39 • The Real End

3.9K 320 38
                                    

Aku mulai beraktivitas seperti orang lainnya. Aku mendaftar ke universitas, yah, setidaknya aku harus terus belajar.

Aku tak tahu bagaimana kabar Jungkook setelah hari itu. Aku mengirim e-mail padanya tapi dia tidak pernah membalasnya kecuali yang terakhir itu.

Dia bilang akan kembali, tapi dia tidak kembali. Sampai sekarang.

Anne sudah tidak lagi menjadi perawatku, tapi dia masih menjadi teman baikku. Seperti sekarang, aku dan Anne sedang berada di kafe hanya sekedar bertemu kangen.

Aku memandang ke luar jendela kafe dan melihat tanah abu-abu yang membentuk jalan. Lusinan hamparan toko dan bangunan menyambut mataku. Lampu-lampu menyala terang dan dari sini, dunia terasa sangat indah dan teratur.

Tapi aku tahu bahwa dunia lebih dari itu. Dan kurang dari itu. Dunia ini jauh berbeda dengan ekspetasimu selagi kau hanya berdiam diri di rumah.

Saat aku hanya berdiam diri di rumah, aku sangat suka membayangkan versi diriku di semesta lain.

Aku sebagai gadis berpipi merona dan ceria yang senang berada di luar, yang memegang bunga dan menyusuri bukit sendirian.

Atau aku sebagai gadis penantang bahaya yang senang terjun payung, atau hal ekstrim lainnya. Aku adalah cewek tangguh yang penuh adrenalin.

Atau aku adalah pembantai monster yang memakai baju besi dan mengayunkan pedang.

Rasanya senang membayangkan hal-hal itu karena aku tahu siapa diriku. Tapi sekarang aku tidak yahu apa-apa. Aku tidak tahu aku harus jadi seperti apa di duniaku yang baru.

Aku terus berusaha mencari momen ketika semuanya berubah. Ketika hidupku bergeser dari jalur seharusnya, atau kehidupan ini adalah yang seharusnya?

Apakah waktu ayahku meninggal? Apakah waktu kami semua berlibur di pantai? Apakah waktu eomma dan appa bertemu?

Mungkin bukan semua itu. Kurasa momennya adalah saat truk itu datang dengan Jungkook di dalamnya. Dan momen saat tatapan kami bertemu hari itu.

Atau apapun momen berjumlah tak terhingga yang mengarah ke momen itu. Jadi, kalau aku bisa mengubah satu momen, mana yang akan kupilih? Akankah aku jadi Eunbi yang sekarang? Akankah aku bertemu Jungkook? Akankah kami jatuh cinta?

Perubahan sekecil apapun di kondisi awal, bisa membuat hasil yang jauh di luar perkiraan awal.

Seluruh pikiranku terhenti ketika Anne datang membawa makanan dan minuman. Aku bersantai di kursiku sambil makan dan berbincang dengan Anne sampai aku melihat sosoknya.

Sosok yang selama ini kunantikan.
Sosok yang selama ini kuharapkan.
Sosok yang selama ini kurindukan.

Jeon Jungkook. Dia berdiri di ambang pintu kafe dengan sorot matanya yang tajam menatapku.

Aku berjalan menyusuri lorong, bukan lagi lorong panjang rumahku, tapi lorong menuju Jungkook.

Seketika itu juga aku tahu bahwa kupu-kupu di dalam perutku telah kembali.

Rambutnya sudah lebih panjang dan matanya terlihat lelah, tapi juga semangat. Penampilannya sudah bukan serba-hitam lagi. Celana dan sepatunya memang masih hitam, tapi kausnya berawarna putih. Dan kupikir, dia jadi lebih tinggi.

Dan terakhir, tentu saja, dia jadi lebih tampan dari sebelumnya. Atau ini hanya efek karena aku sudah lama tidak melihatnya?

Aku berdiri tepat di hadapannya dan Jungkook makin mendekat ke tempat dimana aku berdiri.

Dia tersenyum sesaat kemudian menciumku dengan lembut sampai akhirnya dia melepasnya dan bilang, "Aku sudah kembali, Bibie."

Aku berusaha begitu keras mencari satu momen penting yang menggeser kehidupanku keluar jalurnya. Tapi jawabannya bukan hanya satu momen, tapi serangkaian momen.

next door wish ㅡ jungkook;sinb ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang