Part.10

5 0 0
                                    

Zayn menghentikan mobilnya di depan rumah megah kediaman keluarga Mendes. Ia menekan tombol untuk menutup atap mobil dua pintunya itu lalu turun dan menatap rumah itu seraya melepas kacamata hitamnya. Zayn berjalan kearah pintu dan mengetuknya. Tentu saat di buka, di sambut para pelayan. Zayn tersenyum kearah mereka lalu berjalan pelan namun langkahnya terhenti saat mendengar bisikkan para pelayan.

"Bukankah ia kakaknya Shawn Mendes? Astaga aku ingin tahu dimana Shawn sekarang."gumam salah satu pelayan dengan berbisik
Sudut bibir Zayn tertarik mendengar ucapan pelayan itu.

"Shawn sedang ada urusan dan belum pulang."ujar Zayn tanpa melihat pelayan itu lalu mendudukkan tubuhnya di sofa ruang tamu saat dipersilahkan.

Tiba tiba Lily keluar dari kamarnya dengan keadaan siap pergi, Zayn pun melemparkan senyum kearah Lily dan terpesona melihat penampilannya dari atas hingga bawah.

"Ada yang aneh?"tanya Lily kaku
Zayn tersenyum dan menggelng,"tidak ada. Ayo kita pergi."
Zayn pun bangkit dan refleks menggandeng tangan kiri. Zayn tersenyum kearah para pelayan saat melewati mereka. Para pelayan teriak tertahan melihat Zayn dan Lily.

Keduanya sampai di tujuan, cafe langganan Zayn. Keduanya duduk di meja berhadapan dengan bunga di tengah tengah meja mereka.

"Ini tempat makan favorit para personil One Direction. Kau satu satunya Directioners yang mengetahui ini."ujar Zayn seraya terkekeh kecil
Lily menyipitkan matanya,"kau salah besar karna sudah memberitahuku."

Zayn mengerutkan keningnya,"memangnya kenapa?"
"Karna aku akan datang kesini tiap hari untuk membuntuti kalian semua."

Zayn tertawa,"tidak masalah jika itu kau."
Lily tersenyum mendengar ucapan Zayn. Sebaik baiknya Zayn, tetapi ia tak pernah berhasil membuat jantung Lily berdegup sangat kencang seperti apa yang Shawn lakukan.

Zayn meraih tangan Lily dan mengusapnya lembut seraya menatapnya seraya tersenyum lembut.
"Maafkan adikku."ujar Zayn
"Kau tak perlu minta maaf. Ini bukan salahmu. Lagian aku tahu, Shawn memang bertingkah seperti itu ke semua orang,bukan aku saja."

Zayn terkekeh,"ya,kau benar. Tapi percayalah, dibalik itu semua, ada kepedihan,Lily."
"Maksudmu?"tanya Lily bingung

"Shawn bertingkah seperti itu semenjak Opa meninggal. Dari kecil, Shawn paling dekat dengan Opa kami, karna hanya Opa yang dapat mengertinya dan ia hanya bersikap terbuka dengan Opa. Semenjak Opa meninggal, tak ada satu orang pun yang dapat mengertinya dan ia berubah menjadi sosok tempramental."

Lily menatap Zayn sendu,"astaga, aku turut bersedih."
Zayn tersenyum menatap Lily.

"Tapi percayalah,Shawn sosok yang baik hati. Jangan lihat dari luarnya."
Lily mengangguk,"ya, aku tahu. Aku dapat melihatnya."

"Kumohon, jangan pernah beradu argumen dengannya. Jangan berdebat atau bertengkar jika ia kembali emosional, karna itu akan membuatnya semakin marah dan parah. Coba lah untuk sabar menghadapinya,demi aku,Lily."

"Iya, aku mengerti,Zayn, aku akan coba. Jika ia keterlaluan, aku tidak janji."
Zayn terkekeh dan mengangguk,"setidaknya coba lah."

Zayn pun membawa Lily ke rumahnya untuk mampir sejenak. Michael dan Karen sedang tidak ada dirumah, keduanya sedang berangkat ke Asia untuk beberapa hari karna bisnis. Zayn pun akhirnya bebas membawa siapapun ke rumah.

Lily memutarkan pandangannya saat memasuki rumah megah Zayn.

"Apa tidak apa apa jika aku mampir?"tanya Lily dengan pelan
Zayn tersenyum,"tentu saja. Duduk lah,"
Zayn dan Lily mendudukkan diri mereka di sofa ruang tamu dengan sedikit canggung.

Zayn bangkit dari duduknya,"aku ke kamar mandi sebentar."

Lily hanya mengangguk pelan. Ia benar benar merasa canggung berada dirumah keluarga Mendes. Matanya membelalak saat melihat Shawn sudah berdiri di depan kulkas didepan ruang tamu dan sedang mencari makanan dengan handuk yang melilit di pinggulnya dan memamerkan perut berototnya.

"AAAA!"Lily refleks berteriak melihat Shawn yang tidak memakai apa apa selain handuk yang melilit di pinggulnya. Rambutnya masih basah. Astaga, ia sangat seksi.
Shawn membanting botol minumnya karna kaget dan menatap tajam Lily.

"SEDANG APA KAU DISINI?!"tanya Shawn dengan nada tinggi dan setengah berteriak
"A-aku diajak Zayn!"jawab Lily dengan nada tak kalah tinggi namun gugup
Lily meremas bajunya karna gugup.

Shawn mendecakkan lidahnya lalu meraih botol yang jatuh dan meneguknya. Jakunnya yang bergerak naik turun di lehernya saat ia minum itu terlihat sangat hot.

Shawn menatap Lily datar seraya menutup botolnya,"apa kau lihat lihat?"tanyanya datar
Lily mengalihkan pandangannya,"jangan terlalu percaya diri."
Shawn menghampiri Lily seraya berjalan. Lily refleks bergerak mundur saat Shawn mendudukkan diri di sampingnya dan menatapnya lekat.

"A-apa?"tanya Lily dengan terbata bata karna gugup
Shawn menatapnya datar namun lekat lalu mendekatkan wajahnya kearah Lily. Aroma mint shampoo nya yang sangat enak itu menusuk hidung Lily. Shawn menarik sudut bibirnya menatap Lily dengan jarak hanya satu senti.

"Menjauh!"geram Lily
Shawn tidak berkutik dan hanya menatap Lily seraya menaruh botolnya di meja tanpa melepas pandangannya di mata Lily.
"Kau menyukaiku."ujar Shawn datar seraya menatap Lily dengan senyuman mengerikan

"Apa maksudmu?"tanya Lily seraya menatap Shawn dengan mengerutkan keningnya
"Degup jantungmu sangat terdengar saat aku mendekati jarak antara kita. Itu sudah bukti yang cukup kuat."

"Jangan sok tahu dan menjauhlah!"ujar Lily dengan sedikit berteriak seraya mendorong Shawn hingga Shawn menyenderkan tubuhnya di sofa lalu menatapnya dengan tatapan menantang.

Zayn yang baru keluar dari kamarnya itu kaget saat melihat Shawn yang sudah berada di samping Lily dan keduanya bertatapan tajam.

"Astaga. Maaf, apa aku terlalu lama?"tanya Zayn lalu duduk diantara keduanya
Lily menggeleng kaku,"tidak."
Zayn tersenyum seraya menatap Shawn sekilas lalu menatap Lily lagi.

"Aku ingin mengajakmu ke studio One Direction. Kau mau?"ajak Zayn
"Tentu saja!"respon Lily antusias
Shawn refleks menoleh dan menatap keduanya tajam dengan bergantian.

Zayn tersenyum lalu menggandeng tangan Lily dan hendak pergi,namun Shawn menahannya.

"Berhenti!"ujar Shawn seraya ikut berdiri
Zayn mengerutkan keningnya,"ada apa,Shawn?"
"Untuk apa kau mengajaknya ke studio?"
"Karna ia penggemar One Direction."jawab Zayn santai

Shawn melepas gandengan tangan keduanya dan menatap tajam Lily.

"Tak ada yang pergi. Dan kau! Tetap disini."ujar Shawn dengan gigi terkatup seraya menunjuk Lily.
Lily membelalakan matanya,"apa hakmu?!"
"Ini rumahku. Dan aturannya, jika kau sudah masuk, kau tidak bisa keluar lagi!"

Lily mendecakkan lidahnya,"apa kau sudah tidak waras? Minggirlah! Aku ingin pergi dengan Zayn!"
"Iya! Aku sudah tidak waras! Dan orang tidak waras ini memaksamu untuk tetap disini!"
"Dan orang yang waras ini menolakmu!"bentak Lily

Shawn terdiam dengan rahang yang mengeras.
Shawn menatap Zayn tajam.

"Terserah kalian!"bentak Shawn lalu memasuki kamarnya dan membanting pintunya
Lily memutar bola matanya malas lalu hendak pergi namun Zayn menahannya.

"Kau ingat?"tanya Zayn dengan senyuman manis
Lily mendecakkan lidahnya,"tapi Zayn dia-"
"Ssst.. sudahlah, lebih baik kita mengalah. Kau bujuklah dia, setelah itu kuantar kau pulang."
Lily menghembuskan nafasnya kasar,"baiklah."

-

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang