29 • The End

1.7K 271 38
                                    

Aku bermimpi bahwa aku lari dari rumah dan mengajak cowok yang kucintai. Aku bermimpi melihat laut dan lautan terbentang luas sampai aku tidak bisa melihat ujungnya.

Aku bermimpi bahwa aku tertidur di kamar yang tidak sepi bersama cowok yang kucintai lalu bermimpi bahwa aku lari dari rumah dan mengajak cowok yang kucintai.

Aku bermimpi melihat laut dan lautan terbentang luas sampai aku tidak bisa melihat ujungnya. Aku bermimpi bahwa aku tertidur di kamar yang tidak sepi dan bermimpi tentang hidup yang sudah kujalani.

Sampai aku bangun dan tersadar bahwa itu semua bukan mimpi.

Seseorang seperti menyiramku dengan minyak tanah, lalu menyalakan korek api. Aku terbangun perlahan dengan tubuh yang terasa panas. Aku penuh keringat.

Perlu beberapa saat sebelum aku menyadari bahwa ada banyak yang salah. Aku menggigil. Kulitku terasa panas dan gatal. Rasa sakit memancar ke seluruh tubuhku.

Awalnya kupikir ini masih mimpi, tapi mimpiku tidak pernah senyata ini. Aku berusaha duduk, aku berusaha berteriak, tapi tidak bisa.

Aku sakit. Lebih dari sekedar sakit. Oh, Tuhan. Eomma. Jungkook.

Jungkook muncul dari pintu begitu aku memikirkannya. "Bie?" Dia memanggilku dengan panik.

Jungkook memegang tubuhku. Aku memejamkan mata erat-erat dan berusaha memalingkan wajah. Tapi ini sudah terlambat. Aku melihat ekspresi wajahnya berubah dari panik, menjadi kebingungan, menjadi tidak percaya. Lalu berubah menjadi kengerian.

"Jungkook.." Aku bicara, berusaha bicara, tapi kata itu tidak keluar dari bibirku.

"Ya, Tuhan. Astaga, Bibie," Jungkook menyentuh wajahku, leherku, keningku. "Bibie, tubuhmu panas dan banyak ruam di kulitmu."

"Dingin," ralatku serak.

"Kau baik-baik saja," katanya. "Kau akan baik-baik saja."

Aku tidak baik-baik saja, tapi Jungkook baik sekali mau bilang begitu. "Aku butuh ambulans." Kudengar Jungkook berbicara.

Dia sedang menelepon. Dia membicarakan seseorang. Bahwa seseorang itu sakit. Sekarat. Darurat. Pil tidak bekerja.

Jungkook membicarakan aku.

Matanya berkaca-kaca. Jangan menangis. Somi baik-baik saja. Ibumu baik-baik saja. Kau akan baik-baik saja.

Jungkook memegang tanganku. Dia sedang menelepon orang lain lagi. Aku tidak mendengar dengan jelas. Sesuatu. Ibu. Ibu-mu.

Eomma. Aku butuh eomma. Dia sudah dalam perjalanan. Kuharap dia sudah dekat. Aku memejamkan mata dan meremas tangan Jungkook. Aku kehabisan waktu.

























Jantungku. Berhenti.
































































Lalu berdetak lagi.

next door wish ㅡ jungkook;sinb ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang