Mungkin chapter ini akan sedikit... yahh begitu lah.. scroll pelan-pelan.. dan hayati bacanya.. ini chapter yang sedikit---- baca aja oke. :)
Maaf ya.. kubuat sad end. :(
.
.
.
.
.Setelah sampai dirumah sakit, Jungkook segera dibawa keruang UGD, airmata Taehyung terus saja mengalir saat melihat Jungkook benar-benar tak sadarkan diri dan beberapa kali tubuh itu mengalami kejang-kejang saat di ambulance tadi.
Taehyung mendudukkan dirinya diruang tunggu, ia mencengkeram rambutnya kuat sebagai pelampiasan atas rasa sesalnya. Napas namja itu tersenggal karna bercampur dengan isakkan tangisnya. Sebelumnya Taehyung tak pernah seperti ini, setelah kejadian orang tuanya meninggal dan kecelakaan Jungkook yang sebelumnya, Taehyung tak pernah lagi menangis sampai merasa jika ia sedang diambang kematian.
Taehyung hanya sendirian disana, Saeron tadi mengatakan jika ia akan menyusul dengan Jimin setelah memberitahu Mingyu terlebih dulu perihal kejadian ini, ia juga menyuruh orang-nya untuk memberi kabar pada Nyonya Jeon jika Jungkook mengalami kecelakaan.
Setelah hampir tiga puluh menit Taehyung menunggu, pintu UGD kembali terbuka, menampakkan sosok dokter yang keluar dari ruangan itu dengan raut wajah yang sulit diartikan. Taehyung tak ingin berpikir negatif, tak mungkin kan jika Jungkook-nya.
"Dokter!! Bagaimana? Apa Jungkook baik-baik saja?" Dokter itu menghela napas beratnya, ia memegang bahu Taehyung lalu sedikit merematnya sekedar untuk memberi kekuatan untuk namja itu, sekali lagi Taehyung mencoba untuk berpikir positif, meski nyatanya kemungkinan negatif itu akan muncul.
"Maaf tuan, kami harus sangat menyesal mengatakan ini, pasien tidak tertolong. Semoga anda bisa mengikhlaskan kepergian nya agar jiwa pasien tenang."
Tak mungkin. Jungkook-nya tak mungkin pergi begitu saja tanpa pamit, tubuh Taehyung sedikit oleng dan dengan sigap dokter tadi memegangi tubuh Taehyung.
Tidak tidak, Jungkook nya mana mungkin tidur secepat itu, tapi lagi pikiran untuk menolak semua itu kalah dengan pemikirannya yang lain, kenyataan yang ia hadapi ini begitu sulit.
Hiks.. Hancur sudah jika memang semua itu benar, Taehyung melangkah lunglai memasuki ruangan itu, napasnya tercekat saat melihat tubuh Jungkook yang pucat pasi dan terbaring kaku disana, Taehyung mendekat dan rasanya semua sendi yang ada ditulangnya mendadak lemas seketika, disana.. Jungkook-nya terbaring pucat, Jungkook-nya yang tadi pagi masih mengomel padanya kini terdiam membisu, tangan yang biasa mengusap wajahnya lembut dipagi hari kini mendadak kaku dan dingin. Apa ini nyata? Kehilangan seperti ini adalah hal yang paling ia hindari sejak dulu.
"Kook.. hiks.. heii.. ini aku Taehyung.. apa kau tidak ingin bangun?? Hiks.. Jungkook, ini sudah hampir sore.. kau seharusnya bangun dan memasak untuk makan malam.. hiks.. cepat bangun ya, a-aku.. aku janji tidak akan bertengkar dengan Saeron saat sedang makan.. kau.. hiks.. kau bisa memukul ku seperti biasanya jika aku melanggar.. hiks.. Kook.. kenapa kau tetap tidur, sayang?? Cepat bangun!! Aku ingin melihat matamu.. bunny."
Tangis Taehyung kembali pecah, ia belum siap dengan semua ini, ia masih ingin menikmati hari-harinya dengan Jungkook. Bahkan ia belum sempat menikahi namja manis itu. Tapi takdir berkata lain, mungkin Tuhan tak mengijinkan Jungkook untuk orang sepertinya.
"Hiks.. Jeon.. bangunlah.. hiks Kook, aku belum menikah dengan mu lalu punya anak.. tapi kenapa kau pergi begitu cepat? Hiks.. Jungkook!! Aku janji akan menikahimu!! Aku janji apapun yang kau mau akan turuti!! Hiks.. sayang, buka matamu!!" Taehyung memeluk tubuh itu erat, Jungkook-nya tak boleh pergi begitu cepat, ia tak rela, sangat tak rela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Kim
Fanfiction(END) MPREG Yang Jungkook rasakan hanyalah pelecehan,dan penyiksaan terhadap dirinya saat hidupnya dijadikan jaminan akan hutang ibunya yang memang orang tak berada. jungkook rela jika harus menggantikan posisi sang ibu. Hanya itu yang bisa dia laku...