Kami sudah berhasil sampai di Busan. Dan pertama, aku ingin mengunjungi Anne terlebih dahulu.
Anne menjerit ketika melihatku dan Jungkook di depan rumahnya. Dia mendekapku, mepuk bahuku dan wajahku, lalu mendekapku lagi.
"Apa yang kau lakukan disini? Apa kau sudah gila? Apa kau tidak apa-apa?"
"Senang bertemu denganmu lagi," cicitku.
Anne melepaskan dekapannya lalu menatapku. "Astaga, aku merindukanmu Eunbi."
"Aku sangat merindukanmu Anne. Kenapa eomma lama sekali meliburkanmu?"
Anne hanya menatapku sambil tersenyum lalu melirik ke arah Jungkook.
"Kau ingat Jungkook," kataku.
"Bagaimana mungkin aku melupakan dia," sahut Anne cukup keras. "dan tubuh idealnya itu," lanjutnya lagi sambil terkekeh.
"Kau menjaga Eunbi dengan baik, kan?" Anne memukul lengan kiri Jungkook sambil tertawa kecil.
"Wah, tenagamu kuat juga. Aku berusaha sebaik yang aku bisa, dia sedikit keras kepala," kata Jungkook sambil mengusap lengan kirinya dan menatapku.
Anne memandangku dan Jungkook bergantian sebelum akhirnya berkata. "Masuklah ke dalam."
"Bagaimana keadaanmu, Eunbi?" katanya saat kami sudah duduk di sofa.
Aku menatap Jungkook sekilas. "Luar biasa. Aku senang bisa keluar."
"Beritahu dia tentang pil itu." kata Jungkook.
"Pil apa?" Anne terlihat bingung dan tatapannya hanya tertuju kepadaku.
"Yah, pil untuk daya tahan tubuh. Aku membelinya online."
Meskipun aku sudah mengatakannya dengan tegas, tapi Anne sama sekali tidak mempercayaiku. Sedikit pun tidak.
Aku memberinya tatapan memohon. Anne, kumohon. Tolong jangan ungkapkan kebohonganku. Aku ingin bahagia sebentar saja. Kau bilang hidup adalah anugerah.
Anne menghela nafasnya lalu bangkit berdiri. "Kalian pasti lapar. Aku akan membuatkan kalian makanan."
"Terima kasih." balas kami.
"Sepertinya Anne tidak keberatan dengan pil itu, ya kan?" kata Jungkook setelah Anne pergi.
Aku mengangguk sambil berpura-pura tersenyum. Aku hanya berharap untuk hari ini dan besok aku tidak apa-apa.
Beberapa saat kemudian, Anne datang membawa roti panggang. Kesukaanku, dan Jungkook. Anne tahu kebiasaanku saat memakan roti panggang, jadi dia sudah menambah gula. Itu akan membuat roti panggangku menjadi lebih manis dan enak.
"Jadi, Anne—"
"Tunggu, aku lebih tua darimu. Jadi tolong panggil aku nuna," potong Anne.
Kami terdiam beberapa detik. Kemudian Jungkook tertawa kecil. "Baiklah, maafkan aku. Jadi, nuna, menurutmu pil itu benar-benar manjur?"
"Mungkin pil itu menunda kambuhnya penyakit itu. Atau tanpa pil sekalipun, mungkin kau belum bertemu pemicu sakitmu."
"Tapi ini musim dingin. Kau tahu itu. Dingin ada dimana-mana. Tapi aku baik-baik saja," jawabku. Aku sangat ingin menanyakan kenapa aku belum sakit, tapi aku tidak bisa. Aku terperangkap kebohonganku.
"Yah, atau pil itu memang benar manjur." timpal Jungkook. Dia sudah lebih dari sebuah harapan. Menurutnya, "pil" itu adalah keajaiban.
Anne membawa piring kosong kami, lalu pergi ke dapur. "Aku akan membantunya mencuci piring, kau bisa tunggu disini dulu." kataku pada Jungkook dan dibalas dengan anggukannya.
"Anne, terima kasih." Entah mengapa, aku tidak bisa berhenti mengucapkan terima kasih kepada Anne.
"Aku tahu. Aku mengerti. Aku mengerti alasanmu berada di luar sini." katanya sambil mencuci piring.
Aku memakai sarung tangan lalu mengambil piring lainnya. "Aku mungkin akan mati, tapi aku akan berusaha hidup."
"Aku pergi meninggalkan keluargaku di Jepang. Mereka berusaha menghentikanku, tapi aku bilang bahwa ini hidupku. Aku bilang aku akan pergi untuk kebaikan, aku mau kehidupan yang lebih baik."
Anne mengelap piring yang barusan dicucinya, lalu melanjutkan. "Aku tidak pernah merasa sebebas waktu aku pergi malam itu."
"Kau tidak pernah menyesal?"
"Menyesal? Tentu saja. Saat orang tuaku meninggal, aku tidak bisa ke pemakaman mereka. Aku benar-benar menyesal telah meninggalkan mereka." Anne mendongakkan wajahnya menahan bulir-bulir air matanya yang mulai berkumpul di pelupuk matanya.
"Tapi, kau tidak hidup kalau kau tidak punya penyesalan."
Apa yang kusesali? Pikiranku terbang kemana-mana. Eomma sendirian di rumah, bertanya-tanya kemana perginya semua orang yang dicintainya. Dia sendirian memandangi makam appa, dan memandangi fotoku dalam diam.
Anne menyentuh lenganku pelan. "Aku tahu ini pilihan yang sulit bagimu. Tapi, mungkin kau tidak akan sakit."
Dan saat itu juga harapan menyebar dalam diriku seperti virus.
26 January 2018
Kenapa gempa setiap hari sih :"(
KAMU SEDANG MEMBACA
next door wish ㅡ jungkook;sinb ✔
Short Storyeunbi yakin jatuh cinta pada jungkook akan menjadi resiko terbesar baginya. [remake from a novel called everything, everything by nicola yoon] ©sinbunny ㅡ 2017