13. Potongan

3.6K 147 3
                                    

Setiap detail potongan adegan dalam hidup yang terekam baik, selalu menjadi juara memori abadi. Ada banyak sekali kisah yang Victor alami selama empat tahun pacaran disini. Sebuah hunian paling diimpikan Victor semasa kecil.

Sudah lima tahun ia menempati rumah minimalis di sudut Cirebon ini. Jauh sebelum DeliRest cabang Cirebon dibuka.

DeliRest Cirebon sendiri berlokasikan tepat di samping utara rumah Victor. Malah bisa dikatakan satu bangunan utuh. Hanya dipisahkan sebuah sekat yang sengaja dipertebal agar privasi tetap aman. Victor sendiri selalu menggunakan akses pribadi dari rumahnya menuju DeliRest yang langsung tembus ke kantornya.

Dan selama itu, kenangan akan Sherin lebih banyak mendominasi dibanding apa pun.

Victor menatap nanar pada sebidang tanah di halaman belakang rumah. Spesifik pada sekelompok tanaman Dahlia yang layu tak terurus, bahkan nyaris mati.

Biasanya, Sherin selalu merawat dengan baik taman Dahlia mini itu. Dulu, bahkan pernah berkata pada Victor bahwa ia menyukai Dahlia sebab berawalan sama dengan perusahaan milik orangtua Victor.

Bayangan Victor mulai mengabur. Berganti pada taman mininya yang semerbak. Dahlia aneka warna dan rupa. Menyemarakkan hidupnya saat itu.

Namun kini, tumbuhan layu itu juga mencerminkan keadaan jiwanya saat ini. Hancur. Berantakan.

***

Tidak ada lagi yang bisa Victor lakukan selain merasakan tiap senti kenangan itu berputar. Setiap detiknya terasa begitu dekat dan lekat. Seakan enggan terpisahkan dengan tuannya yang ramah. Amat ramah.

Namun sebuah pengecualian mencuat. Ketika ketulusan dicampakkan begitu saja oleh cengkeraman nista yang bahkan tidak pernah mengenal makna "hidup dalam cinta".

Lagi. Victor membenci setiap siluet Sherin dalam benaknya, yang secara langsung dan terang-terangan begitu asyik mengacaukan setiap sel bahagia untuk merakit kembali. Meraih suluhnya yang meredup.

Biasanya, teman-teman akan datang. Membantu. Menyodorkan pundak atau sekadar memberikan usapan lembut di bahu. Tapi Victor juga tahu mereka sedang sibuk sendiri-sendiri. Mana mungkin ia tega memporak porandakan agenda teman-temannya, walau dirasa ia sangat membutuhkan peran mereka saat ini.

Dering ponsel memupus seluruh khayalan. Victor mengambil ponselnya dari saku celana panjang hitam. Dari rumah!#

Pernikahan Mendadak [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang