18 • Dissident

1.8K 320 17
                                    

"Aku tidak mengerti," kata eomma. "Mengapa kau melakukan itu?" Suaranya melengking dan terdengar marah.

Aku sendiri juga tidak percaya aku pergi ke luar, apalagi sekarang ini saat musim salju. "Tapi aku baik-baik saja," ucapku, tidak menjawab pertanyaannya.

"Kenapa kau mempertaruhkan nyawamu untuk orang tak dikenal?"

"Dia bukan orang asing. Kami teman. Teman online," jawabku. Aku terdiam sejenak. "Maafkan aku. Aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja."

Jantungku berdebar tak karuan dengan perasaan gelisah.

"Eunbi, kau benar-benar kelewatan. Apa kau merasa ada yang tidak baik dengan tubuhmu? Kau bahkan membiarkan tubuhmu menyentuh salju yang turun."

Aku tadi memang gemetaran dan. Tapi itu sembuh sendiri seolah itu hanya kontak fisik yang umum. Tidak ada gejala alergi apapun. Tidak ada yang terjadi!

"Kurang dari semenit. Itu tidak apa-apa, eomma."

"Kadang-kadang hanya butuh semenit." Suaranya sangat pelan.

"Maafkan aku—"

"Bisa-bisanya kau?" Dia menatapku nanar. Entah kecewa karena aku pergi ke luar atau aku berbohong padanya. Yang jelas aku tidak punya jawaban untuk keduanya.

"Apa yang sudah kau lakukan itu kelewatan. Aku kecewa padamu, Eunbi. Kau bilang kau akan menemaniku selamanya. Tapi-"

Kata-kata eomma terpotong, dia tidak melanjutkan kalimatnya. Dia memegang dahinya lalu mengurutnya pelan.

Kemudian eomma pergi setelah mengatakan itu. Tapi, yang ada di pikiranku adalah apa aku benar-benar keluar tadi. Bagaimana aroma dunia luar tadi? Apa ada angin menyentuh indra perabaku? Apa aku berbeda?

Dari dulu, aku selalu ingin keluar. Dan sekarang setelah aku melakukannya, tidak ada satupun yang kuingat. Aku hanya ingat Jungkook. Aku hanya ingat suaranya yang menyuruhku masuk.

Aku kecewa dengan diriku.

Aku kecewa dengan hidupku.

Aku kecewa karena telah mengecewakan eomma. Sebenarnya, aku sudah melakukan apa untuk orang tua? Aku benar-benar tidak berbakti. Padahal permintaan eomma sederhana, menemaninya selalu.

Tapi sejak Jungkook datang, rasanya aku ingin pergi jauh dari ruang hampa ini. Tapi eomma..

Malam akhirnya tiba tanpa aku sadari karena kejadian tadi terus berkecamuk di pikiranku.

Semuanya bercampur.

Perasaan bersalahku pada eomma.

Dan juga rasa curigaku.

Aku hampir tertidur sewaktu pintu kamarku terbuka. Eomma berdiri di ambang pintu, dan aku berpura-pura tidur.

Aku merasakan dia berjalan mendekatiku, lalu dia terdiam cukup lama di dekatku.

Dia menunduk, aku pikir dia kau mengecup keningku seperti yang biasa dia lakukan.

Tapi aku sengaja berguling menghindar dan tetap pura-pura tidur.

Aku tidak tahu kenapa aku melakukannya. Aku baru saja menghindari eomma. Siapa Eunbi yang kejam ini?

Kemudian aku mendengar suara pintu ditutup dan aku membuka mata.

Ada gelang karet yang biasa selalu dipakai Jungkook di sebelah lampu tidur milikku.

Bagaimana itu ada disini?

Dan saat itu aku menyadarinya.

Dia tahu.

Eomma tahu tentang Jungkook yang sering mengunjungiku di rumah.








16 January 2018

Happy 1 month anniversary haha!

Sebulan yang lalu cerita ini aku publish, i just wanna say thank you buat kalian yang udah setia baca sampe sejauh ini hehe ♡

Btw, mulmednya Jess sama Mbih, anggep aja Jess udah umur 35-an jadi eomma-nya Mbih. Tapi terserah sih kalian mau imajinasiin eomma-nya siapa.

next door wish ㅡ jungkook;sinb ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang