MWTJ : 15

12K 530 46
                                    

Happy Reading :") 

Sudah hampir seminggu Alesha berada di rumah sakit. Setiap harinya pun selalu Jonathan dan Lena yang datang menjenguk Alesha. Berbeda dengan Rafael mengawatirkannya saja ia enggan apalagi untuk menjenguknya? Alesha harus buang jauh-jauh pikiran itu.

"Alesha sayang..." ucap seseorang wanita sambil berlari dari pintu ruangan menuju ke arah Alesha yang sedang berbaring.

"Mama..." panggil Alesha pelan, ia sudah paham sekali itu adalah suara ibunya. Mendengar itu, ada rasa kerinduan yang menyelimutinya.

Nike memeluk anaknya, cukup lama. Alesha yang berada didekapan ibunya menumpahkan tangisan yang ia pendam selama berada di rumah yang membuat hatinya selalu tersakiti.

"Kenapa kau bisa seperti ini?" ucap ibunya setelah melepas pelukan anaknya, tangannya sambil menghapus jejak air mata yang mengalir di pipi Alesha.

"Aku... hmm..."

"Cerita sayang, apa yang terjadi kepada mu?"

"Aku hanya ter-jatuh." Ucap Alesha terpaksa berbohong, ia tidak ingin jika ibunya mengetahui yang sebenarnya terjadi dan ia tidak ingin melihat ibunya menangis.

"Astaga, banyak bekas luka di tubuhmu sayang, ini bukan terjatuh kan?"

Alesha hanya diam, ia sulit untuk berbicara, mulutnya pun kaku untuk digerakkan. Apakah ia harus menceritakan yang sebenernya terjadi tentang Rafael yang selelu menyiksanya, memukulnya, bahkan sampai ingin menghabisinya? Ia rasa ia belum siap untuk mengatakan itu kepada ibunya, ia tidak ingin jika ibunya ikut bersedih atas kejadian yang menimpanya. Air mata Alesha pun kembali terjatuh.

"Sudah sayang, jangan menangis lagi. Mungkin kau memerlukan waktu untuk bercerita."

Nike sangat menyayangi Alesha, walaupun Alesha itu bukanlah anak kandungnya tapi sayangnya melebihi sayang dia kepada Akira, anak sulungnya yang pergi entah kemana.

Kejadian Sembilan belas tahun yang lalu,

Saat itu hujan deras datang, Nike dan Darma sedang melakukan perjalanan pulang. Malam yang sangat menyeramkan dan hujan yang begitu derasnya turun membasahi jalanan yang dilewati mobinya.

"Aku ingin kau mengencangkan mobilnya." Pinta Nike

Darma mengerutkan dahinya. "ini sedang hujan, kau tidak ingin mobil kita tergelincir?"

" Aku sangat ingin buang air kecil, tidak mungkinkan aku membuangnya di dalam mobil ini? Lagi pula aku khawatir dengan Akira yang kita tinggal bersama ibu mu, aku takut dia menangis."

"Huh, baiklah..."Darma menaikan kecepatan mobil tersebut, jalananpun sepi hanya ada dua sampai tiga mobil saja yang lalu lalang.

Bunyi panggilan telepon memasuki ponsel milik Nike, segera ia mengangkatnya.

"Kalian dimana, suhu tubuh Akira tiba-tiba panas."

"Astaga, baik bu kami akan segera pulang." Telepon itupun terputus

Darma menaikan kembali kecepatannya, tapi tiba-tiba ada seseorang wanita yang menyebrang dengan tiba-tiba dan tidak melihat mobil yang melintas, akibatnya mobil berhenti secara mendadak, dan menabrak wanita itu.

"Astaga, aku menabrak seseorang." Ucap Darma, Nike hanya bisa menutup mulutnya.

"Aku akan keluar, melihat kondisinya." Ucap kemudian ia mengambil payung untuk melindungi tubuhnya dari derasnya hujan.

Darma keluar mobil dan menghampiri wanita tersebut. "Permisi nona, kau tidak apa?" Tanya Darma kepada wanita tersebut.

Wanita itu hanya mengalami luka ringan yang menyebabkan keningnya mengeluarkan darah.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Nike yang ikut keluar menghampiri wanita tersebut. "Kau membawa bayi?" lanjutnya, Nike melihat wanita itu membawa bayi yang umurnya sekitar satu tahun sedang menangis.

"Aku... aku harus pergi dari sini. Tolong jagalah bayi ini, sayangilah dia seperti anak kalian, nyawanya sangat terancam. Aku mohon kepada kalian, aku tidak bisa menjaga bayi ini, aku takut terjadi hal yang tidak diinginkan kalau bersama dengan ku, bantulah aku."

Darma dan Nike pun saling menatap satu sama lain "Baiklah, kami akan menjaganya." Ucap Nike, mereka juga tidak tega dengan bayi itu.

"Terima kasih, aku memberi nama bayi ini adalah Alesha." Ucap wanita tersebut lalu menyerahkan bayi itu ketangan mama

"Alesha? Nama yang sangat indah."

"Aku pergi dulu."

"Tunggu, kau tidak mau ikut bersama kami? Kami ingin mengobati luka mu terlebih dahulu?" ucap Darma

"Tidak, terima kasih. Jika aku terus berada disini, pasti aku akan tertangkap, tapi syukurlah Alesha ada pada kalian, jadi aku tidak perlu menghawatirkannya lagi. Aku pergi dulu, selamat tinggal."

"Mama." lamunan Nike terhenti, ketika Alesha memanggilnya.

Lalu Nike terkejut, "Ya sayang?"

Alesha berhenti sejenak "Kapan Alesha bisa melihat?"

Nike mengusap rambut anaknya yang sangat halus, "Secepatnya kau bisa melihat sayang, tapi..."

Alesha mengerutkan dahinya, "Tapi apa?"

Nike mengeluarkan air matanya, ia menangis mengingat kejadian beberapa hari yang lalu, isakannya didengar oleh anaknya.

"Mama, kau menangis?" Alesha bingung, apa yang harus ia lakukan saat ini? Ini karena salahnya mengapa ia menanyakan tentang itu, toh mau ia melihat atau tidakpun dia tetap jadi bahan penyiksaan Rafael.

"Kantor papa mu bangkrut sayang, entah apa yang terjadi. Papa mu mungkin sudah tidak bisa mencarikan pendonor mata untuk mu."

Alesha merangkul pinggang Ibunya "Mama, sudahlah aku tidak apa-apa kalau tidak bisa melihat selamanya"

Ibunya mengerutkan dahinya lalu menatap anaknya yang sudah pasrah akan keadaan. "Kau tidak boleh seperti itu sayang, kau pasti akan bisa melihat nanti. Lagi pula kau belum melihat wajah suami mu bukan?"

Percuma saja mam, mau aku bisa melihat atau tidak aku selalu disakiti olehnya, jadi aku tidak mau berharap lebih.

Alesha hanya bisa berucap dalam hatinya, ia tidak sanggup untuk menceritakan kondisi yang dialaminya saat tinggal bersama Rafael, ia tidak mau jika ibunya nanti bersedih. 


TBC

Jangan lupa untuk Vote dan Kommen Guys

Dan Jangan lupa juga untuk Follow Akun Media Sosial Author

Instagram : @Yolan_dta


Married With The JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang