Shawn mendengus di dalam mobil dan memegang dahinya dengan jari jarinya seraya memijitnya pelan.
"Sungguh ini benar benar hal yang tidak masuk akal. Tidakkah ia berfikir kalau jadwalku padat?!"dumal Shawn
"Kami sudah memberikanmu schedule off selama 2 minggu ini. Jadi,tak ada perform, mungkin hanya beberapa interview saja."ujar Josh seraya fokus ke jalanan
"Melihat wajah anaknya si Dallas itu saja aku sudah muak! Apalagi harus membimbingnya!"
"Ini permintaan Nyonya,Shawn. Kau harus melakukannya."
"Oh ya,tentu saja. Karna kau takut dengannya!"bentak Shawn
"Bukan begitu,Shawn."
"Kenapa tidak Zayn saja?!"
"Zayn masih sibuk untuk persiapan album terbarunya, tetapi jika ia ada waktu senggang, ia akan membantumu."
"Bullshit!"
Josh hanya bisa diam jika bos-nya yang emosian itu sudah marah marah. Sungguh, Josh lebih ingin menjadi asistennya jika Shawn berada diatas panggung. Shawn menjadi sosok yang ramah,baik hati, menggemaskan, dan sabar menghadapi penggemarnya yang heboh meneriaki namanya. Tidak seperti sekarang ini. Sikapnya berubah 180 derajat.-
Shawn melangkahkan kakinya memasuki rumahnya seraya menyesap minuman yang ia ambil dari nampan pelayan yang sudah menantinya di depan pintu."Jus apaan ini?! Buatkan ulang!"bentak Shawn lalu menumpahkan jus itu ke lantai dengan tak acuh dan melemparkan gelas itu ke salah satu pelayan.
Shawn memasuki ruang tamu, dan melihat orang tuanya,Manuel dan Karen, dan kakaknya,Zayn yang sedang berkumpul disitu dengan ketegangan. Hanya duduk seraya menyesap teh mereka, dengan kegiatan masing masing. Sungguh tak ada keharmonisan."Shawn? Aku sudah menunggumu dari tadi. Bagaimana pertemuan dengan keluarga Dallas?"sapa Karen,Nyonya Mendes, dengan senyum yang terkesan dipaksakan
"Biasa saja."jawab Shawn datar lalu duduk di samping Zayn dan menyeruput teh hangatnya dengan santai.
"Tolong tunjukkan sikap baikmu. Jangan permalukan keluarga kami di depan keluarga Dallas. Mengerti?"ujar Manuel dengan tegas
Shawn hanya mengangkat kedua alisnya tak acuh lalu mengalihkan pandangannya."Zayn, Daddy sudah dengar album barumu. Kemarin Simon menunjukkannya kepada Daddy. Sungguh keren. Kau benar benar membanggakan,Zayn."puji Manuel kepada Zayn dengan senyuman tulus
Zayn tersenyum,"makasih,Dad."
Shawn memutar bola matanya malas. Sungguh,perlakuan kedua orang tuanya dengan Zayn dan dirinya, sungguh berbeda drastis. Daddy dan Mommy nya bisa menunjukkan sikap baik hati dan lembut yang tulus kepada Zayn. Sedangkan, sikap keras dan tegas, selalu diberikan kepada Shawn. Itu penyebab Shawn jarang pulang ke rumah.
Shawn mendecakkan lidahnya lalu bangkit dan hendak pergi."Mau kemana,Shawn?"tanya Manuel dengan nada tegas melihat Shawn yang dengan sikap tak sopan hendak pergi begitu saja
"Aku lelah. Ingin istirahat."
"Kami belum selesai berbincang."
"Oh ya? Ini kah perbincangan? Ini terkesan seperti pertemuan negara yang tegang. Bagiku."tutur Shawn dengan menekankan kata akhirnya lalu pergi bergitu saja
Manuel menaruh cangkir tehnya dan menggelengkan kepalanya heran dengan perlakuan Shawn."Sudah,Dad. Biar aku urusi saja."ujar Zayn
"Terima kasih,Zayn. Tolong urusi adikmu itu."
Zayn hanya tersenyum sekilas lalu bangkit menyusul Shawn.Zayn mengetuk pintu kamar Shawn yang terbuka lalu memasuki kamarnya. Shawn melepas kaos atasannya lalu menatap kakaknya itu dengan malas.
"Apa?"tanya Shawn dengan acuh
"Kau keberatan dengan tugasmu?"tanya Zayn lalu menyenderkan tubuhnya ke dinding.
"Kau tahu apa? Berhentilah bersikap sok tahu. Aku sedang lelah."
"Baiklah. Ini demi keluarga kita,Shawn. Tunjukkan sisi terbaikmu. Aku tahu kau memiliki sisi terbaik yang lain selain bernyanyi."
Shawn terdiam sejenak. Hatinya sejenak meluluh mendengar perkataan Zayn, namun dalam sekejap wajahnya kembali terlihat masam."Jangan sok tahu. Lebih baik kau latihan choreo-mu saja untuk menari diatas panggung dengan teman temanmu yang tak jelas itu."ujar Shawn dengan acuh lalu memasuki kamar mandinya dan menghidupkan showernya
Zayn menghembuskan nafasnya perlahan mencoba sabar lalu menutup pintu kamar Shawn dan keluar.Zayn menghampiri kedua orang tuanya yang masih asyik sibuk dengan ponsel masing masing seraya meminum teh hangat. Namun Karen beranjak pergi untuk mandi. Tersisa Manuel yang masih berkutik dengan ponselnya.
"Zayn,"panggil Manuel
"Kenapa,Dad?"
"Kira kira kapan kau selesai proses album baru?"
"Minggu depan udah rilis. Dan butuh waktu satu minggu buat aku promo."
"Hm... kau tidak bisa membantu Shawn untuk keluarga Dallas?"
"Sebenarnya, sepenting apa hubungan antara keluarga kita dengan keluarga Dallas hingga serumit ini masalahnya?"
"Nasib keluarga kita ada di mereka,Zayn."
"Maksud Daddy?"ujar Zayn seraya menegakkan posisi duduknya dengan alis bertautan karna bingung."Keluarga kita terlilit hutang dengan keluarga Dallas. Kau tahu, nama keluarga kita ini sangat ternama di Los Angeles. Dan jika kita tidak mengikuti kemauan keluarga Dallas, mereka akan membocorkan semuanya tentang hutang keluarga kita. Nama kita akan buruk. Juga namamu dan Shawn."
Zayn menganga tak menyangka."Jadi, sekarang keluarga kita diperbudak dengan keluarga Dallas karna kita belum bisa membayar hutang?"
Manuel mengangguk ragu dengan wajah bersalah."Maafkan Daddy, karna Daddy, kalian jadi tersangkut paut juga.."
"Tak apa,Dad. Demi keluarga Mendes."
Manuel tersenyum mendengar jawaban Zayn lalu menepuk pundak anak itu dan menatapnya bangga."Kau memang anak yang membanggakan dan dewasa,Zayn. Berbeda dengan adikmu,Shawn yang masih kekanakkan."puji Manuel
Zayn hanya tersenyum,"sudahlah Dad."
Mereka tak sadar, ada sepasang mata dan kuping yang mendengar perbincangan itu semua dengan tangan terkepal. Emosinya memuncak. Bukan karna soal hutang, tetapi karna soal hati yang tersakiti.'Aku yang disuruh untuk membantu salah satu anggota keluarga Dallas menjadi artis, namun selalu Zayn yang dipuji, padahal ia tak melakukan apa pun. Betapa uniknya itu.'batin Shawn
Hatinya sedikit tertohok melihat kakaknya dengan Daddynya yang begitu akrab, dan pastinya menyangkut pautkan dirinya yang emosian dan tidak dewasa. Shawn menggertakkan giginya lalu memasuki kamarnya dan membanting pintu. Ia terlalu emosi saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect
RomanceSaat seorang penyanyi terkenal yang terlihat sangat ramah,baik hati, namun ternyata dibalik semua sifatnya sangat emosian dan mengerikan. Shawn Mendes diminta untuk melatih salah satu anak dari keluarga ternama di Los Angeles. Shawn membenci salah s...