Shawn memandang kosong teh hangat di hadapannya.
Josh yang duduk disebelahnya hanya bisa memandang Shawn dengan prihatin.Shawn kacau.
"Aku rindu Mom dan Dad.."lirih Shawn bergumam
Josh mengusap bahu Shawn,"mereka melihatmu dari atas sana,Shawn."
"Jika saja mereka ada disini, mereka pasti tahu solusinya.."
"Shawn, tanpa mereka pun, kau pasti mengetahui solusinya."
"Tahu apa kau."desis Shawn
Tiba tiba Zayn datang memasuki ruang tamu itu dengan pandangan datar.
"Josh, bisa tinggalkan kami berdua?"tanya Zayn datar
Josh mengangguk dan bangun,"silahkan."
Zayn hanya diam dan mendudukkan tubuhnya di sebelah Shawn.
Semarah apapun Zayn, ia tidak akan pernah bisa mendiamkan Shawn selamanya.
Zayn menatap Shawn yang sedang melamun itu dengan datar.
"Aku terlalu emosi tadi."ujar Zayn canggung
Shawn hanya diam tidak menggubris.
Pandangannya kosong.
"Seharusnya aku setidaknya berterima kasih denganmu karna sudah menjaga Lily selama aku pergi."ujar Zayn lagi
"Kau mencintainya?"tanya Zayn
Shawn terdiam sejenak."Tidak."ujar Shawn pelan
Zayn tersenyum.
"Aku akan melamarnya."ujar Zayn
Shawn refleks menoleh kearah Zayn dengan mata membelalak.
"Melamar?"tanya Shawn
Zayn mengangguk cepat.
"Secepat ini?"ujar Shawn dengan lirih
"Aku tidak ingin berlama lama. Umurku sudah pas untuk pernikahan."ujar Zayn
Shawn tersenyum miris.
"Baguslah, setidaknya ia tidak menggangguku lagi."ujar Shawn.
Dusta.
"Ya. Tenang saja, calon istriku tidak akan mengganggumu kelak."ucap Zayn lalu bangkit dan menepuk bahu Shawn.
"Maafkan aku soal tadi. Ku rasa kau mengerti bagaimana sikap seseorang saat emosi. Terima kasih sudah menjaganya selama aku pergi."tutur Zayn lalu meninggalkan Shawn sendirian.
Tangan Shawn terkepal.
"Melamar? Menikah?"gumam Shawn
Josh yang melihat itu semua hanya menundukkan wajahnya.
Bos nya terlihat sangat murung. Kemana bosnya yang emosian itu?
-
Lily yang sedang melamun itu refleks menoleh saat melihat pintu rumahnya terbuka dan melihat Cam yang sedang berjalan melewati para pelayan dan tersenyum seraya merentangkan tangannya kearah Lily."Aku pulang!"sapa Cam seraya tersenyum
Lily langsung berlari dan memeluk Cam dengan erat.
Cam selalu bisa membuat Lily nyaman walaupun sikapnya kadang menyebalkan ke semua orang.
"Aku merindukanmu."ujar Lily
Cam melepaskan pelukannya lalu menarik pipi Lily dengan gemas."Aku juga!"ujar Cam dengan semangat
Cam dan Lily berjalan menduduki kursi ruang tv seraya berbincang.
"Kau tampak beda,"ujar Cam seraya memperhatikan Lily dengan bingung
Lily mengerutkan keningnya.
"Beda?"tanya Lily bingung
Cam mengangguk,"kau sedang ada masalah?"
Astaga. Kenapa Cam selalu bisa membaca pikiran Lily?"Member boyband itu ya? Atau si penyanyi murahan itu?"tanya Cam seraya menegakkan posisi duduknya
"Cam..."tegur Lily
"Aku serius!"ujar Cam dengan tegas. Ekspresi wajahnya berubah menjadi serius
"Aku bingung..."lirih Lily
"Apa?"
"Aku sekarang berstatus kekasih Zayn. Dan disisi lain, aku rasa aku mulai mencintai Shawn. Adik kandung kekasihku sendiri. Apa aku jahat?"tanya Lily dengan murung menatap Cam dengan sendu.
"Tidak ada yang bisa mengatur perasaan seseorang,Lily. Tapi tetap saja, perasaanmu tumbuh di kondisi yang salah. Kau bisa saja merusak hubungan kakak beradik sialan itu."
"Cam, jangan begitu.. aku tahu kau hanya iseng. Kau sebenarnya tidak benar benar membenci mereka kan?"tanya Lily
Cam mendecih,"kalau Zayn aku akui dia orang yang sangat baik. Tapi jika si penyanyi murahan itu, tidak ada yang bisa kusukai darinya."
"Aku tahu kau tidak benar membenci mereka. Aku tahu."
Cam memutar bola matanya,"baiklah. Mereka berdua asyik sebenarnya termasuk Shawn. Hanya saja aku iseng."
Lily tersenyum puas mendengar perkataan Cam barusan.
"Tapi tetap saja,Lily. Apa kau benar benar mencintai Shawn?"tanya Cam dengan panik
Lily menunduk dan menggeleng pelan."Aku tidak tahu.. ia bersikap sangat baik denganku belakangan ini dan itu membuatku jatuh cinta begitu saja dengannya."
Cam mengusap dagunya dengan ibu jarinya dengan ekspresi kurang yakin.
"Bagaimana bisa ia bersikap baik begitu saja? Pasti ada maksud dibalik itu semua. Jangan sampai perasaan mu semakin dalam dengannya."
Lily tergelak. Ucapan Cam ada benarnya juga.
Lily membasahi bibirnya dengan lidahnya perlahan dan mengalihkan pandangannya. Merenungkan ucapan Cam.
"Tidak baik berfikir buruk tentang seseorang,Cam. Siapa tahu saja dia memang ingin berubah?"ujar Lily dengan penuh keyakinan
Cam mendesis kesal.
"Kau mengatakan itu karna kau yakin dan percaya. Kau yakin dan percaya karna kau sudah jatuh cinta padanya,positif."ujar Cam santai seraya pergi meninggalkan Lily yang membeku bingung.
"Apa aku sudah benar benar mencintainya? Apa aku harus mempertahankan perasaan ini?" gumam Lily bingung.
-
Shawn mendudukkan dirinya di ruang tamu seraya memainkan ponselnya santai.Tiba tiba Josh menghampirinya dan duduk di sebelahnya.
"Apa?"tanya Shawn tanpa menatap Josh
"Kau mencintainya? Jujur saja."ujar Josh dengan tegas
Shawn menatapnya malas.
"Cih, tahu apa kau."desis Shawn
"Tatapan matamu mengatakan semuanya,Shawn."
"Aku hanya menatap saja. Bahkan jika aku menatapmu seperti ini, apa tandanya aku mencintaimu? Haha."ujar Shawn seraya tertawa sarkastis
Josh memutar bola matanya,"tidak lucu. Sungguh."
"Aku tidak mencintainya,Josh."ujar Shawn santai seraya menaruh ponselnya ke meja dengan santai.
"Apa kau menerima tawaran Roy?"tanya Josh
"Menurutmu?"tanya Shawn
"Itu tergantung dirimu. Jika kau tekad ingin membuat single mu untuk laku, hanya ini satu satunya. Hubungan spesial."
Shawn terdiam.
"Menurutmu apa aku mecintai Lily?"
"Tentu."ujar Josh cepat
"Tentu aku akan menerima tawaran Roy."
Josh membelalakkan matanya.
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect
RomansaSaat seorang penyanyi terkenal yang terlihat sangat ramah,baik hati, namun ternyata dibalik semua sifatnya sangat emosian dan mengerikan. Shawn Mendes diminta untuk melatih salah satu anak dari keluarga ternama di Los Angeles. Shawn membenci salah s...