"Mau sampai kapan kau berkeliaran di rumah dengan wajah lesu begitu?" Anne bertanya. Dia sudah kembali dari liburnya, dan sedang melipat selimutku.
"Aku tidak lesu," kataku berbohong. Sikap aneh Jungkook kemarin membuatku merasa seperti anak kecil yang tidak dibelikan mainan oleh orang tuanya.
"Mengapa dia seperti itu?" gumamku kecil, namun Anne dapat mendengarnya.
Anne tertawa kecil. "Ada apa? Ceritakan padaku," katanya.
Aku memejamkan mataku. "Aku hanya ingin mereka pergi."
"Apa yang pergi?"
"Penyakitku. Kapan mereka pergi dari tubuhku?"
Anne meremas tanganku. "Dengarkan aku, kau adalah orang paling kuat dan berani yang pernah kutemui, Eunbi. Kau harus percaya padaku."
"Anne, kau—"
"Sshh, aku yakin kau masih dan akan tetap baik-baik saja. Aku yakin kau sudah membaik sekarang. Kau sudah bisa tersenyum dan tertawa. Dulu, waktu pertama kali aku datang, kau bahkan tidak pernah mengangkat wajahmu."
Aku tersenyum, kurasa Anne belum pernah bicara sepanjang itu. "Ada masalah apa lagi? Cerita saja padaku," lanjutnya.
Aku melirik ke luar jendela, tepatnya ke kamar Jungkook. Tapi dia masih tidak kelihatan juga.
"Anne, apa aku akan selamanya terkurung? Apa aku bisa keluar suatu saat nanti dan menjalani hidup normal layaknya remaja seumuranku?"
Anne menatapku. "Kau punya segalanya, tapi kau berpikir kau tak punya apa-apa. Ini hanya masalah waktu, aku yakin suatu saat nanti kau akan menjalani hidup normal."
Aku tersenyum tipis. "Ya, kuharap begitu, Anne. Aku hanya tidak sabar kapan waktu itu akan datang."
Anne menepuk-nepuk pundakku. "Lihat, kau sudah tersenyum lagi. Semua orang bisa menemukan jalannya walaupun hidup ini berat, Eunbi. Kau juga harus bertemu orang yang tepat untuk menjalani hidup yang berat ini."
"Kurasa aku penasaran dengan tetangga sebelah."
"Tetangga sebelah?" ulangnya.
"Kau belum melihatnya atau belum bertemu dengannya?"
Anne menggeleng. "Jadi ada orang baru di lingkungan ini? Aku akan mencari tahu seperti apa dia, sampai membuat gadis ini penasaran."
Aku tertawa. "Kuharap dia adalah orang yang tepat."
Kami terdiam sesaat, kemudian eomma memanggil dari luar. "Ayo, saatnya makan siang."
Aku bangkit berdiri, lalu menatap sekilas ke luar jendela. Aku melihatnya. Jungkook sudah kelihatan.
Dia menatap ke arah jendelaku. Tapi aku tidak ada di depan jendela. Aku ada di depan pintu. Begitu aku ingin menghampirinya, Anne menahanku.
Anne menarikku untuk segera ke ruang makan. Jadi aku meninggalkan kamar, dan kehilangan kesempatanku untuk bertemu dia.
Ralat, mungkin bertemu bukan kata yang tepat, karena aku hanya bertatapan dengan dia.
Kapan kita akan bertemu?
21 December 2017
Buat yang nungguin interaksi Eunbi sama Jungkook, sabar ya nunggu next chapter dan seterusnya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
next door wish ㅡ jungkook;sinb ✔
Historia Cortaeunbi yakin jatuh cinta pada jungkook akan menjadi resiko terbesar baginya. [remake from a novel called everything, everything by nicola yoon] ©sinbunny ㅡ 2017