17 • Determined

1.8K 331 38
                                    

"Eomma belum tidur?"

Aku sedang duduk di sofa dengan laptop yang baru saja aku tutup. Dia menghampiriku dan duduk di sebelahku.

"Apa yang sedang kau lakukan dengan laptopmu? Ada game baru?"

Aku baru saja mau menjawabnya ketika aku mendengar suara jeritan dari rumah sebelah lagi. Aku memandang jendela dan berniat berdiri, tapi eomma menahanku.

Suara jeritan lain terdengar kemudian ada suara pintu yang dibanting keras. Aku berlari ke jendela dan melihat keluar. Eomma berjalan mengikutiku.

Keluarga rumah sebelah—Jungkook, adiknya Somi, ibunya, dan ayahnya—mereka semua ada di teras depan. Entah apa yang terjadi.

Ayahnya barusan menarik Somi, tapi gadis itu dengan cepat menghindar, lalu menunduk sambil bersembunyi di belakang Jungkook.

Jungkook mengatakan sesuatu yang membuat ibunya dan Somi mundur. Sekarang Jungkook berhadapan dengan ayahnya.

Ayahnya memegang botol minuman keras di tangannya, lalu meminumnya sampai habis. Kurasa ayahnya sangat mabuk.

Dia tersenyum seperti orang gila dan mendekati Somi lagi. "Kau bukan ayahku!" teriak Somi. Aku mengetahuinya dari gerakan mulut dan raut wajahnya.

Ayahnya terlihat marah dan menerjang. Kemudian Jungkook sudah ada di tengah mereka. Jungkook mendorong ayahnya sampai menghantam dinding.

Ibunya menangis sambil memeluk Somi. Sebenarnya apa yang terjadi? Nyatanya, aku tidak tahu apa-apa tentang Jungkook.

Ibunya maju untuk menenangkan suaminya, tapi dia malah mendorongnya hingga jatuh. Pria itu lalu malah mencengkram kaus Jungkook, dan meninjunya.

Somi menjerit. Ibunya menjerit. Aku juga menjerit. Jungkook terkulai lemas, tapi dia masih bisa bangkit.

Somi sedang membantu Jungkook berdiri, ketika ayahnya menariknya dengan kasar. Jungkook menahannya lagi, dan pria itu meninju Jungkook lagi tepat di perutnya.

Aku menjerit lagi. Aku tidak tahu apa yang kupikirkan saat aku malah melesat berlari keluar rumah meninggalkan eomma.

Yang kutuju hanyalah tempat Jungkook. Aku keluar. Aku berteriak, "HENTIKAN!" tepat sebelum ayahnya meninjunya lagi.

Jungkook meringkuk sambil memegangi perutnya. "Kau tidak apa-apa?" tanyaku. Aku tidak mengerti mengapa ayahnya meninjunya sampai seperti ini. Apa semua ayah seperti itu?

Jungkook mendongak, ekspresinya berubah dari kesakitan menjadi kebingungan dan kaget. "Apa yang kau lakukan di luar? Cepat masuk ke rumahmu! Aku tidak apa-apa," katanya dengan cepat.

Aku menoleh ke rumah dan melihat eomma berlari dengan panik.

Dia terlihat histeris sekali selagi menarikku, tapi aku tetap bersikukuh melihat Jungkook.

"Kau benar-benar tidak apa-apa?" tanyaku lagi.

Dia bangkit dengan pelan. "Bibie, aku tidak apa-apa. Masuklah, kumohon, aku tidak ingin kau sakit. Aku janji aku tidak apa-apa," katanya, lalu aku membiarkan diriku ditarik menjauh.

Salju tiba-tiba saja mulai turun, dan menyentuh kulitku. Aku tidak berusaha menutupinya, aku membiarkan salju itu menyentuh kulitku semakin banyak.

Eomma yang malah berteriak histeris sambil terus menarikku masuk ke rumah. Aku gemetar hebat.

Kesadaran akan besarnya akibat dari apa yang telah kulakukan memenuhi diriku dan membuat tubuhku gemetar tak karuan.

Aku menoleh sekali lagi ke arah rumah mereka, dan aku melihat darah segar mengalir dari hidung Jungkook. Aku tidak tahu apa lagi yang berikutnya terjadi.





14 January 2018

Hayoloh Eunbi-nya keluar rumah wkwk.

Jangan lupa vote chapter sebelumnya juga yaa gengs krn kemaren error;)

next door wish ㅡ jungkook;sinb ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang