Part.13

4 0 0
                                    

Esok paginya, Shawn menyesap teh hangatnya seraya menonton televisi di hadapannya.

'Pesawat keberengkatan dari Korea menuju Los Angeles baru saja jatuh dan berikut nama nama korban. Salah satunya dari mereka adalah nyonya dan tuan Mendes. Michael dan Karen menjadi salah satu penumpang di pesawat itu dan menjadi korban yang tak terselamatkan.'

Cangkir Shawn jatuh dari gengamannya mendengar berita itu. Mulutnya menganga. Air matanya menetes tanpa sadar. Kedua orang tuanya menjadi korban pesawat jatuh?
Zayn yang sedang melipat lengan kemejanya itu pun membelalakkan matanya mendengar ucapan sang pembawa acara berita itu.

"Mom....Dad...."gumam Zayn
Mata Zayn menangkap Shawn yang sudah meneteskan air matanya dengan tak henti hentinya dengan pandangan kosong.
Zayn refleks berjalan kearah Shawn dan memeluknya erat.

"Kita harus cari jenazahnya....kita harus cari!"geram Shawn di pelukan Zayn dengan sedikit tangisan.
Zayn mengangguk dan mengeratkan pelukannya ke adiknya itu,"kita ke TKP sekarang dan bawa jenazah Mom dan Dad."bisik Zayn

Zayn dan Shawn mendatangkan TKP tempat pesawat jatuh itu diiringi Josh dan Sam yang menjaga mereka. Beberapa pasang mata menatap Zayn dan Shawn yang sedang menatap sendu kearah jenazah kedua orang tuanya yang sekarang sudah berada di hadapan mereka.

Zayn dan Shawn meneteskan air mata mereka dengan menatap sendu kedua orang tuanya yang sudah tak bernyawa itu.
Josh mengusap punggung Shawn dengan lembut.

"Aku akan segera persiapkan untuk pemakaman."bisik Josh
Shawn tak menggubris. Lutut nya lemas. Shawn berdiri dengan lututnya seraya menatap Karen dan Manuel yang sudah kaku dan tubuhnya hancur.

"Setelah ini....siapa lagi yang akan meninggalkanku?"gumam Shawn
"SIAPA?!"Shawn berteriak.
Zayn langsung memeluk Shawn dari belakang untuk menenangkannya. Shawn memberontak dan hendak melepas diri dari pelukan Zayn.

"Lepas!"teriak Shawn
"Shawn berhentilah dan ikhlaskan! Mom dan Dad tidak senang melihatmu yang seperti ini!"bentak Zayn
Akhirnya tangisan Shawn pecah. Ia menangis dengan histeris. Ia belum siap untuk kehilangan kedua orang tuanya secepat ini.

-
Sorenya, Shawn dan Zayn menghadiri pemakaman kedua orang tuanya dengan pakaian kasual hitam.
Lily juga turut hadir di sana. Matanya terlihat miris melihat Zayn dan Shawn yang terlihat sangat terpukul.
Zayn sedari tadi tidak menegurnya, ia hanya menundukkan wajahnya saja menatap ke pemakaman kedua orang tuanya.

Zayn sedari tadi tidak menegurnya, ia hanya menundukkan wajahnya saja menatap ke pemakaman kedua orang tuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zayn terlihat bukan seperti Zayn yang biasanya. Tidak ada senyum tipis yang ia pamerkan. Hanya perasaan terluka yang ia tunjukkan.
Pandangan Lily beralih kearah Shawn yang menutup kepalanya dengan hoodie. Shawn juga sedari tadi sama sekali tidak menegurnya, menatapnya saja tidak.

Matanya benar benar tersirat kepedihan. Tak berapa lama, mata Shawn bertemu dengan mata Lily. Tak lama bertatap,Shawn mengalihkan pandangannya lalu pergi dari pemakaman itu menuju mobilnya.
Lily mengerutkan keningnya bingung.

Pemakaman telah usai, Lily menghampiri Zayn yang masih menundukkan tubuhnya di samping makam kedua orang tuanya. Wajahnya terus menunduk seperti menahan tangisan.
Lily mengusap punggung Zayn lembut.

"Menangislah."bisik Lily
Zayn menoleh kearah Lily. Zayn meneteskan air matanya lalu memeluk Lily dari samping dengan sangat erat.

"aku belum siap kehilangan mereka saat ini. Apalagi Shawn."bisik Zayn
Mendengar ucapan Zayn, Lily teringat Shawn yang sedari tadi sudah meninggalkan pemakaaman dan berdiam di mobilnya.
"Ini sudah takdirnya,Zayn. Kau harus mengikhlaskannya."
"Aku dapat. Namun Shawn.. ia belum siap untuk kehilangan orang yang ia sayangi setelah Opa. Ia semakin hancur,Lily."
"Kita bisa menghiburnya."
Zayn melepaskan pelukannya lalu menatap Lily.

"Kau."ujar Zayn
"Maksudmu?"
"Kamu hampiri dia dan hiburlah. Jika aku, dia pasti akan semakin emosi."
Lily perlahan mengangguk lalu mengusap lengan Zayn lalu pergi berjalan kearah parkiran dan melihat mobil mewah Shawn.
Lily mengetuk kacanya. Ia melihat Josh yang berada di kursi supir dan Shawn berada di kursi belakang.

Josh tersenyum lalu membukakan pintu untuk Lily,"masuklah,Lily."sapa Josh
Lily tersenyum lalu memasuki mobil Shawn dan duduk di sebelah Josh di kursi depan. Pandangan Lily terus terpaku pada Shawn yang bahkan tidak menyapanya,menatapnya saja tidak. Ia sudah melepas hoodienya, meningalkan kaos yang menutupi tubuhnya. Matanya terus menunduk kearah ponselnya. Entah apa yang ia sibukki. Namun tangan nya menopang kepalanya. Terlihat sekali ia sedang sedih.

Josh yang mengerti itu pun ia keluar dari mobil karna tahu mereka butuh privasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Josh yang mengerti itu pun ia keluar dari mobil karna tahu mereka butuh privasi.

"Sepertinya ini serius... aku keluar dulu kalau begitu."ujar Josh kaku
Lily tersenyum lalu menatap Shawn lagi. Lily pun keluar dan memasuki pintu belakang lalu duduk di kursi belakang di sebelah Shawn.

"Tak bisakah kau menyapa?"tanya Lily
Shawn tidak menggubrisnya.
"Aku mengerti apa yang kau rasakan saat ini,Shawn. Tapi kau harus coba untuk melepaskannya. Orang tuamu tidak akan hidup selamanya. Mereka butuh istirahat. Dan di surga lah tempat mereka."ujar Lily lembut
Shawn akhirnya merespon dan menatapnya dengan datar.

"Tapi kenapa harus sekarang?"desis Shawn dengan nada terdengar sedang menahan tangis.
"Karna waktunya sekarang."
"Aku tidak menginginkan ini,Carily. Tak pernah ingin."
"Tidak pernah ada yang ingin,Shawn."
Shawn tiba tiba mendorong Lily menyender di kursi lalu menyenderkan dahinya di bahu Lily. Tangannya yang terkepal terus memukul mukul jok sandaran Lily.
Air mata Shawn menetes tanpa henti. Ia terlihat sangat hancur.
Perlahan Lily merengkuh Shawn dengan erat namun kaku. Tangannya mengusap rambut Shawn untuk menenangkannya.

Tak berapa lama, Shawn melepaskan dirinya dari pelukan Sheila dan langsung mengalihkan pandanganya keluar jendela seraya mengusap air matanya.
Keduanya menjadi canggung setelah berpelukan tadi.
Namun Sheila dengan tak sadar meraih wajah Shawn untuk menghadapnya dan mengusap air mata Shawn seraya tersenyum.

"Kau harus tersenyum. Penggemarmu akan sedih jika melihat idolanya terlihat sangat lemah saat menangis."ujar Sheila lembut seraya tersenyum
Shawn menatapnya dalam namun tak menggubrisnya. Sheila pun melepas tangannya lalu keluar dari mobil Shawn dan menghampiri Zayn yang sudah menunggunya di bawah pohon.
Zayn yang matanya masih terlihat sembab itu pun melemparkan senyumnya kearah Sheila dan langsung memeluknya erat.

"Apakah aku bisa menghadapi semua ini?"bisik Zayn
Sheila mengangguk di dalam pelukan Zayn dan membalas pelukannya.
"Tentu saja kau bisa,Zayn. Kau kuat,"
"Apa aku memilikimu yang dapat membuatku menjadi kuat?"
Sheila terdiam sejenak lalu tak berapa lama ia mengangguk kaku,"iya. K-kau punya aku."
Zayn tersenyum dan semakin mengeratkan pelukannya.

-

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang