MWTJ : 7

12K 521 13
                                    

•°•Happy Reading•°•

Pagi yang cerah, Alesha tampak duduk di bangku taman yang indah. Andai saja ia bisa melihat, pasti ia sudah sangat senang dengan semua pemandangan mansion di pagi hari ini. Tidak ada minuman pagi diatas meja, tepat disampingnya. Ia lebih memilih keterdiamannya dan merasakan udara pagi yang sangat sejuk. Tidak seperti orang-orang yang menikmati pagi dengan secangkir kopi atau teh hangat serta ditemani oleh beberapa camilan.

"Hai... Kau."

Alesha tampak mendengar suara yang memanggilnya. Chris yang menyadari ada seseorang di taman itu, lalu segera ia mengemudikan kursi rodanya hingga sampai tepat di depan Alesha.

"Kau sangat cantik." ucap Chris dengan suara pelan. Lalu kemudian tangan usil Chris memegang dan membelai rambut panjang Alesha.

Alesha tersadar akan sentuhan itu, ia segera buka suara. "Siapa kau?" pandangannya masih kedepan. Ia hampir saja mengira kalau orang yang di depannya ini adalah Rafael, tapi ia meragukan karena mana mungkin Rafael membelai rambutnya dengan hati-hati.

"Apa benar kau Alesha, istri dari kakak ku?" tanya Chris.

Seketika Alesha hanya menganggukkan kepalanya.

"Kasian sekali, sudah buta dicampakan pula." ujar Chris, walupun begitu Alesha hampir saja mengeluarkan air matanya, karena baginya ucapan Chris mampu menusuk hatinya yang begitu dalam.

Perkataan Chris tampaknya didengar oleh Lena, yang berjalan ke arah mereka segera saja Lena berlari. "Permisi, maaf tuan Chris, sekarang waktunya nona Alesha meminum obatnya, kami permisi." Lena tampak memegang tangan Alesha agar tidak terjatuh saat berjalan.

"Alesha... dia cantik, sepertinya pemalu dan juga bodoh, hahaha..." ucap Christian dengan logat humorisnya sambil tertawa.

Chtistian tampak mengeluarkan ponsel, "Malam ini kita pesta di rumah kakak ku. Tenang, malam ini dia tidak ada di rumah, jadi kita bebas." ia mengetikkan sebuah pesan yang dikirimkan ke grubnya. Christian, berniatan ingin membuat pesta nanti malam dengan mengajak semua teman-teman bar-barnya tanpa Rafael tahu. Pria ini benar-benar mencari keributan, padahal baru tiga hari ia keluar dari rumah sakit dan tubuhnya masih berada di atas kursi roda.

***

"Dia membuat Clara tidak berhenti untuk mencintainya. Akira kenapa kau harus menyakitinya? Aku bisa menerima kenyataan kalau Clara lebih memilih mu, tapi itu semua kau sia-siakan. Kau adalah pria bajingan!" ucap Rafael lalu kemudian ia memecahkan botol wine nya hingga mengenai kaca besar itu lalu menjadi puing puing.

Rafael mengambil selembar foto, Clara Joen lima tahun lalu. Rafael menyukai gadis itu, gadis lugu, pemalu, dan juga sangat sopan. Kecantikannya bagai bidadari surga yang tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata. Rafael sendiri jatuh cinta pada pandangan pertama kepadanya, walaupun ia tahu Rafael hanya mencintai sepihak. Clara, Akira dan juga Rafael mereka dulu adalah teman dari awal masuk sekolah atas.

Suara pintu yang diketuk, membuat Rafael tersadar akan lamunannya tentang Clara. Jarvis datang dengan membawa sesuatu ditangannya yang akan ia serahkan kepada Rafael.

"Maaf tuan, sepertinya undangan ini telah tergeletak lama di ruang tamu." ucap Jarvis sambil melangkahkan kakinya kearah Rafael.

"Undangan apa itu?" Tanya Rafael sambil mengerutkan dahinya.

Jarvis membolak-balikan undangan itu ia berusaha mencari nama seseorang didalamnya. "Ini adalah undangan pernikahan tuan Edward dan nyonya Bella."

"Edward, sepertinya dia anak teman ayahku, kapan acaranya dimulai?"

Jarvis membuka undangan tersebut. "Oh tidak, sepertinya anda harus bersiap-siap dari sekarang, acaranya dimulai nanti malam."

Rafael membesarkan bola matanya. "Kau tidak bercanda?"

"Sepertinya tidak tuan, di dalam undangan ini tertera tanggal 17 Juni, berarti nanti malam. Maaf tuan, seperti kata saya tadi mungkin undangan ini sudah lama dikirim tapi saya baru menyadarinya."

Rafael menghembuskan nafasnya pelan, ia memikirkan apa bisa dalam waktu dekat ia bersiap dan sampai tepat waktu, sedangkan perjalanannya sangat jauh. "Baiklah aku akan bersiap dan menghadiri undangan tersebut"

"Maaf tuan, apakah kau ingin mengajak nona Alesha?"

"Aku tidak sudi mengajaknya. Dia buta Jarvis, apa kau tuli? Jangan sampai dia menjatuhkan image ku sebagai pemilik Ferdinan group." Rafael menyesap wine yang masih tersisa didalam gelasnya.

"Tapi tuan, bagaimana jika tuan Edward menanyakan keberadaan istri tuan? Tuan akan dicap sebagai pria kesepian jika datang sendiri."

Ada ekspresi kemarahan diwajah Rafael. "Kau sangat berani dengan ku Jarvis."

Jarvis menundukkan wajahnya setelah ia melihat tuannya mungkin sedang menahan amarah, jika bisa ia akan menarik kata-kata yang ia lontarkan beberapa detik lalu. Jarvis habis kau, batinnya.

"Ma-maaf tuan."

"Kau boleh pergi, sebelum gelas ini pecah dan menancap tubuh mu."

Jarvis masih dalam kondisi menunduk takut akan tatapan amarah yang diberikan oleh Rafael. "Baiklah saya permisi."

Setelah Jarvis pergi, Rafael mengambil ponsel genggamnya segera ia menghubungi seseorang. "Hallo Laudia, bersiaplah akan ku jemput kau malam ini."

***

TBC
Don't forget for Vote and Comment.
😍

Dukung selalu aku ya dalam cerita ini :')
Dukungan kalian, akan membuat aku semangat nulisnya, Hehe~•• 🌸

Kalian bisa kunjungi aku di Instagram @yolan_dta

Salam manis

Author :')

Married With The JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang