MWTJ : 22

9.9K 458 15
                                        

Happy Reading...

Alesha melangkahkan kakinya pergi menuju ranjang. Tadi ia sempat diantar Jonathan hanya sampai di depan kamarnya.

Ia melangkah dengan pelan dan akhirnya ia sampai di depan ranjang, dan ingin membaringkan tubuhnya tapi ada suara yang menghentikan nya.

"Dari mana saja kau?" tanya Rafael yang sedang berbaring di ranjang.

"Aku.. Aku habis jalan jalan bersama dengan Jonathan dan Chris."

Rafael bertepuk tangan sambil menunjukkan ekspresinya seperti menilai orang. "Bagus..." ucapnya lalu bertepuk tangan kembali.

"Hm.. Maafkan aku jika aku salah." ucap Alesha dengan masih berdiri di sisi ranjang.

"Mudah sekali kau meminta maaf padaku."

Alesha bingung, ia tidak bisa berkata-kata apalagi kalau dihadapan Rafael, Pria yang selalu menyiksanya.

"Lalu, apa yang harus aku lakukan?"

Kemudian Rafael langsung membuka bajunya, lalu melemparkan bajunya ke tubuh Alesha.  "Kau cuci itu lalu keringkan. Jika bisa, kau akan aku maafkan." ucap Rafael lalu ia pergi meninggalkan kamarnya. 

Alesha memegang baju itu, harumnya sangat khas Rafael, sehingga ia tidak bisa melupakan harumnya yang khas. 

Ia merasa jantungnya berdegup kencang jika bersama dengan Rafael, entah mengapa? Apa mungkin ia telah mencintainya dan melupakan perbuatan buruk yang dilakukan Rafael kepadanya? Tidak.. Tidak.. Ia bukan wanita bodoh yang memanfaatkan cintanya demi memaafkan perbuatan buruk pria itu.

Sekarang, Alesha hanya bisa mengikuti alurnya cerita ini, ia tidak tahu akankah Rafael bisa mencintainya sama sepertinya atau Rafael tambah membencinya. 

Akankah semua ini membuatnya bahagia atau bisa jadi ia tambah tersiksa?

***

"Siapa wanita itu? Bisa bisanya ia bersenang senang diluar sana tanpa perduli dengan ku?" ucap Rafael sambil berjalan ke arah ruang makan.

"Siapa yang tidak memperdulikan mu?" tanya Sandra.

Rafael sontak terkejut, ternyata suaranya begitu keras sehingga bibinya mendengarnya.

"Tidak bi."

"Jangan bohong, aku bisa membaca pikiran mu." ucap Sandra dengan nada menggoda.

Ia sangat heran sama bibinya ini, mengapa tahu sekali tentang perasaan orang lain? Sekalipun orang itu bersikap normal dan biasa-biasa saja.

"Isteri mu? Apa kau sudah perduli kepadanya?"

"Sudahlah.. Aku tidak mau membahas tentang dirinya lagi." ucap Rafael lalu ia menarik kursi dan mengambil sepotong roti untuk dimakan. 

Sandra menyusulnya dan duduk disampingnya.  "Kau tidak perlu berbohong dengan hati mu. Mulut bisa saja berbohong tapi kalau urusan tentang hati, kau tidak bisa."

"Oh yah?"

Sandra langsung menunjukan wajah kesal.  "Ingin sekali aku masak mulut mu itu bersama dengan sayur daging." ucapnya lalu ia bergegas meninggalkan Rafael yang tertawa terbahak-bahak.

Setelah potongan terakhir masuk ke dalam mulutnya, ia memikirkan kembali perkataan bibinya itu.

Mulut saja bisa berbohong tapi kalau urusan soal hati itu tidak.

Married With The JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang