Udara dingin di penghujung tahun seakan turut membekukan hati Victor. Menyegel segenap getir, kecewa, dan putus asa dalam kristal-kristal bernamakan frustrasi. Menggumpal. Dan menyesakkan seluruh isi rongga hati.
Ingatan tentang ucapan terakhir Sherin, disusul dengan aksinya di kamar hotel pasca teler di bar, membayang kembali di pelupuk mata. Terus. Berulang. Berganti-ganti. Benaknya serasa lelah menahan berbagai macam dorongan pertanyaan, yang jawabannya tidak pernah ia temukan.
Ia menengadahkan wajah dan menutup mata. Berharap sepoi angin dan tempias gerimis bisa meredakan setitik gelisah yang bersarang dalam jiwa. Genggaman kedua tangannya di pagar balkon dieratkan.
Pesta resepsi pernikahan temannya yang berlangsung kemarin malam di ballroom hotel ini berlangsung meriah. Banyak teman-temannya yang menanyakan hubungannya dengan Sherin.
Ah, persetan dengan nama itu!
Dengan gontai ia meninggalkan balkon, berjalan ke arah meja dan membawa laptopnya ke tempat tidur. Sambil duduk bersila, ia menghubungkan koneksi internet, hendak mereschedule pertemuannya dengan tim Bandung. Ia masih belum bisa fokus untuk menangani pembukaan cabang baru. Hatinya masih berduka atas cinta sucinya yang telah mati.
Namun perhatiannya mendadak teralihkan pada ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Ponsel itu bergetar heboh. Pertanda ada banyak notifikasi baru yang masuk. Ia mengambilnya, dan mendapati banyak ucapan selamat dari berbagai akun.
Victor mendesah melirik jam di sudut atas layar ponselnya yang masih bergetat di genggaman tangan. Sudah lewat tengah malam! Pantas saja. Harusnya ia mematikan ponsel tadi.
Lalu, bayangan dari seluruh perjalanan hidupnya mulai mampir. Selama 25 tahun hidupnya, selalu ia rayakan setiap 31 Desember bersama keluarga dan teman terdekat. Tapi biarkan untuk kali ini saja, ia merayakan angka 26 tahun usianya dengan seorang diri. Bertemankan jiwa dan hati yang tersayat-sayat. Victor tidak suka dikasihani, oleh keluarganya sendiri sekali pun. Apa lagi gara-gara sesuatu yang membuat harga dirinya terasa terinjak-injak.
Fokusnya teralihkan pada walpaper laptop. Potret keluarga yang diambil tiga bulan lalu. Lengkap dengan Papi, Mami, Victor, Bella, Dinda, Andi, Senna, dan Dion. Foto keluarga terlengkap pertama bagi Dinda, keponakannya.
Tanpa sadar, jarinya mengklik icon galeri, lalu folder bernama This Year. Bagai sebuah kaleidoskop, benaknya memutar ulang adegan demi adegan dalam hidupnya yang berlangsung selama setahun ini. Dimulai dari pertengahan Februari lalu, keponakan pertamanya lahir. Awal Mei pembukaan DeliRest cabang Cirebon. Akhir September, perayaan anniv pernikahan Papi dan Mami yang digelar di kantor DeliCorp pusat di Cikarang. Hingga sampailah pada awal November, di mana hubungannya dengan Sherin yang telah empat tahun dibangun, harus berakhir.
Bunyi notifikasi email masuk memecahkan lamunan Victor. Reaksi spontan, ia mengklik notifikasi itu dan seketika ia menahan napas. Menyesal atas reaksi spontannya barusan.
Bagaimana ia bisa cepat melupakan gadis tinggi semampai itu kalau dia masih mencoba mengontaknya?
Subjek: Perwakilan Ucapan Selamat
Dear my beloved boy,
26 tahun adalah angka yang menunjukkan bahwa usia seseorang telah menginjak dewasa seutuhnya. Selamat ulang tahun. Semoga kamu selalu dilimpahkan kesehatan, kesuksesan, dan kebahagiaan dalam hidup.
Maaf aku tidak bisa mengucapkan langsung tahun ini.
Lovely,
Sherina Andriani
#
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Mendadak [Terbit]
Любовные романы[Hanya beberapa part yang di publish ulang. Happy reading dan met nostalgia❣] Apa yang kalian pikirkan tentang sebuah kecelakaan di satu malam? Di dalam kamar hotel? Di atas ranjang? Marisa dan Victor sama-sama tidak pernah berspekulasi tentang itu...