Aku mau menjadi Eunbi yang kebal terhadap dingin, kebal terhadap sakit atau apapun itu. Yang paling penting, aku mau kebal terhadap patah hati.
Jungkook mengubah duniaku.
Dunia Eunbi yang Membosankan, berubah menjadi Dunia Eunbi yang Penuh Tantangan.
Eunbi yang pertama terkejut dengan efek dari pemuda itu. Tapi Eunbi yang kedua sangat menyukainya.
Suara tombol alarm pintu seperti berusaha mengumumkan pada dunia bahwa aku ke dunia luar. Aku berada di dunia luar. Entah apa yang merasukiku, tapi aku keluar diam-diam. Ini masih jam lima pagi.
Aku hanya fokus menuju satu tujuan. Rumah Jungkook. Tiba-tiba saja aku sudah berada di samping teras rumahnya. Kulempar kerikil ke jendela kamarnya, sesaat kemudian muncul Jungkook yang masih mengantuk.
Dia terlihat sangat terkejut sampai dia melotot dan tidak mengatuk lagi. Dia hilang dari jendela, kemudian dia sudah berada di hadapanku, kebingungan.
Aku ingin sekali menciumnya.
Tapi aku hanya memeluknya, Jungkook awalnya membeku dan kaku, tapi setelah itu tidak lagi.
Dia balas memelukku sambil menaruh tangannya di pucuk kepalaku. "Apa yang kau lakukan di luar sini? Kau tidak apa-apa?" bisiknya tepat di telingaku.
Aku tidak peduli. Aku hanya ingin Jungkook. Ini rasanya sangat nyaman.
Beberapa detik kemudian, kami tersadar. Jungkook, tepatnya. "Apa ada masalah? Bagaimana ibumu? Kenapa kau di luar sini?"
Aku mengumpulkan keberanian sebelum berkata. "Aku kabur."
"Aku tidak mengerti," Jungkook memegang bahuku. "Bibie, apa yang sudah kau lakukan? Kau mau mati?"
Aku menarik nafas dalam. "Tidak. Kubilang aku kabur, dan aku mau hidup."
Aku melirik rumahku sebentar, lalu tersadar bahwa berbicara disini tidaklah aman. "Bawa aku ke atap rumahmu."
"Bie, ada apa denganmu?"
"Aku akan menjelaskan semuanya disana."
Dia terdiam. Satu detik, dua detik. Kemudian tiga. Dia menarikku ke belakang rumahnya. Ada tangga tinggi menuju atap rumahnya.
"Kau tidak apa-apa? Kau bisa naik? Kau tidak takut ketinggian?" Jungkook terdengar khawatir selagi aku memanjat naik.
"Aku tidak apa-apa." Detak jantungku berpacu cepat, mungkin karena ini pertama kalinya.
Kami sudah di atap, ini tertutup. Ada meja kecil dengan kursi dan juga berbagai hal lain. Aku duduk di kursi itu lalu Jungkook mengikuti dengan duduk di lantai di hadapanku.
Aku melihat ke seluruh sudut tempat ini. Wah, ini terasa sangat menakjubkan.
"Jadi, tolong jelaskan semuanya, bibie." Dia membuyarkan ketakjubanku.
"Pertama, aku minum pil."
"Pil apa?" Jungkook mematung.
"Semacam pil untuk daya tahan tubuh. Aku memesannya dari internet. Dan aku baik-baik saja." Kebohongan itu dengan lancar keluar dari mulutku.
"Astaga, bagaimana kau tahu pil itu aman atau tidak?"
"Aku tidak ceroboh, Jungkook." Dia tampak masih belum percaya.
Aku melanjutkan. "Pil itu bekerja untuk beberapa hari. Aku tidak memberitahu eomma karena dia pasti akan bilang ini beresiko-"
"Karena memang beresiko."
"Ini aman untuk beberapa hari." Aku bicara tanpa keraguan. Aku menunggu tanggapan Jungkook.
"Astaga," Jungkook terlihat lebih lega. "Aku takut kau kenapa-napa."
Jungkook menatapku, lebih lembut dari awalnya. "Kau yakin tentang ini?" Dia masih ragu.
"Tolong, Jungkook. Aku mau pergi. Aku butuh pelarian, hanya sebentar."
"Aku tidak bisa membawamu pergi, bagaimana jika ibumu-"
"Hanya sebentar, Jungkook."
Dia menatapku. Ada keraguan, kekhawatiran dan sedikit keyakinan dalam tatapannya.
"Kau juga butuh pelarian. Dari keluargamu." Aku melanjutkan.
Dia terlihat berpikir. "Baiklah, pelarian. Hanya sebentar."
Aku masih menatapnya penuh harap. Kemudian dia mengangguk. "Oke. Kau mau pergi kemana?"
Aku tersenyum senang. "Busan."
22 January 2018
Hoho pergi bareng hoho ( ͡° ͜ʖ ͡°) btw UCUN mulai hari ini gengs, fighting!
KAMU SEDANG MEMBACA
next door wish ㅡ jungkook;sinb ✔
Kurzgeschichteneunbi yakin jatuh cinta pada jungkook akan menjadi resiko terbesar baginya. [remake from a novel called everything, everything by nicola yoon] ©sinbunny ㅡ 2017