Awal Oktober, semua jadi makin semrawut. Kondisi dan situasi makin tak terkendali. Victor dan Andi beserta beberapa petugas rumah sakit sibuk mendorong trollybed papi menuju ruang IGD.
Sudah empat hari ini papi kembali masuk rumah sakit. Setelah sebelumnya menjalani rawat inap di ruang ICU, pagi ini mendadak papi mengalami kejang serta beberapa keluhan lain.
Victor yang kena tugas jaga bersama Andi malam ini, dibuat kebingungan. Andi telah memberi kabar pada Bella, istrinya, mengenai kondisi papi. Sementara Victor sibuk menenangkan diri di depan pintu IGD.
***
Setelah dua hari dalam masa kritis, Papi mulai siuman. Satu persatu keluarga dan karib menjenguk.
Dan disinilah Victor berada. Menjenguk papinya, ditemani oleh Mami dan Bella.
Namun kalimat yang baru saja keluar dari mulut papi seakan menghantarkan listrik ribuan volt pada batin Victor. Menikah? Itu sama sekali bukan gagasan yang baik bagi Victor saat ini. Hatinya masih berduka. Cintanya telah karam. Mana mungkin ia membangun kembali cinta yang baru pada hati yang tengah berduka?
Victor memandang nanar pada sorot mata Papi yang teduh sekaligus tajam. Penuh tuntutan. Entah mengapa bisa terlihat lebih tua dari kemarin. Mungkin karena pucat mulai menguasai seluruh sel kulit wajahnya.
"Tidak, Pi. Victor tidak bisa. Belum." ucapnya parau. Ia bisa melihat ada kilat terkejut di mata papi. Juga reaksi yang menurutnya ganjil dari Mami dan Bella.Sorot mata Papi berubah makin sayu. "Papi tidak mungkin bisa pergi dengan tenang sebelum menuntaskan kewajiban Papi. Minimal pada putra sulung Papi. Karena Papi tahu, Papi tidak punya cukup waktu untuk menunggu sampai Senna dan Dion jadi dewasa lalu menikah." Papi berucap sangat pelan, membuat isak tertahan Mami dan Bella mulai menguar lirih.
Victor menarik napas berat. Merasa tertohok akan ucapan Papi barusan.
"Sudah hampir dua puluh delapan tahun. Papi menunggu momen terbaik kamu, Victor." lanjut Papi.
Victor menunduk lesu. Tidak tahu harus berkata apa atau bereaksi bagaimana.
"Sudahlah, Pi." Mami mengelus pundak Papi dengan sayang. "Victor sudah dewasa. Dia tahu apa yang dibutuhkannya. Sekarang... lebih baik Papi fokus pada kesehatan Papi, ya! Supaya nanti, bisa mendapatkan kesempatan untuk melihat Victor berbahagia dengan perempuan pilihannya."
Dan sekali lagi... sisa hari itu Victor lalui dengan kesuraman tak bermuara.#
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Mendadak [Terbit]
Romance[Hanya beberapa part yang di publish ulang. Happy reading dan met nostalgia❣] Apa yang kalian pikirkan tentang sebuah kecelakaan di satu malam? Di dalam kamar hotel? Di atas ranjang? Marisa dan Victor sama-sama tidak pernah berspekulasi tentang itu...