MWTJ : 13

11.7K 545 27
                                        

Happy Reading :')

"Rafael selalu seperti ini?" tanya Jonathan setelah ia menaruh gelas di atas nakas kembali.

"Hmm...?" ucap Alesha yang tak mengerti arah pembicaraan Jonathan.

"Maksud ku, Rafael selalu menyakiti mu?"

Alesha terdiam, ia mengingat kembali saat pertama kali Rafael menyakiti fisik dan juga hatinya. Sampai saat ini Alesha pun tidak tahu mengapa Rafael sangat kejam kepadanya.

"Bicara saja, katakan dengan jujur." ucap Jo kembali karena Alesha belum juga menjawab pertanyannya.

"Ya... Dia sering menyakiti ku. Tetapi, kau jangan bilang padanya kalau aku menceritakan tentangnya."

"Sebaiknya kita tidak mengobrol di ruang perawatan. Aku akan membawa mu berkeliling taman." ucap Jonathan. Entah Jonathan bisa dipercaya atau tidak oleh Alesha, mengingat Alesha baru mengenalnya.

***

"Kenapa kau menjadi buta seperti ini?" tanya Jonathan sambil mendorong kursi roda yang Alesha tempati.

Sejujurnya pertanyaan Jonathan sangat menusuk ke dalam hatinya. "Aku tidak tahu, yang aku tahu aku mengalami kecelakaan dan membuat mata ku buta serta ingatan ku hilang."

"Rupanya kau hilang ingatan juga. Rambut mu sangat mengganggu, aku akan mengambilkan ikatan dulu, tunggu sebentar." ucap Jonathan lalu ia pergi ke ruang perawatan sebelum Alesha berkata.

Alesha hanya bisa diam di atas kursi rodanya sambil berpegangan.

"Alesha... " ucap seorang pria yang melihat Alesha dari jarak jauh, kemudian pria itu mendekati Alesha, pria itu duduk di kursi roda dan mengendalikannya sangat cepat.

Pria itu sudah sampai di depan Alesha, di rabanya wajah Alesha yang sangat pucat. "Alesha, aku Leon."

Alesha mengerutkan dahinya. "Leon siapa?"

"Maafkan aku sayang, aku yang telah membuat mu seperti ini. Aku yang telah membuat mu buta dan kehilangan ingatan mu."

Alesha bertanya-tanya akan ucapan pria ini, apa mungkin pria ini adalah masa lalunya atau hanya orang usil yang mengganggunya dan memanfaatkan kesempatan? "Aku masih tidak mengerti, kau siapa? Aku tidak mengenal mu. Sebaiknya kau pergi dari sini. " ucap Alesha.

Leon memegang tangan Alesha, gadisnya yang menjalani hubungan dengannya selama dua tahun lamanya. "Aku Leon. Kita sepasang kekasih, kita sudah menghabiskan waktu 2 tahun lebih, Alesha sayang coba kau ingat-ingat kembali. Maafkan aku karena aku yang membuat kecelakaan itu terjadi sehingga kau menderita seperti ini."

Alesha kembali mengingat, ia memegang kepalanya yang sangat pusing. "Kepalaku, pusing sekali. Aaaa... Aku tidak bisa mengingat apapun."

"Alesha aku mohon, kau lihat ini." ucap Leon sambil memegang pergelangan tangan Alesha. "Ini gelang pemberian dari ku, kau masih memakainya. Kau bisa merabanya bukan?"

"Coba kau ingat ingat kembali, kecelakaan itu juga membuat aku lumpuh seumur hidup."

"Berhenti." ucap Jonathan yang tiba-tiba datang diantara mereka. Leon langsung memandang Jonathan tanpa ekspresi. "Jangan memaksanya, ia tidak mengenal mu."

Beberapa detik kemudian, Leon memandang Jonathan dengan penuh kemarahan. "Kau siapa? Aku kekasihnya."

"Alesha sudah menjadi bagian keluarga Ferdinand, aku adalah saudaranya." Jonathan berbisik di telinga Alesha. "Sebaiknya kita pergi dari sini, aku tidak ingin orang gila ini mengamuk nantinya." Jonathan kemudian mengambil alih kursi roda yang di pakai Alesha.

"Jangan kau bawa Alesha ku." ucapan Leon membuat Alesha memalingkan wajahnya mencari asal suara itu berada. "Alesha.. Percayalah." ucap Leon kembali dengan disertai kekecewaan yang sangat mendalam.

Jonathan membawa Alesha kembali ke ruang perawatan. "Aku akan mengikat rambut mu terlebih dahulu." Jonathan mulai mengikat rambut Alesha, dahi Jonathan mengerut, ia melihat leher Alesha membiru seperti bekas luka. "Apa ini luka?" tanya Jonathan.

"Hmm.. Luka apa?"

"Leher mu membiru."

Alesha teringat kembali kejadian malam itu, akibat pesta yang di buat Christian ia mendapatkan luka semacam ini oleh Rafael. Ia teringat kembali perlakukan kasar yang di berikan Rafael malam itu. Air matanya mulai menetes, tapi ia harus berusaha menahannya.

"Mungkin itu karena aku terjatuh di kamar mandi." ucapnya berbohong.

Jonathan menghela nafas pendek, "Akan aku obati."

"Tidak perlu, lagian ini juga sudah tidak sakit lagi, hanya membekas kebiruan saja ko."

"Baiklah jika itu mau mu. Oh.. Iya, besok malam Rafael mengadakan pesta atas keberhasilannya serta pembukaan cabang perusahaan baru."

"Itu bagus." ucap Alesha.

"Semoga kau cepat sembuh, kau harus hadir juga di pesta itu karena kau isterinya."

"Tidak." tolak Alesha, ia tidak akan hadir, Rafael pasti akan marah lagi padanya. Cukup sudah Rafael menyakitinya, ia tidak mau tersiksa lagi oleh perlakuan Rafael. "Aku tidak akan hadir, dia pasti malu kalau ada aku disana. Apalagi banyak rekan kerjanya yang hadir."

"Kau tidak perlu takut, ada aku disana. Dia tidak akan menyakiti mu."

"Tapi aku tidak mau dia menyakitiku lagi."

Jonathan mengelus punggug tangan Alesha, "Aku pastikan dia tidak akan menyakitimu."

Alesha hanya bisa diam, ia tidak mampu berkata apapun lagi. Mulai sekarang ia harus siap mental untuk menghadapi kemarahan Rafael.

***

"Kau terlihat cantik dengan gaun itu." ucap Lena lalu tersenyum melihat pantulan cermin diri Alesha.

Malam ini adalah pesta yang di adakan Rafael di mansionnya sendiri, ia tidak perlu menyewa baleroom hotel toh mansionnya sendiri luasnya tidak kalah dengan baleroom hotel.

Alesha sendiri, ia tampak cantik dengan gaun merah panjangnya dan bagian atas sedikit terbuka, ia sejujurnya malu akan hal itu. Gaun ini sendiri di pilihkan oleh Jonathan sewaktu mereka pulang dari rumah sakit.

Sebenarnya Alesha tidak mau jika ia hadir di pesta itu, apalagi Rafael ia juga tidak menginginkan hal itu. Ini semua karena paksaan dari Jonathan.

"Aku akan poleskan make up natural ke wajah mu." Lena mulai memoleskan make up untuk mempercantik Alesha. Sejujurnya tanpa polesan make up pun Alesha sudah sangat cantik. "Selesai, nah sekarang kau tambah cabtik."

"Terima kasih Lena." ucap Alesha meskipun ia tidak bisa melihat wajahnya.

"Tapi payudara mu sedikit terlihat, ah.. Jangan khawatir aku punya syal untuk menutupinya." Lalu Lena memasangkan syal yang warnanya senada dengan gaun Alesha.

Suara pintu diketuk.

Muncul sosok Jonathan di balik pintu. "Alesha kau sudah siap?" tanya Jonathan lalu ia mengedarkan pandangannya melihat betapa cantiknya Alesha, kulitnya yang putih bersih membuat ia terpana.

"Sudah."

Jonathan mengerutkan dahinya. "Kenapa kau memakai syal?"

"Aku malu, gaun ini sangat terbuka."

"Kau harus percaya diri untuk memakainya. Lena tolong kau lepaskan syal itu." Perintah Jonathan lalu kemudian Lena melepaskan syal. Memang benar, Alesha menjadi percaya diri jika seperti ini.

"Ingat Alesha, jika kau ingin memulai sesuatu kau harus memulainya dengan penuh percaya diri." Ucap Jonathan, kemudian Alesha hanya diam dan tersenyum.

Jonathan kemudian merangkul tangan Alesha supaya bisa berjalan berbarengan dengannya.

TBC

Vote and comment.

Follow Ig : @yolan_dta

Married With The JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang