Happy Reading
Rafael hanya menatap Alesha datar setelah mendengar perkataan isterinya itu. Alesha sama sekali tidak merasa menyesal berkata seperti itu, ia harus berani berbicara dan menentang perkataan Rafael yang seolah-olah selalu benar itu.
Rafel menghembuskan napas pelan, kemudian tatapannya menatap Alesha. "Sebenarnya kau hamil."
Alesha mengerutkan dahinya, "A..pa?" tanyanya kembal karena ia takut salah dengar.
"Kau hamil."
Alesha menutup mulutnya, tidak percaya bahwa ada janin yang hidup di rahimnya.
"Dan aku tidak mau itu terjadi."
Apa yang ia dengar tadi? Sungguh teganya Rafael berkata seperti itu. Alesha memicingkan matanya menatap Rafael.
Rafael menghembuskan napas pelan, "Aku tidak mempunyai cita-cita untuk menjadi suamimu apalagi untuk menjadi ayah dari bayi itu."
Perkataan Rafael sungguh menusuk ke dalam hatinya, ia tidak mampu lagi untuk membendung air matanya yang sudah berkaca-kaca, akhirnya air matanya jatuh membasahi kedua pipinya.
Belum lahir saja, bayinya sudah tidak diharapkan, sungguh Rafael memang kejam.
"Apa maksudmu berbicara seperti itu?" tanya Alesha di sela-sela tangisannya. Tubuhnya sudah gemetar, ingin sekali ia menghukum Rafael karena perkataannya itu.
Rafael pria brengsek yang pernah ia kenal. Dan mungkin ia tidak akan mengenalnya lagi setelah ini.
"Aku tidak mau." ucap Rafael lagi kepada Alesha yang sedang menahan amarahnya.
"Aku juga tidak mau ada dalam masalah ini. Dari awal kau yang mengundangku untuk masuk ke dalam kehidupan ku, lalu kau menikahi ku dan setelah itu kau.." Alesha menghembuskan nafas pelan. "Kau menyiksaku, tanpa aku tahu alasannya kenapa."
"Asal kau tahu, aku juga tidak ingin seperti ini. Aku berusaha untuk tegar dan kuat dalam menghadapi mu, bahkan sampai menjadi besi baja yang kuat untuk menahan semua penyiksaan yang kau lakukan kepadaku."
Tampak rafael diam, ia hanya menatap datar Alesha dan mencermati semua perkataan yang dilontarkan Alesha.
"Tapi sekarang, kau seenaknya mengatakan kau tidak mau bayi ini." ucapnya, lalu tumpah sudah air mata yang selama ini ia bendung. Ia tidak mau lagi menahan semua kekesalannya. Cukup sudah penderitaan yang ia terima selama ini.
"Kau ayahnya, ini darah daging mu. Bahkan Harimau yang terkenal sangat buas saja bisa menyayangi anaknya. Kau lebih dari harimau, iblis sudah merasuki pikiran mu."
Jeda cukup lama, mereka mempunyai pikiran masing-masing. Setelah melontarkan keluh kesahnya, Alesha hanya menundukkan wajahnya sambil menghapus jejak air mata di pipinya dengan tangannya.
"Kalau kau tidak mau aku berada di kehidupan mu, maka lepaskanlah aku."
Ia memang harus mempunyai keberanian untuk melawan sifat Rafael. Selama ini ia sudah cukup diam, dan kali ini ia tidak akan diam.
"Pergilah..." ucap Rafael pelan tanpa menatap Alesha.
Setelah mendengar perkataan itu, Alesha menggerakan pandangannya, ia menatap Rafael. Apa yang diucapkan Rafael benar? Sebencinya dia sampai ia mengatakan itu? Ia benar-benar tidak punya hati. Semoga Tuhan mengampuni dosa-dosanya.
Tanpa aba-aba, Alesha melangkahkan kakinya untuk pergi dari rumah tersebut. Rumah yang mempunyai kenangan buruk baginya. Ia tidak membawa apapun, karena memang ia masuk juga tidak membawa sesuatu.
Ia menurini anak tangga dengan langkah cepat, lalu seseorang menabraknya. "Kaka ipar, kau sudah tidak pakai tongkat lagi?"
Alesha diam sejenak, mencermati perkataan pria di depannya. Ia mendengar kalau ia dipanggil kaka ipar, tidak lain tidak bukan pasti ini Chris, adik iparnya itu.
"Kau Cris?"
Chris mengangguk pelan. "Apa kau sudah bisa melihat?"
Alesha hanya menganggukkan wajahnya.
"Keren, kalau seperti ini kau jadi tambah cantik."
"Terimakasih... Aku harus pergi chris."
Chris mengerutkan dahinya. "Pergi? Kau ingin kemana? Kau sudah menemui kaka ku?"
Alesha mengangguk pelan. "Aku sudah tidak bisa lagi berada disini."
"Kenapa?"
Alesha menghembuskan nafasnya pelan. "Dia mengusirku karena dia tidak mau bayi yang ada di kandungan ku."
Chris tersentak kaget, "Ka-kau hamil?"
Alesha hanya mengangguk pelan.
"Itu artinya aku akan mempunyai keponakan yang lucu."
Seperti inilah sifat Chris, terkdang ia menjadi pria dewasa yang mempunyai segudang masalah, terkadang pula ia menjadi pria kekanakan.
"Kau tidak boleh pergi, aku akan berbicara ini kepada kaka. Sekarang kau pergi saja ke kamarku terlebih dahulu, yang paling penting jangan sekalinya kau pergi dari rumah ini. Aku percaya ka Rafael masih mempunyai hati nurani, ia berkata seperti itu karena ia gengsi saja selebihnya ia menyesal telah melakukan itu."
"Tapi aku--"
"Sudahlah Alesha, aku akan atur semuanya. Yang terpenting kau tetaplah disini."
TBC
Vote dan Komen ya...Mohon maaf banget baru aku Up, hehe... Sibuk soalnya 😁😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With The Jerk
Romansa(18+) Alesha Geraldyn, Hidupnya menjadi tersiksa setelah sadar dari koma selama hampir sembilan bulan. Hidupnya tak seperti dulu, gadis bar-bar yang manja dan hanya bisa berfoya-foya menghabiskan uang orangtuannya. Tragedi kecelakaan membuat diriny...