapa Lily merasa kehilangan?
Mengapa ia seakan akan tak rela jika Shawn meninggalkannya? Maksudnya, tak melatih Cameron lagi?
Namun Lily menatap kearah cincin di jarinya dan teringat, ia masih memiliki Zayn.

-
Vote nya yaa buat next part!

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang