"Bie, serius. Aku tidak bisa membawamu ke Busan."
"Kenapa tidak? Aku sudah beli tiket kereta dan penginapan."
Jungkook menatapku lekat-lekat. "Wah, kau bahkan sudah menyiapkan begitu banyak hal."
Dia menggelengkan kepalanya pelan. "Astaga, Busan itu jaraknya tiga ratus dua puluh lima kilometer dari sini."
"Karena itu kita naik kereta."
"Serius? Kau tidak bercanda? Kapan kau memesan tiket? Bagaimana? Kenapa?"
"Iya. Tidak. Semalam dengan kartu kredit karena aku ingin melihat dunia luar," Aku menjawab cepat. "Wah, ini Jawab Cepat Lima Pertanyaan."
"Bagaimana kalau terjadi sesuatu padamu?"
"Aku punya pil itu. Aku membawanya. Pasti manjur."
Kutebak dia sedang mengalami konflik batin. "Kau tahu, kita punya banyak tempat disini, di Seoul."
"Tapi tidak ada kenangan tentang appa dan tidak ada pantai Haeundae. Tidak ada Anne juga."
"Ini musim dingin dan kau mau ke pantai? Kau bisa beku."
Aku tertawa. "Tidak bisa ya ke pantai saat musim dingin? Aku hanya ingin merasakan bagaimana pantai."
Dia terdiam sebentar. "Oke jika au ingin pergi ke pantai itu." Senyum tipis mulai terukir di bibirnya.
"Sangat ingin." Aku tersenyum lebar.
"Baiklah. Kita pergi berapa lama?"
"Hari ini dan besok. Hanya sebentar, Jungkook. Aku tahu kau juga butuh pelarian dari keluargamu."
"Kau sekarang bahkan tahu rahasiaku." Dia melanjutkan. "Oke. Ayo kita pergi." Dia mengusap kepalaku, lalu menarikku menuju mobilnya.
Suasana hati kami terasa lebih ringan setelah menjauh dari rumah. Paling tidak, pelarian ini sempurna untuk kami berdua.
"Kau pasti akan menyukainya."
"Aku akan suka semuanya. Aku suka berada di mobil ini denganmu. Aku suka berada di dunia luar."
Kami bercengkrama sampai tak sadar bahwa kami sudah sampai di stasiun, katanya perjalanan dari Seoul ke Busan bisa sampai 3 jam.
Kami menunggu di peron, tak lama kereta sampai dan kami masuk ke dalam. Aku duduk di sebelah jendela, dan Jungkook di sebelahku.
"Eunbi," Jungkook memanggilku yang sedang asik melihat ke luar jendela.
"Kurasa aku bisa jatuh cinta padamu lebih dalam lagi."
Aku tertawa kecil. "Critical Eleven saja butuh tujuh jam untuk saling jatuh cinta, sedangkan perjalanan ini cuma tiga jam, Jungkook."
"Kalau gitu bagaimana sebulan kemarin yang telah berlalu? Kau melupakannya?"
Aku terdiam. Jungkook jatuh cinta padaku? Yang benar saja. Apa ini bukan mimpi?
"Kalau aku tidak cinta kau, mana mungkin aku mau menemanimu ke Busan secara suka rela begini."
Astaga, Jungkook benar-benar paling bisa membuatku rasanya terbang di atas awan. Aku tersenyum senang.
"Terima kasih," aku menatapnya, hanya suara gerak kereta yang terdengar saat ini. "tapi aku tidak mau memberikan harapan palsu, Jungkook."
"Maksudmu?"
"Kau tahu, aku sakit. Aku bisa.. mati kapan saja-"
Jungkook memotong ucapanku dengan mencium bibirku. Aku tidak tahu harus bagaimana?!
"Kau tidak akan mati. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi, Bibie."
Suaranya sangat membuatku tenang dan damai. Aku suka caranya memanggilku Bibie, terasa seolah dia sudah memanggilku seperti itu seumur hidupku.
"Pokoknya, aku pastikan akan membuatmu bahagia selama dua hari kedepan."
Tangannya menggenggan tanganku hangat dan senyuman manisnya membuatku luluh seketika. Andai saja aku bertemu Jungkook lebih cepat, mungkin aku bisa merasakan kebahagiaan ini dari dulu.
Karena Jungkook telah membuka pintuku untuk menuju dunia luar.
24 January 2018
Ga nyangka bakal gempa 2 hari berturut gini.. walaupun kecil tapi tetep ajaa.. takut:( stay safe everyone:')
KAMU SEDANG MEMBACA
next door wish ㅡ jungkook;sinb ✔
Short Storyeunbi yakin jatuh cinta pada jungkook akan menjadi resiko terbesar baginya. [remake from a novel called everything, everything by nicola yoon] ©sinbunny ㅡ 2017