Part.9

5 0 0
                                    

Lily yang sedang meneguk susu dinginnya itu pun terdiam saat mendengar suara khas yang sangat merdu terdengar dari kamarnya dengan iringan musik gitar.

"I wanted tell you how beautiful you are from where i'm standing... you got me thinking what we could be cause i keep craving craving you don't know it but its true... cant get my mouth to say the words they wanna say to you... this is typical love love... cant wait anymore i wont wait i need to tell you how i feel when i see us together forever.."
Lily terpaku mendengar suara lembut itu. Matanya mengintip ke celah pintu kamarnya. Shawn sedang memainkan gitarnya dan bernyanyi menghadap jendela, dengan rambut masih berantakan. Seksi. Sungguh.
Nyanyiannya terhenti saat ia sadar Lily berada di depan kamar itu.
Shawn langsung menaruh gitar itu di lantai.

"Aku tak tahu itu gitar siapa. Aku hanya iseng saja main. Maaf jika lancang."ujar Shawn dengan datar
"Hm.. tak apa."jawab Lily dengan seadanya hendak pergi namun Shawn menahannya
"Bagaimana bisa aku berada disini?"tanyanya dengan datar
"Kau mabuk di acara semalam. Aku kebetulan diundang. Dan Zayn hendak membawamu pulang, namun aku tak tega jika Zayn harus merelakan acara perilisannya dengan mengurusimu. Jadi aku yang mengambil alih."
Shawn tersenyum nanar,"cih. Romantis sekali."desisnya merendahkan
Lily membalikkan tubuhnya dan menatapnya.

"Tak bisakah kau ucapkan kalimat terima kasih?! Apa itu sangat sulit?!"tanyanya dengan geram
Shawn menatapnya dengan alis menaik sebelah,"untuk apa?"tanyanya santai
"Kau memang tak waras."desis Lily
"Sifat aslimu tertutup dengan wajahmu yang tampan dan suaramu yang lembut itu. Namun sifatmu, sungguh dibawah rata rata."geram Lily
Shawn mengeraskan rahangnya namun mencoba untuk mengontrol emosinya.

"Berhenti menghujatku atau kau akan terkena imbasnya."geram Shawn dan menatap Lily dengan tajam
"Oh ya? Benarkah? Aku tak takut."tantang Lily seraya menatapnya tak kalah tajam
Shawn berjalan kearah Lily lalu mendorong Lily ke tembok dan mengurung tubuhnya dengan kedua tangannya. Namun Lily tak takut, ia tetap menatap tajam Shawn dengan jarak sedekat itu. Walaupun sebenarnya ia benar benar tak tahan untuk menatap mata indah itu di jarak yang sangat dekat, apalagi wangi maskulin Shawn di pagi hari sangat tercium.

"Apa yang kau incar dariku,Carily? Kenapa selalu kau yang bermasalah denganku?"geram Shawn
"Aku? Mengincar sesuatu darimu? Apa yang harus kuincar? Tak ada satu pun darimu!"desis Lily
"Kau benar benar....-"
Omongan Shawn terpotong saat ponselnya berdering. Shawn berjalan kearah kasur dan mengambil ponselnya. Terlihat nama Josh disitu.

"Apa?"ujar Shawn malas kepada Josh di seberang sana
"Astaga,Shawn! Kau tahu betapa paniknya aku?! Kau dari mana saja?! Kau sempat sempatnya mabuk-"
"Bisakah kau diam dan santai?! Aku baik baik saja,gendut! Sudah lah. Lebih baik kau menjemputku di kediaman Mendes. Sekarang."
"Shaw-"
Bip.

Shawn menaruh ponselnya di saku celananya dan menatap Lily.

"Kau selamat hari ini."desis Shawn
"Oh ya? Sungguh aku tak peduli."ujar Lily seraya menatap Shawn tajam lalu pergi keluar.
Shawn mengepalkan tangannya geram.
Di luar kamarnya, Lily langsung menyenderkan tubuhnya kearah tembok dan memegang jantungnya yang sudah berdegup tak stabil.

"Astaga....kenapa selalu seperti ini?"gumam Lily seraya terus mencoba mengontrol nafas dan degup jantungnya. Sungguh, degup jantungnya tak pernah stabil jika berada di dekat Shawn. Selalu.
Lily yang sedang melamun itu pun tak sadar Shawn sudah keluar dari kamarnya dengan membawa tasnya dan menatap Lily dengan datar.

"Kenapa cicak di rumah ini berjenis kelamin dan besar sekali?"ejek Shawn dengan datar lalu pergi meninggalkan Lily yang sudah menghentakkan kakinya berkali kali ke lantai karna kesal.

"Menyebalkan sekali pria itu!"geram Lily seraya menatap punggung Shawn yang berjalan dengan santai keluar rumahnya. Saat Shawn sudah pergi, beberapa pelayan berteriak histeris dan saling loncat loncat bersama.

"Astaga,aku sudah tak kuat jika ia terus ada disini! Jantungku ingin copot! Ia selalu membuatku deg degan."ujar salah satu pelayan dengan histeris
"Mengapa ada makhluk setampan itu Ya Tuhan?!"ujar pelayan lainnya
"Seandainya aku diharuskan menikah diumur semuda ini namun dengan Shawn Mendes, aku pasti mau!"
Lily memutar bola matanya mendengar ucapan ucapan pelayan di rumahnya itu yang ternyata menyukai Shawn.

"Mereka belum tahu saja sifat aslinya."gumam Lily seraya menatap geli kearah pelayan di rumahnya yang terlihat sedang memotret Shawn di depan rumahnya yang sedang memasuki mobilnya dan pergi.

-

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang