"Jadi kau mau melakukan apa?"
Jungkook menarik lengan bajunya. "Aku bisa berdiri dengan satu tangan."
Jungkook menjauh dari tembok lalu menjatuhkan dirinya ke depan begitu saja sampai dia berdiri terbalik dengan ditopang satu tangannya.
Aku sangat iri, bagaimana dia bisa begitu percaya diri dengan tubuhnya dan apa yang bisa dilakukannya?
"Itu keren sekali," bisikku.
"Mengapa kau berbisik? Ini bukan di gereja," balasnya sambil berbisik juga.
"Entahlah, rasanya seperti kita tidak boleh terlalu berisik."
Jungkook tidak menjawab. Dia hampir benar-benar mematung. Kausnya sekarang tersingkap dan aku bisa melihat otot perutnya yang sangat tidak-bisa-kujelaskan-dengan kata-kata.
Warna kulit perutnya juga putih. Aku memalingkan tatapanku. "Cukup," kataku, "kau bisa berhenti sekarang."
Jungkook berdiri tegak sebelum aku sempat berkedip. "Kau bisa melihatnya sepuasmu."
"Aku bukan orang mesum."
Dia menyingkap bajunya lagi keatas. Astaga, apa sih maunya dia? Aish.
Jungkook menyeringai jahil. "Katanya bukan orang mesum tapi kau terus mengamati otot perutku ini."
Aku memalingkan wajahku sekali lagi. "Ti..tidak kok."
"Hwang Eunbi"
Aku menatapnya, tatapannya sungguh misterius. Aku tidak bisa mengartikannya.
"Hwang Eunbi," panggilnya lagi.
"Apa?"
"Hwang Eunbi-ssi.."
"Kenapa?"
"Kau tidak pernah menyentuh orang lain?" katanya sambil duduk kembali di sampingku.
Aku menatapnya lagi. "Pernah. Jika orang itu sudah dipastikan tidak punya unsur dingin, mungkin?"
"Aku hanya pernah menyentuh eomma dan Anne seingatku," lanjutku.
"Aku boleh menyentuhmu?" tanyanya tiba-tiba. "Ah.. maksudku bukan menyentuh seperti orang mesum atau apapun itu. Bersentuhan seperti orang normal-"
Jungkook mengganti kalimatnya. "Eh, ya tentu, kau orang normal. Maaf-"
"Cukup. Hentikan itu, sudah kubilang jangan mengasihaniku. Aku bukan orang normal. Aku memang orang sakit."
Aku mengangkat bahu. "Kau bisa menyentuhku, karena kau orang yang hangat."
Jungkook tertawa. "Entah mengapa itu terdengar lucu. Aku orang yang hangat. Oke."
Dia menggeser tangannya dengan ragu, lalu bertanya. "Boleh pegangan tangan?"
Aku terlalu gugup sampai aku berbicara dengan gagap. "I..iya."
Dia menelusupkan jemari tangannya ke tanganku, lalu menggenggamnya.
"Apa tanganku terasa hangat?"Tangannya benar-benar terasa hangat. Jantungku berdebar lebih cepat dan aku tidak bisa fokus. Aku hanya bisa mengangguk.
"Memangnya biasanya tanganku keringatan begini ya?" gumamku.
"Aku ingin bertemu dengannu setiap hari," kata Jungkook dan sukses membuat kupu-kupu berterbangan di dalam perutku.
"Tapi-" Aku baru mulai bicara saat pintu terbuka dan Anne masuk untuk menyuruh Jungkook pulang, karena ibunya menyuruhnya.
Aku langsung melepaskan genggaman tangan kami. Beruntung sofa ini membelakangi pintu, jadi Anne tidak melihatnya.
"Ah.." Jungkook menghembuskan nafasnya kasar, wajahnya memerah dan itu imut sekali.
"Kalian tidak bersentuhan, kan?" tanya Anne. Kami saling pandang.
"Kami tidak bersentuhan," bohong Jungkook, dan matanya tidak beralih dari wajahku.
Ada sesuatu dalam suaranya yang membuatku tersipu, dan kehangatan dalam suaranya menyapu wajah dan dadaku.
Dia meninggalkan ruangan ini sambil terus tersenyum padaku. Aku yakin, ini adalah salah satu hari paling bersejarah dalam hidupku.
Seseorang datang mengunjungiku, mengobrol denganku, dan menggenggam tanganku. Aku tidak akan lupa itu.
1 January 2018
Happy new year everyone!
May this year bless us all with love, success and many other good things. Be happy! ♡
Ada ga yang baca chapter ini sambil senyum-senyum? Maaf kalo ga nge-feel aku gabisa bikin yang baper :")
KAMU SEDANG MEMBACA
next door wish ㅡ jungkook;sinb ✔
Short Storyeunbi yakin jatuh cinta pada jungkook akan menjadi resiko terbesar baginya. [remake from a novel called everything, everything by nicola yoon] ©sinbunny ㅡ 2017