35 • Identity

1.5K 256 18
                                    

Aku memperlihatkan e-mail itu kepada Anne dan dia membacanya dengan mata membelalak seiring setiap kalimat yang dia baca.

"Kau dapat ini dari mana?"

"Baca sampai akhir," kataku. Hasil tes akan lebih berarti baginya daripada bagiku.

Aku mengira Anne akan membantahnya seperti eomma,tapi reaksinya jauh berbeda.

"Kau sudah memberitahu ibumu?"

Aku mengangguk tanpa bicara. "Apa katanya?"

"Bahwa itu salah."

"Kita harus mencaritahu," sahut Anne.

"Mencaritahu apa? Ini tidak mungkin benar-"

"Ssst, kita belum tahu apa-apa."

Kita belun tahu apa-apa? Bukankah sudah jelas aku memang sakit?

"Apa apa?" Aku menuntut. "Apa yang kau sembunyikan dariku?"

"Tidak ada. Aku tidak menyembunyikan apapun."

"Apa artinya ini? Siapa yang benar?"

Anne menghembuskan nafas panjang. "Aku juga tidak tahu apa-apa, Eunbi. Tapi kadang-kadang aku juga curiga."

"Tentang?"

"Ibumu. Kadang-kadang kupikir bahwa ibumu tidak sehat. Mungkin dia tidak pernah pulih dari apa yang terjadi pada ayahmu."

Aku terdiam, entahlah, semua perasaan berkecamuk di dalamku. "Aku harus tahu pasti." Aku menggeram, menggunakan suara orang lain.

"Beri aku waktu satu hari," jawab Anne. Aku tidak mau dihibur, atau dilindungi seperti yang eomma terus katakan.

Aku hanya mau kebenaran.

Sebenarnya apa maksud kalimat Anne? Aku berusaha menenangkan pikiran, aku sudah terjaga sampai pukul satu dini hari.

Anne akan membawaku pergi menemui dokter terkenal yang menangani kasus alergi besok pagi. Tapi aku terlalu penasaran sampai aku memberanikan diri menuju kamar eomma.

Aku masuk dengan perlahan, tidak ingin membuatnya bangun. Aku terus berjalan menuju ruang kerjanya.

Aku membongkar semua map yang ada disana. Aku membongkar semua folder yang ada di komputernya.

Tapi tidak ada apa-apa.

Dimana semua bukti dari kehidupan yang telah aku jalani?

Apakah mungkin bahwa aku sebenarnya tidak sakit?

Aku terus berputar di tengah ruangan dengan gelisah. Sampai akhirnya eomma berada di ambang pintu, dia terbangun.

"Sayangku, apa yang kau lakukan disini?" Dia masuk lebih dalam dan terbelalak melihat map yang berantakan.

"Apa aku sakit?" Aku dipenuhi rasa curiga dan marah saat ini.

"Apa kau merasa sakit?" Dia menempelkan tangannya ke keningku.

"Bukan, bukan itu. Apakah aku mengidap suatu penyakit yang tidak memperbolehkan aku keluar rumah?"

"Apa maksudmu? Apa ini masih tentang e-mail dokter itu?"

"Ya. Anne juga bilang mungkin eomma tidak sehat."

"Apa maksudmu sayang?"

"Dimana semua dokumennya? Tentang penyakitku. Tentang semua bukti kehidupan yanh kujalani selama lima belas tahun ini."

Eomma menghela nafas panjang. "Seharusnya aku tidak membawa Anne kembali kesini," gumamnya.

"Semua dokumen itu ada disana, sayang. Pasti ada disana. Apa kau sudsh mencari dengan teliti?"

Dia berjalan ke mejanya dengan bingung, dia memeriksa berkas-berkas yang ada disana, mengaturnya kembali, mengusapkan tangan pada kertas-kertas yang sebenarnya tidak perlu dirapikan.

"Apa kau mengambilnya? Aku tahu semuanya ada disini." Suaranya penuh kebingungan, dan satu lagi, ketakutan.

Dan saat itulah aku tahu pasi. Aku tidak sakit dan aku tidak pernah sakit.

27 February 2018

next door wish ㅡ jungkook;sinb ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang