14 • Kiss me, kill me

2.8K 361 62
                                    

Dua puluh empat jam kemudian, satu-satunya yang bisa kupikirkan adalah ciuman. Sangat jelas kemarin bahwa Jungkook berniat menciumku.

Dia membuatku merasa berantakan. Aku tidak pernah ciuman seumur hidupku. Aku hanya pernah mencium eomma, itu pun hanya di pipinya.

Tentu saja aku sudah melihat banyak adegan ciuman, tapi aku tidak menyangka bahwa aku hampir melakukannya.

Kuralat, aku tidak pernah membayangkan diriku sebagai penerima ciuman. Tentunya bukan sebagai pemberi ciuman.

Anne tidak tahu tentang sentuhan itu, genggaman tangan itu, dan kegiatan "hampir berciuman" itu. Tidak seorang pun tahu tentang itu.

Aku seharusnya memberi tahu Anne, tapi aku tidak mau. Aku takut Anne tidak akan mengijinkanku untuk bertemu Jungkook lagi.

Empat puluh delapan jam setelah itu aku makin tidak baik-baik saja. Aku gelisah membayangkan apa pengaruh ciuman untukku. Seharusnya teman tidak ciuman, bukan?

Dan sekarang, malam ini, Jungkook mengajakku bertemu lagi lewat pesan. Ini sudah suatu keajaiban kita bisa terus bertemu tanpa ketahuan eomma. Aku gelisah.

Sampai sekarang, dia ada di hadapanku. Dan anehnya aku memakai pelembap bibir sebelum dia datang kesini. Apa yang kau pikirkan, Eunbi? Sadarlah.

Setidaknya itulah yang ada di pikiranku. Walaupun berbeda sekali dengan tindakanku.

"Kurasa merah warna yang cocok untukmu." Akhirnya dia bicara.

Aku memakai salah satu baju baruku. Sweater merah lengan panjang yang benar-benar polos. Tentu saja, aku tidak mungkin memakai baju bagus di rumah. Untuk apa?

"Terima kasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terima kasih." Aku meremas tanganku sendiri. Gelisah.

"Haruskah aku duduk di sampingmu?" Jungkook menyeringai. Salah satu hal yang aku benci darinya adalah seringaiannya. Itu membuatku merasa sangat terintimidasi.

"Tidak, tunggu," kataku sambil menekan perutku yang terasa seperti penuh kupu-kupu berterbangan.

Jungkook duduk, dengan jarak tiga puluh sentimeter antara kami. Dia mengulurkan tangannya dengan santai, dan dalam sekejap tangannya sudah menggenggam tanganku lagi.

Aku tidak tahu bagaimana jarak di antara kami terhapus dari tiga puluh sentimeter menjadi sedekat ini. Aku ingin bilang pada Jungkook bahwa kami tidak boleh mengambil resiko dengan melakukan ini, tapi aku tidak bisa. Aku tidak yakin.

Aku tidak yakin harus bagaimana. Aku juga tidak yakin apakah aku akan baik-baik saja. Apa Jungkook yang bergerak? Atau aku?

Aku gelisah lagi. Sekarang kami benar-benar duduk bersebelahan, bersentuhan, saling menempel.

Jungkook mengusap jemariku lembut. Seluruh sel kulitku merasakan sensasinya. Orang normal di luar sana bisa melakukan ini kapan saja? Bagaimana mereka bisa menahan sensasinya?

Bahkan saat musim panas aku tidak bisa keluar semauku, aku tidak bisa bertemu siapun, aku tidak bisa menyentuh siapapun. Dan saat ini, adalah hal baru dalam hidupku.

Jungkook menarik tanganku pelan, aku mendongak dan melihat matanya, lalu bibirnya yang bergerak semakin dekat ke arahku.

Nafas Jungkook terasa di permukaan wajahku, hangat. Dan tepat setelah itu bibirnya menyapu bibirku dengan lembut. Mataku terpejam dengan sendirinya.

Apa ciuman terasa seperti ini?

Orang-orang bilang ciuman pertama terasa seperti kuncup bunga pertama di musim semi. Aku berulang kali memikirkannya. Akhirnya, untuk pertama kalinya bibirku melakukan kontak dengan orang lain.

Jungkook menjauh dan bibirku terasa dingin karena angin menabrak pada bibirku yang basah.

Mataku bertabrakan dengan matanya. Dia telah menciumku. Dia menciumku seolah takut untuk melanjutkan, sekaligus takut untuk berhenti.

Kupu-kupu berterbangan tak terkendali di dalam perutku. Jungkook meremas tanganku, dan aku kembali merasakan bibirku disapu oleh bibirnya lagi.

Apa ciuman selalu terasa seperti ini?

Aku butuh udara, kali ini aku melepaskan diri lebih dulu. Jungkook rasanya seperti mimpi, harapan atau kemungkinan dari masa depan.

Seandainya saja aku bisa, aku akan mencium dia setiap detik dalam setiap jam dalam sehari untuk setiap hari.

Jungkook tersenyum tipis lalu menjatuhkan kepalanya ke bahuku. Aku hanya terdiam, tidak tahu harus melakukan apa setelah ini.

Aku ingat jelas rasanya. Bibirnya terasa sedikit manis. Rasa manis yang membuatmu menginginkan lebih.

"Apa selalu seperti itu?" tanyaku lirih.

"Tidak." Jungkook bicara dengan posisi kepalanya masih bersandar di bahuku. "Tidak pernah seperti itu," lanjutnya. Nafasnya menerpa leherku dan membuatku merinding.

Dan hanya dengan begitu saja, semuanya berubah. Aku telah melakukan resiko terbesar dalam hidupku. Apa aku akan menyesalinya?



8 January 2018

661 words, chapter terpanjang buat kalian. Dan semoga jadi chapter favorit kalian hehe :)

P.S: Hari ini udah mulai sekolah, back to routine:") fighting!

next door wish ㅡ jungkook;sinb ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang