2. Job Desk

8.2K 259 1
                                        

Marisa baru saja menerima telepon dari mamanya. Padahal kemarin mama dan papa baru dari tempat kontrakannya, menjenguk Marisa.

Marisa tidak sakit, hanya saja, orangtua mana pun pasti khawatir dengan putrinya yang tinggal jauh dari rumah. Apa lagi Marisa baru tiup lilin angka delapan belas, bulan lalu.

Ini merupakan tahun ke dua Marisa hidup mandiri di Kota Kembang. Meskipun berasal dari keluarga berada, Marisa kuliah dengan beasiswa prestasinya. Ia menolak dikirimi uang dari orangtua meski bahasanya hanya untuk jajan. Sejak kecil Marisa memang terbiasa berpikir kritis.

Perjanjiannya, saat libur panjang tiba, Marisa harus pulang, atau kalau ada waktu senggang mama dan papa yang akan menengoknya. Keluarga Marisa adalah tipe sibuk, tapi penyayang. Papanya sibuk dinas ke rumah sakit, dan mama di yayasan. Sedangkan Marina, kakak Marisa yang sudah berkeluarga, sibuk merintis butiknya.

Tapi Marisa selalu kenyang mendapat limpahan kasih sayang walau semua penghuni rumahnya sibuk. Mama dan papanya percaya dengan kehidupan Marisa yang terpisah ini, karena sebelumnya Marina juga kuliah jauh dari rumah dan sukses.

Marisa kembali fokus mengepak snack ke tempatnya. Satu jam lagi sudah harus beres dan diantarkan ke tempat si pemesan. Ya. Ia memanfaatkan waktu luangnya dengan memuaskan hobi.

Sejak kecil ia memang suka mempelajari masakan. Setiap kali mamanya memasak, Marisa kecil selalu duduk diam sambil memperhatikan. Kadang ia bertanya apa kegunaan dari bumbu-bumbu yang mama gunakan. Saat SD, ia mulai bisa meracik bahan untuk membuat sayur asam dan mulai paham dengan berbagai macam adonan kue yang sering mama buat di dapur.

Semua itu terus berlangsung hingga sekarang. Bahkan Mandala, adiknya yang baru duduk di kelas sebelas, sering menyindir Marina setiap kali membuat donat. Katanya, tidak seenak buatan Mama dan Kak Risa, bantat, tidak mengembang, dan kurang takaran gula.

Marisa sendiri sebenarnya punya cita-cita untuk mendirikan sebuah kedai kue atau sebuah restoran rumahan. Tapi berhubung ia masih kuliah dan tabungannya belum cukup, maka untuk sementara ikut membantu di sebuah toko kue.

Kebetulan pemilik toko kue dan jasa catering ini adalah tantenya Kayla, sahabat Marisa sejak kecil. Orangtua Marisa kenal baik dengan Tante Hani. Makanya Marisa diizinkan untuk ikut membantu Tante Hani sejak hari pertamanya di Bandung.

Kayla juga kuliah di tempat yang sama dengan Marisa, tapi beda jurusan. Dalam banyak hal, Marisa dan Kayla punya kesamaan. Bedanya, Kayla sangat hobi mengoceh dan tidak suka memasak. Jadi dia lebih memilih waktu luangnya dihabiskan dengan hal lain.

Tante Hani bersuamikan seorang pilot. Tapi hobinya sama dengan Marisa. Apa lagi di usia pernikahannya yang menginjak tahun ke empat, belum juga dikaruniai bayi, membuat Tante Hani lebih leluasa mengelola dan mengembangkan jasa cateringnya.

***

Biasanya job desk Marisa hanya meliputi dapur. Tapi belakangan ia mulai merambah ke bagian delivery.

Seperti saat ini. Ia tengah melakukan serah terima dengan salah satu pelanggan di sebuah hotel. Rio, si driver sibuk mengangkut kotak ke dalam meeting room.

Setelah selesai, Marisa akan pulang ke rumah kontrakannya yang terletak beberapa blok dari tempat Tante Hani. Saatnya mengerjakan tugas kampus! Pikirnya.

Bagi Marisa, tidak ada yang namanya waktu nganggur. Setiap detiknya sangat berharga. Itu yang membuatnya sampai sekarang belum juga kepikiran untuk menjalin suatu hubungan khusus dengan teman lelaki. Lelaki itu no way!

Tapi rencananya gagal saat ia mendapati Kayla sudah duduk manis di depan rumah kontrakannya. Alamat begadang! Kayla tipikal cewek tulen yang hobi gosip dan curhatnya level maksimal.

"Tahu nggak, Ris. Tadi itu—"

"Enggak tahu." Marisa menyela cepat sambil memasukkan kunci pintu ke lubangnya, dan memutar kenop.

"Ye, gitu banget sih!"

Marisa lebih memilih masuk ke kamar dan menanggalkan satu per satu pakaian dari tubuhnya. Kayla ikut masuk dan duduk di ruang tv.

"Minggu besok aku janjian sama Marvel. Dia ngajak aku kencan lagi, Ris!" jerit Kayla lebay, disusul suara-suara ribut dari tv. Marisa tahu Marvel. Seniornya yang sedang menempuh studi S2.

Marisa keluar kamar dengan balutan bathrobe. Kamar mandi dan kamar tidurnya memang terpisah.

"Menurutmu aku harus—"

"Duh, Kay. Bisa sabar enggak sih? Aku capek. Butuh mandi, makan, dan istirahat. Curhatnya bisa nunggu aku selesai makan, kan?"

Dan Kayla pun diam dengan wajah cemberutnya yang menurut Marisa lucu seperti karakter Donal. Sekarang Marisa bisa mandi dan makan dengan tenang.#

Pernikahan Mendadak [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang