Happy Reading
Sebelum baca, silahkan di vote dulu ya..Rafael melangkahkan kakinya masuk ke dalam mansion yang sudah dua minggu ini ia tinggalkan. Alasannya hanya satu, yaitu karena Alesha. Selama dua minggu ini ia sudah berpikir keras, bahwa ia tidak akan tergoda lagi pada gadis buta itu. Ia tidak akan melakukkan hal itu lagi.
Ia harus bisa melancarkan balas dendamnya lagi, membuat Alesha tersiksa lagi, hingga wanita itu bosan hidup."Tuan Rafael, anda sudah kembali." sapa Maria, kepala pelayan di mansion itu.
Rafael hanya mengangguk sekilas lalu ia bergegas ke lantai dua, mengecek keadaan Alesha yang akan ia siksa lagi nanti.
Ia membuka pintu kamar Alesha, harum aroma vanila telah memasuki indera penciumannya. "Ini bau khas wanita itu." ucaonya sambil meneliti disetiap sudut kamar, tapi tanda-tanda Alesha ada di kamar ini telah sirna.
Ia sudah mengecek seluruh sudut kamar, kamar mandi, ruang pakaian tapi Alesha tidak ada disana.
Ia kemudian membuka jendela kamar dan berdiri di balkon, memandang taman di bawah sana, Alesha yang biasanya ditemani Lena berjalan-jalan, sekarang tidak ada di taman.
"Sial." umpatnya.
"Kemana perginya wanita itu?" ucapnya lalu kemudian ia mengambil ponsel dan menghubungi Jarvis.
"Bisa kau ke kamar Alesha, sekarang?" tanyanya.
"Baik tuan. "
Setelah mendapatkan jawaban dari Jarvis, ia menutup ponselnya.
Rafael menghembuskan nafas panjang, tangannya sambil bertumpu pada raling-raling besi balkon. Ia menatap datar kedepan, ia harus bisa meyakinkan, kalau pilihannya ini adalah benar. Ia harus menyiksa Alesha lagi, sampai Akira ditemukan dan mengakui perbuatannya.
Ia kemudian menghembuskan nafas gusar, sampai suara ketukkan pintu kamar terdengar, dan Jarvis disana, langsung saja ia melangkahkan kaki ke arah Rafael.
Rafael membalikkan tubuhnya hingga menatap Jarvis di depannya.
"Ada yang bisa saya lakukan tuan?"
"Apakah kau tahu dimana Alesha berada? Mengapa ia tidak ada di mansion ini?"
Jarvis diam sejenak, ia mengingat sekitar dua minggu lalu, ia sempat menyampaikan hal ini kepada Rafael, tapi tuannya itu masa bodoh. Dan sekarang, ia menanyakan. Entah Jarvis harus bilang apa sekarang?
"Hm.. Maaf tuan. Sebelumnya sudah saya katakan pada tuan kalau nona Alesha dua minggu lalu mengoperasi matanya dibantu dengan tuan Jonathan."
"APA?" Rafael tercengang, ia berucap dengan meninggikan suaranya. Matanya kini sudah melebar dan emosinya menguap seperti sungai yang sedang banjir dengan air hujan.
Entah Jarvis nanti akan bernasib seperti apa? Ia menundukkan kepalanya, menunjukkan kalau ia sedang dalam ketakutan.
"Kau tidak bilang padaku sebelumnya?" tanya Rafael yang masih menatap Jarvis dengan tatapannga yang begitu tajam.
"Su-sudah saya sa-sampaikan. Tapi kau waktu itu tidak mau diganggu."
"Dimana rumah sakitnya?, antarkan aku sekarang." ucap Rafael lalu ia langsung melangkahkan kakinya melewati Jarvis yang masih gemetar.
Kali ini ia masih selamat dari terkaman sang raja hutan, lain kali ia harus berhati-hati. Sungguh, semuanya serba salah menurutnya.
***
"Apa yang kau rasakan?" tanya Dokter yabg baru saja datang kepada Alesha yang terbaring lemas karena sudah memuntahkan seluruh isi perutnya yang baru ia makan.
Alesha menghembuskan nafas pelan, "Hanya mual dan pusing saja dok."
"Semua obat yang kau konsumsi sama sekali tidak mempunyai efek samping itu. Tapi akan aku periksa terlebih dahulu." kemudian dokterpun melakukan pemeriksaan pada mata Alesha.
"Tidak ada sumbatan pada matamu, semua baik-baik saja."
Alesha merasa lega telah mendengar ucapan dokter itu. "Lalu apa yang aku alami?"
"Saya hanya dokter spesialis mata, akan saya panggilkan dokter umum. Kau harus lebih tenang."
Alesha menganggukN Kepalanya pelan. "Baik dok."
Setelah dokter pergi, Jonathan masuk ke ruang perawatan. Ia melangkahkan kakinya lalu duduk di kursi samping ranjang Alesha.
"Apa katanya?"
Alesha menggelengkan kepalanya pelan. "Mataku baik-baik saja, tapi ia akan membawa dokter umum kesini untuk memeriksa keadaanku."
"Semoga tidak terjadi hal yang buruk."
"Ku harap begitu." ucap Alesha. "Oh iya, kapan aku bisa pulang?" tanyanya.
Jonathan diam sejenak, "Hm.. Seperti kata dokter, kalau kau baik-baik saja, besok kau sudah boleh pulang."
Alesha tersenyun mendengarkan perkataan Jonathan. "Syukurlah..."
Suara pintu terketuk dengan keras dan tidak lama pintu itu terbuka secara paksa dengan suara yang begitu mengganggu. Alesha dan Jonathan sempat dibuat terkejut oleh orang yang tidak tahu sopan santun itu.
Alesha dan Jonathan saling menatap satu sama lain. "Siapa yang tidak punya sopan santun itu?" tanya Jonathan lalu Alesha langsung menggelengkan kepalanya pelan.
Dan beberapa detik kemudian, munculah sosok Rafael dengan Jarvis dibelakangnya. Ia mengedarkan pandangannya mencari sosok wanita yang dicarinya, lalu ia melangkahkan kakinya ke arah Alesha dengan langkah yang lebar dan tatapan mata yang begitu intens.
"Siapa kau?" tanya Alesha kepada Rafael.
"Pulang!" ucap Rafael lalu ia menyikap selimut yang digunakan Alesha dan menarik paksa wanita itu demi harus ikut bersamanya.
Dan Alesha tersadar, bahwa yang tiba-tiba muncul di depannya ini adalah Rafael. Ia sangat mengenali suara itu.
"
Pulang, ikut aku sekarang juga." ucap rafael yang masih menarik paksa tangan Alesha.
"Rafael tunggu, Alesha masih dalam perawatan." ucap Jonathan meralang Rafael untuk jangan bertindak bodoh. Namun, Rafael semakin menjadi, ia membopong tubuh Alesha yang sangat kurus.
"Lepaskan aku." ucap Alesha sambil memukul dada bidang Rafael.
"Rafael aku bilang berhenti." ucap Jonathan lalu ia menarik tubuh Alesha dari Rafael, namun semua itu gagal. Rafael menepis tangan Jonathan.
"Aku sangat ingin mual sekarang." ucap Alesha, lalu beberapa detik kemudian ia mengeluarkan kembali makananya yang telah dimakan, dan mengotori tuksedo Rafael.
"Apa yang kau lakukan? Kau mengotori pakaianku."
Alesha merasa pusing di kepalanya, ia tidak bisa fokus apa yang Rafael katakan kepadanya. Dan akhirnya ia mulai memejamkan matanya karena pusing yang sangat berat.
TBC....
Yuk komen dan beri bintang...

KAMU SEDANG MEMBACA
Married With The Jerk
Romansa(18+) Alesha Geraldyn, Hidupnya menjadi tersiksa setelah sadar dari koma selama hampir sembilan bulan. Hidupnya tak seperti dulu, gadis bar-bar yang manja dan hanya bisa berfoya-foya menghabiskan uang orangtuannya. Tragedi kecelakaan membuat diriny...