MWTJ : 24

10.7K 478 40
                                        

Happy Reading...

Dengan susah Alesha membawa air hangat dan kain untuk mengompres dahi Rafael. Ia tidak tega dengan Rafael, walaupun pria itu selalu saja menyakitinya.

Rafael melihat pergerakan Alesha, sedikit ada rasa iba dihatinya. Nalurinya berkata, kenapa wanita ini sangat baik padanya padahal ia sering sekali menyakitinya.

Alesha sampai di tepi ranjang, ia berusaha keras untuk menghampiri Rafael, dan dengan keberaniannya ia meraba-raba wajah pria itu. Mungkin Rafael bisa saja marah atau mencekram pergelangan tangan Alesha, tapi ia lebih memilih diam sambil memperhatikan tingkah laku wanita itu.

Tangan Alesha ternyata berhasil menyentuh dahi Rafael, lalu ia meletakan kain diatasnya, senyumnya tiba-tiba mengembang karena telah berhasil mengobati Rafael. Dan entah mengapa, Rafael juga ikut tersenyum melihat senyuman manis Alesha.

Nalurinya berkata bahwa Alesha sangat cantik, tapi ia segera tersadar akan ekspresinya tadi. Segera ia membuang pandangannya dari Alesha.

"Mungkin ini sedikit membantu mu."

Mendengar ucapan Alesha, Rafael hanya diam, ia terlalu munafik untuk mengucapkan kata terimakasih.

Rafael kemudian menatap leher jenjang Alesha, terdapat luka memar disana dan itu pasti sangat sakit. Ini adalah perbuatannya semalam, jika saja ia tidak meminum minuman itu, mungkin tidak akan seperti ini kejadiannya.

Saat malam itu, Rafael sedikit tersadar jika ia menyentuh Alesha dengan lembut, tubuhnya yang secara refleks melakukan itu semua. Dan apa ini berarti ia telah menyukai Alesha?

"Aku akan mengambil sarapan untuk mu." ucapan Alesha, membuat Rafael berhenti atas pemikirannya.

Alesha berniat untuk pergi, namun tangannya dicekal oleh Rafael, yang mengakibatkan posisi Alesha berada di atas Rafael.

Entah mengapa jantung Alesha berdetak lebih cepat, ia bisa merasakan kalau posisinya dengan Rafael sangat intim. Tidak ada jarak diantara keduanya.

Rafael menatap Alesha tajam, seperti seorang predator yang ingin menerkam mangsanya. Tatapannya kemudian beralih ke bibir Alesha yang begitu menggoda, walaupun wanita itu tidak memakai make up sama sekali tapi cantiknya sangat natural.

Entah apa yang merasuki diri Rafael, dengan pergerakan lambat, ia menarik tengkuk Alesha lalu mencium bibirnya perlahan, hanya untuk memuaskan rasa penasarannya.

Alesha terkejut, atas apa yang dilakukan Rafael pada dirinya, ia hanya bisa diam sambil pikirannya terus bertanya-tanya. Jantunya memompa kencang, entah perasaan apa yang muncul sekarang, Alesha tidak bisa mengontrol tingkahnya. Ia menjadi salah tingkah di depan Rafael, padahal pria itu hanya menciumnya sekilas.

Rafael sadar akan apa yang ia lakukan. Batinnya berkata, ingat jangan melupakan balas dendammu hanya karena tergoda dengan wanita itu. Rafael kemudian mengusap wajahnya dengan gusar, pikirannya sedang kacau saat ini.

"Ak-aku akan.. Hmm.. Membawakan mu sarapan." ucap Alesha dengan terbata-bata.

Kemudian tangannya meraba, mencari tongkatnya sebagai penuntun jalan. Ia berjalan pelan ke arah pintu dan Rafael masih saja memperhatikannya.

Tak lama kemudian, akhirnya Alesha berhasil keluar dari kamar. Punggungnya menyender di pintu, jantungnya masih berdetak kencang. Ia membayangkan kembali perlakuan Rafael beberapa menit yang lalu kepadanya, seketika ia tersenyum kecil.

"Sepertinya ada yang sedang bahagia." ucap Lena kepada Alesha.

Alesha mendengar suara itu, ia berusaha untuk bersikap tenang. "Hm.. Aku, ah tidak Lena, biasa aja." ucapnya lalu menyunggingkan senyumnya.

Married With The JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang