MWTJ : 2

16.2K 720 16
                                        

•°•Happy Reading•°•


Rafael melangkahkan kakinya masuk kedalam mansionnya dengan langkah gusar, ia langsung menaiki lift dan menuju ke lantai dua. Mansionnya sangatlah luas dengan empat lantai dan terdapat sebuah liftyang menghiasinya. Belum lagi jarak pagar darimansion sangatlah jauh.

Jarvis, tangan kanannya menghubunginya tadi siang, bahwa Alesha pingsan saat dikamar mandi. Mengetahui kabar itu, Rafael hanya bersikap biasa saja dan tak peduli, baginya wanita ini hanyalah pembawa sial dan merepotkan. Ia menikahi Alesha hanya untuk satu tujuan, yaitu membalaskan dendamnya yang tiap kali membuncak.

Rafael membuka dua daun pintu yang berada di depannya, ia melihat dokter Ray sedang memeriksa Alesha dan ada beberapa pelayan yang akan membantu. Wanita itu terkujur kaku di atas ranjang dengan wajah yang pucat dan terdapat luka memar didahinya.

Rafael hanya memasang wajah datar dan biasa saja. "Tuan, nona Alesha tidak sadarkan diri selama 3 jam."ungkap Jarvis yang sudah berada disana sejak ditemukannya Alesha didalam kamar mandi.

"Itu wajar, mungkin dia terpeleset saat ingin ke kamar mandi, sudahlah."

Dokter Ray selesai memeriksa keadaan Alesha lalu mengajak Rafael untuk berbicara. "Tuan Rafael, isteri anda baik-baik saja, tidak ada luka yang serius. Cukup perbanyak istirahat saja, saya pemirsi tuan." ungkap dokter pribadi keluarga tersebut.

Rafael menaikkan alisnya. "Sudah ku bilang bukan?"tanyanya kepada Jarvis, lalu ia melangkahkan kakinya keluar dari kamar Alesha, tanpa menatap atau melirik Alesha yang terbaring lemah tak sadarkan diri dengan Lena disampingnya.

Lena terus saja memegangi tangan Alesha, berharap majikannya itu cepat tersadar. Lena melihat goresan merah dipipi Alesha, seperti bekas tamparan seseorang. Saat Alesha tersadar nanti, ia harus menanyakannya.

Pasti ada sesuatu yang membuat Alesha seperti ini, ia tidak mungkin berjalan sendiri ke kamar mandi, biasanya ia memanggil Lena dengan menekan tombol yang berada disamping ranjang.

"Uhuk.. Uhuk.."

Lena menatap Alesha yang sedang terbatuk dan seketika itu Alesha membuka matanya, dia sudah tersadar.

"Anda sudah sadar?" Tanya Lena, lalu ia memberikan segelas air untuk Alesha minum. "Anda baik-baik saja? apa yang terjadi?" Tanya Lena saat Alesha selesai minum.

Seketika kejadian beberapa jam lalu teringat kembali dipikirannya. "Ibu Rafael-"

"Nyonya besar? Ada apa dengannya?"

Seketika ia ingat perkataan Maura, ia tidak boleh menceritakan ke siapapun atas perbuatannya itu. Pasti mertuanya itu akan marah lagi kepadanya, dan entah apa yang dilakukannyalagi kepadanya kalau ia memberitahu soal ini.

"Tidak Lena. Lupakan saja, aku baik-baik saja."

Mendengar perkataan Alesha, Lena tidak yakin, pasti Alesha sedang menyembunyikan sesuatu. Lena hanya bisa diam, mungkin Alesha saat ini sedang tidak ingin menjelaskan sesuatu.

***

Seorang pria melanglahkan kakinya memasuki bar yang cukup megah terdiri dari lima lantai, bar ini dikhususkan untuk kolega-kolega besar penguasa perdagangan gelap.

Pria itu melangkahkan kakinya ke lantai dua, lalu ia menatap kebawah dari balkon yang berada di lantai dua. Barmiliknya sangat ramai, entah berapa banyak keuntungan yang ia dapatkan selama semalaman, jika ditotalkan selama beberapa bulan mungkin sudah sekitar $600 juta dollar.

"Hai Rafael." sapa seseorang dengan pakaian tipis dan ketat yang membuat semua lekukan tubuhnya menonjol. Ia bergelajut mesra di lengan Rafael.

"Hai Julia." Rafael membalas sapaan Julia.

"Bagaimana rencana mu kita kerjakan sekarang?"

Rafael menganggukan kepalanya sambil menuangkan sampanyeke dalam gelasnya. "Sekitar jam 10 malam. Dia sedang makan malam sekarang, aku tidak ingin dia jijik karena kita."

"Tapi kata mu, dia buta."

"Dia buta tapi masih bisa mendengar. Aku ingin menemui Will dulu, kau tunggu aku didalam mobil." ucap Rafael lalu melangkahkan kakinya kelantai tiga dimana Will berada.

Setelah sampai dilantai tiga, ia membuka sebuah pintu ruangan dan ia melihat Will dengan dua wanita berpakaian seksi sedang bergelayut manja.

"Rafael, tunggu aku belum selesai." ucap Will setelahtersadar akan kemunculan Rafael, tapi yang masih memegang bokong wanita berambut hitam dan meremas dada wanita berambut blonde.

Rafael menghembuskan nafanya gusar. "Pergilah, kalian akan mendapat tambahan gaji." ucap Rafael kepada dua wanita tersebut. Lalu kedua wanita tersebut, melepaskan diri dari Will dan beranjak pergi dari ruangan.

"Sialan kau!" umpat Will kesal kepada Rafael.

"Kau sudah menemukan dimana keberadaan Akira?" tanya Rafael melangkahkan kakinya kearah sofa dekat Will.

"Anak bawahkusudah memberikan kabar, dia berada disalah satu pulau terpencil, pulau dengan tidak ada kekuatan sinyal internet dan akses masuk kesana sangatlah rumit."

"Aku tidak mau menerima alasan, cepat kau hubungi anak buahmu, lakukan pekerjaan yang aku pinta dengan cepat,"

Will membakar rokok lalu ia mengisapnya dan menyemburkan asap di udara. "Mereka masih belum memberikan kabar saat ini, tapi mereka pasti akan langsung membawa Akira hidup atau mati."

Rafael membuka tutup botol sampanye lalu meminumnya sampai habis, merasakan suhu hangat yang mengalir lewat kerongkongannya dan menciptakan sesuatu yang berdesir.

"Lalu Alesha? aku harap kau tidak menyakitinya karena sepenuhnya adalah salah Akira bukan Alesha."

"Aku harus membalas dendam ku padanya, Akira menyakiti orang yang sangat aku sayangi, aku juga akan menyakiti orang yang dia sayangi yaitu Alesha. Akan aku buat dia menderita seumur hidupnya dan akan aku pastikan dia akan terikat bersama ku selamanya." ucapnya sambil menatap kosong kearah depan.


TBC
Don't forget for Vote and Comment.
😍

Dukung selalu aku ya dalam cerita ini :')
Dukungan kalian, akan membuat aku semangat nulisnya, Hehe~•• 🌸

Kalian bisa kunjungi aku di Instagram @yolan_dta


Salam manis

Author :')

Married With The JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang