Chapter 18

38.8K 3.5K 113
                                    

Happy Birthday Taehyung ^_^

Happy reading guys.

Taehyung sedari tadi terus saja mondar-mandir di depan ruang UGD, tangannya saling tergenggam erat dan sesekali ia akan berdoa semoga Jungkook dan janinnya baik-baik saja. Perasaan khawatir dan resah bercambur menjadi satu, saat melihat beberapa suster keluar dengan terburu-buru lalu kembali lagi dengan beberapa macam alat medis dan kantung darah, perasaan Taehyung semakin kalut mengingat Jungkook pendarahan begitu banyak. Ia takut Jungkook akan keguguran lagi.

Salah satu dokter yang mengoperasi Jungkook keluar dari ruang UGD, dengan cepat Taehyung menghampiri dokter bermarga Jung itu.

"Dokter Jung, bagaimana keadaan Jungkook saat ini?" Tanya Taehyung, dokter itu menghela napas pelan.

"Tuan Kim... keadaan pasien sangat kritis, pasien kekurangan banyak darah dan itu juga berakibat pada janinnya. Dan kemungkinan besar nyawa pasienpun akan terancam karna daya tubuhnya begitu lemah, jika kita tak melakukan pengangkatan pada janinnya maka di pastikan nyawa pasien juga tak akan selamat, jadi bagaimana tuan Kim? Anda harus mengambil keputusan dengan cepat karna nyawa pasien semakin kritis di dalam sana." Taehyung menundukkan kepalanya, ia mengepalkan kedua tangannya erat karna bagaimana pun ini adalah pilihan yang sangat sulit baginya, di satu sisi ia tak ingin kehilangan Jungkook tapi ia juga tak rela jika harus kehilangan calon anaknya lagi.

"Lakukan saja yang terbaik menurutmu dokter Jung." Pasrah Taehyung, dokter Jung mengangguk paham lalu kembali kedalam ruang UGD.

Taehyung menghembuskan napas beratnya, hatinya begitu sakit saat menerima kenyataan jika ia harus kehilangan calon anaknya lagi, seketika tatapan tajam keluar dari matanya mengingat jika semua ini terjadi karna orang itu. Dengan cepat Taehyung merogoh saku celananya lalu menelpon seseorang.

"Halo, cari secara detail tentang keluarga Choi, rebut semua saham milik perusahaan nya jangan sampai ada yang tersisa, jika kau gagal maka aku akan memecatmu, dan sebisa mungkin buat keluarga nya menderita. Kau mengerti kan Park Jimin?"

"...."

"Ku tunggu kabar darimu."

Setelah itu sambungan telepon terputus, Taehyung menyeringai kecil, tatapan nya begitu tajam seolah ia sedang berhadapan dengan musuhnya saat ini.

"Aku akan menghancurkan semuanya."

Sementara itu, Jimin hanya menghela napas berat setelah menerima tugas dari Taehyung melalui telfon tadi, astaga apa ia harus menjadi orang jahat lagi demi bosnya ini yang selalu saja tamak. Namja itu mendecih pelan tapi akhirnya ia tersenyum sinis.

"Ahh.. aku senang melakukan hal ini, melihat orang menderita itu tontonan paling seru menurut ku." Ujar namja itu, lalu keluar dari ruangannya. Siap untuk menjalankan tugas dari Taehyung.

* * *

"Ssstt.. pelan pelan sunbae, ini sakit." Bambam meringis saat Yugyeom menekan luka nya.

Ya.. kedua orang itu kini berada di UKS, dan sekarang Yugyeom tengah mengobati luka lebam di wajah Bambam dengan obat merah. Yugyeom tak memperdulikan rintihan namja itu, padahal dia sudah sangat pelan menempelkan kapas untuk mengobati lukanya tapi tetap saja Bambam selalu saja merintih layaknya anak kecil.

"Aku sudah melakukannya dengan pelan Bam, jika lebih pelan lagi maka sekalian saja tak usah di obati." Bambam mencebikkan bibirnya, lalu menatap Yugyeom sinis.

"Ck.. tapi ini sakit sunbae, apa kau tak pernah di pukul oleh seseorang? Makanya kau tak tahu rasanya seperti apa." Yugyeom menghentikan pergerakan nya sejenak, ia terdiam. Yugyeom ingat saat itu ia baku hantam dengan Taehyung karna Jungkook, ia ingin merasakan nya lagi dimana Jungkook selalu perhatian terhadap nya saat ia terluka, tapi mustahil baginya untuk mengulang semua itu karna dirinyalah yang menyuruh Jungkook pergi, ia yang merelakan namja manis itu dengan Taehyung. Lalu kenapa sekarang ia menginginkan semuanya kembali seperti semua? Ck.. dasar bodoh!

"Sunbae.. kau melamun?" Yugyeom menoleh kearah Bambam yang kini sedang menatapnya dengan tatapan bertanya. Namja berambut orange itu tersenyum tipis.

"Aku tak melamun, hanya saja aku sedang memikirkan Jungkook."

'Dia belum bisa melupakannya ya.'

"Aigoo... aku bahkan sampai lupa dengan kelinci gembul itu, sunbae.. ayo kita ke rumah sakit, aku ingin melihat keadaan nya." Yugyeom tersenyum lebar melihat tingkah Bambam yang selalu saja bisa berubah setiap saat; tsundere, Yugyeom lalu mengusak rambut kecoklatan milik Bambam membuat namja manis di depannya itu terdiam karna perilakunya.

"S-sunbae.. ayo kita pergi." Ujar Bambam dengan gugup, ia mengalihkan pandangannya ke lain arah, ia tak ingin Yugyeom melihat rona merah di pipinya.

"Panggil saja aku hyung seperti waktu itu, menurut ku itu lebih nyaman. Ya sudah kajja kita pergi." Tanpa sadar Yugyeom menarik tangan Bambam yang masih saja menunduk, dan lagi perilaku Yugyeom membuat Bambam merasakan panas di pipinya.

* * *

Kini Jungkook sudah di pindahkan di ruang rawat dan tentunya VVIP, Taehyung memandang wajah Jungkook dengan tatapan sedih, entah ia harus mengatakan apa pada Jungkook saat namja itu terbangun nanti, yang pasti ia tahu Jungkook akan terluka jika mendengar kalau ia harus kehilangan anaknya lagi untuk yang kedua kalinya.

"Maafkan aku karna tak bisa menjaga mu dengan baik." Taehyung tersenyum kecut memandang wajah penuh luka lebam itu, tangannya terjulur untuk mengusap kepala Jungkook lembut.

Dering ponselnya mampu mengalihkan atensinya terhadap Jungkook, dengan cepat Taehyung mengangkat telfonnya itu.

"Bagaimana? Apa sudah selesai?"

"Ya.. tentu saja sudah.. bagiku itu hal yang mudah.. dan kau tinggal menonton kehancuran mereka di tv besok pagi."

"Baiklah.. aku akan menaikkan gajimu Jim, terima kasih."

Setelah itu Taehyung memutuskan telfon secara sepihak, dan ia yakin di seberang sana Jimin sedang menyumpahi dirinya lalu tersenyum senang karna Taehyung menaikkan gajinya bulan ini. Taehyung tak mau ambil pusing akan sekretaris nya itu, ia menoleh kearah pintu ruangan yang terbuka, menampakkan Yugyeom dan Bambam di sana.

"Tae... bagaimana keadaan Jungkook?" Tanya Yugyeom, ya begitulah dia terkadang sopan terkadang juga tidak pada Taehyung, tapi Taehyung tak perduli toh itu bukan urusan penting baginya.

"Dia tadi kritis, dan sekarang sudah membaik. Kita tinggal menunggunya sadar."

Yugyeom menoleh kearah Bambam yang kini bersembunyi di balik punggungnya, mata namja itu berkaca-kaca saat melihat keadaan Jungkook seperti sekarang. Yugyeom menghembuskan napasnya pelan sebelum akhirnya ia menarik tangan Bambam dan merengkuh tubuh namja itu kedalam dekapannya.

"Tenang.. Jungkook pasti baik-baik saja." Ujar Yugyeom mencoba menenangkan Bambam, kini namja itu mulai terisak pelan di pelukan nya. Dan dengan sigap Yugyeom langsung mengelus pundak Bambam. Tak memperdulikan tatapan bertanya dari Taehyung. Mungkin mengenai hubungan Yugyeom dengan Bambam.

"Lalu bagaimana dengan janinnya?" Taehyung hanya terdiam, sulit baginya jika harus mengatakan ia kehilangan anaknya lagi, tenggorokan nya seperti tercekat untuk mengatakan hal itu. Yugyeom yang mengerti kenapa Taehyung memilih diam, hanya bisa menghela napas beratnya.

"Sabar Tae.. yang terpenting sekarang adalah bagaimana cara kita untuk menenangkan Jungkook saat ia sadar nanti."  Taehyung mengangguk pelan, menyetujui perkataan Yugyeom barusan, Taehyung tersenyum tipis kearah Jungkook dan Yugyeom hanya bisa menghembuskan napas pelan, ia tahu jika di balik senyum itu terlalu banyak luka yang Taehyung sembunyikan. Karna bagaimana pun ia sudah mengenal Taehyung lama meski terkadang tidak akur.

.
.
.
.
.

Tbc.

Sorry kalo ada typo.

Maaf kalo ceritanya gak nyambung sama awalnya ataupun tambah ngawur. Author belum ahli buat cerita, jadi maklumin aja ya >_<

Mr. KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang