19 • Limit

1.9K 314 13
                                    

Keesokan harinya aku terbangun karena mendengar perdebatan. Awalnya kukira itu berasal dari rumah Jungkook lagi, tapi aku salah. Itu suara eomma yang sedang marah.

"Bisa-bisanya kau? Bisa-bisanya kau mengizinkan orang asing masuk kesini saat aku tidak ada?"

Hening. Anne tidak menjawab apapun. Aku membuka sedikit pintu kamarku untuk mengintip.

"Apa ada sesuatu yang terjadi? Dia tidak apa-apa karena berada di dalam."

"Eunbi pergi keluar. Karena pemuda itu. Karena kau."

Aku tidak bisa membiarkan Anne disalahkan begini. Aku langsung membuka pintu dan menatap mereka.

"Kau pergi keluar?" Suara Anne terdengar terkejut sekaligus khawatir.

"Itu bukan salah Anne, eomma."

Eomma berpaling menatapku. "Kau juga salah. Kau telah berbohong kepadaku selama berminggu-minggu."

"Jangan pecat Anne," mohonku.

Dia kembali menatap Anne. "Kau.."

Aku takut sekali Anne pergi. "Tidak, kumohon, jangan."

"Aku tidak bisa memecat Anne. Tapi untuk sementara aku harus mengirimmu ke kampung halamanmu."

"Apa? Untuk apa?" Aku panik. Aku tidak ingin Anne pergi, dan juga jika tidak ada Anne, bagaimana aku bisa bertemu Jungkook?

"Anne, cepat kemasi barangmu."

Anne mengangguk dalam diam dan mulai menaiki tangga menuju kamarnya. Aku hanya bisa terus membujuk eomma, tapi tidak ada yang berubah.

"Sekarang, kau telah berubah, Eunbi. Kau menjadi lebih berani dari sebelumnya. Kau harus selalu seperti itu. Percaya diri!"

Anne menaruh kopernya lalu memelukku erat.

"Aku minta maaf," bisikku.

"Ini bukan salahmu. Mungkin tidak akan lama. Ingatlah, hidup adalah anugerah. Jangan lupa bahagia, Eunbi."

"Sudah cukup. Aku tahu ini menyedihkan tapi setidaknya aku tidak memecat Anne, Hwang Eunbi."

Eomma berdiri di ambang pintu, menunggu Anne keluar. Anne memelukku sekali lagi, lalu dia pergi.

"Jangan lakukan hal gila lagi, Eunbi," kata eomma tepat setelah pintu tertutup.

"Tapi kenapa, eomma? Aku tidak melakukan hal gila, aku hanya melakukan apa yang ingin kulakukan." gumamku kecil.

Tidak, ini bukan salah siapa-siapa. Anne tidak salah. Jungkook tidak salah. Ini juga bukan salahku.

Tapi ini salah karena ini hidupku.

"Sekarang, ceritakan semuanya. Semua yang kau sembunyikan selama ini." kata eomma saat dia duduk di sofa. Sofa dimana aku melakukan ciuman pertamaku.

Aku mulai dari awal. Segalanya tentang Jungkook, tentang apa yang kurasakan saat aku pertama melihatnya, bertemunya, dan apa kata Jungkook tentangku. Tapi satu hal, aku tidak memberitahunya tentang ciuman itu. Aku masih tidak yakin. Kurasa aku tidak bisa melakukan ciuman keduaku.

Atau itu bisa jadi adalah ciuman pertama dan terakhirku?

"Kedengarannya dia sangat baik." Eomma menanggapi setelah aku bercerita panjang lebar.

"Dia memang baik."

"Maafkan aku karena kau sakit."

"Itu bukan salah eomma."

"Aku tahu. Aku hanya berharap bisa menjadi ibu yang bisa memberimu lebih dari ini."

"Jadi aku tetap boleh pakai internet dan laptopku?"

"Kurasa tidak, sayang." Dia menghela nafas. "Aku tidak mau kau patah hati."

"Eomma," panggilku lirih. "cinta tidak bisa membunuhku," lanjutku, meniru apa yang Anne pernah bilang.

"Itu tidak benar. Kata siapa?" balas eomma. Nada bicaranya terdengar sakit. Ada patah hati yang terpancar dari apa yang barusan dikatakannya.

Dan itu langsung membuat nyaliku ciut seketika. Dalam hitungan menit saja, aku sudah rindu Anne.

Aku juga rindu Jungkook, lebih dari apapun. Jadi aku melesat ke kamar meninggalkan eomma, tentu saja setelah aku pamit tidur siang.

Aku berdiri di depan jendela, menunggu Jungkook keluar dan melambai seperti kebiasaan kami. Tapi yang kulihat adalah seorang gadis yang bukan Somi, sedang bersama Jungkook di luar sana.

Mungkin dia teman Somi. Tapi kemudian aku melihat Somi langsung masuk ke rumahnya dan meninggalkan mereka berdua diluar.

Gadis itu tertawa bersama Jungkook dan tersenyum kepadanya, sama seperti caraku tersenyum pada Jungkook. Aku menegang, seperti ada yang salah dalam kulitku sendiri.

Kata-kata eomma tiba-tiba terngiang di telingaku. "Aku tidak mau kau patah hati."

Aku sadar, pasti akan ada orang lain, seseorang yang tidak sakit, yang selalu ada, yang bisa dia sentuh, yang bisa dia cium, dan segalanya.

Aku iri, bukan karena gadis itu cantik, tapi karena dia ada di dunia luar, ada di dunia yang sama dengan Jungkook, sedangkan aku tidak akan bisa.


18 January 2018

Kebablasan nulis sampe gasadar udah 640 words wkwk.

next door wish ㅡ jungkook;sinb ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang